Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Membuka "Kotak Pandora" Masa Depan Politik Indonesia

11 Juni 2024   15:10 Diperbarui: 13 Juni 2024   07:15 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kotak pandora dalam dunia politik (Sumber: Kompas.id/HERYUNANTO)

Kalau melihat fenomena politik saat ini rasanya masyarakat cukup pesimis dengan masa depan politik Indonesia. Mau dibawa ke mana? Mau memutuskan tradisi korup yang sudah mengakar, membuat organisasi politik menjadi sistematis dan efisien, atau melahirkan mental generasi muda yang efektif dalam memimpin negara.

Di saat ini menurut pengamatan penulis (tentunya bukan seperti para pakar politik yang pandai bicara dan berdebat) Sebetulnya minat anak muda untuk menjadi politisi cukup tinggi, hanya sayangnya tidak ada role model yang mampu memberikan teladan untuk membangun politik penuh adab.

Rata-rata banyak politisi yang sebelumnya vokal ketika di luar panggung politik, kemudian ikut arus ketika sudah masuk dalam lingkaran kekuasaan.

Asal Mula Istilah Kotak Pandora 

Membuka kotak pandora hanyalah istilah membuka misteri kejahatan dan kebaikan. Dalam mitologi Yunani digambarkan sebuah guci yang berisi segala macam keburukan yang ada di dunia. Dalam cerita Yunani Pandora adalah seorang puteri raja yang elok rupawan. 

Ceritanya ketika Pandora dinikahkan dengan Epimeteus, Dewa Zeus memberi hadiah berupa kotak. Kotak itu menurut mitologi Yunani adalah pemberian bangsa jin.

Kotak Pandora itu menyimpan misteri yang tidak boleh dibuka sembarangan oleh manusia. Pandora tidak tahan ingin membuka kotak tersebut. Dan akhirnya keluarlah rahasia keburukan-keburukan dengan munculnya kesedihan, kejahatan yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. 

Pada sisa isi di dasar kotak hanya berisi harapan. Yang terlihat bahagia penuh pesona dan baik ternyata menyimpan kejahatan luar biasa. Yang diilustrasikan dalam artikel ini apakah negara ini seperti Pandora yang terlihat baik dan bahagia serta jujur. Ternyata setelah masuk ke dalamnya banyak sekali intrik, kejahatan yang ada di sekitar manusia.

Untuk menggambarkan politik Indonesia menurut opini penulis adalah semoga politisi boleh ideal dalam hal menjanjikan harapan kepada masyarakat. 

Politisi melakukan pendekatan dengan menebar kebaikan dan sumbangan-sumbangan yang menarik, supaya ada simpati, ada ketertarikan untuk memilih mereka menjadi wakil rakyat. 

Yang tidak diketahui masyarakat ternyata janji-janji itu seringkali hanya pemanis, setelah terpilih dan masuk dalam lingkaran kekuasaan yang terlihat baik itu semakin memudar.

Harapan untuk mendapatkan wakil rakyat, pemerintahan, pejuang hukum yang baik hanyalah harapan yang semu. Ketika terbuka kotak pandoranya ternyata banyak sekali jebakan dan kejahatan yang bermunculan.

Apakah masyarakat bebas mengetahui apa sih sebenarnya yang dilakukan oleh wakil rakyat, penguasa. Apakah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan dihasilkan mereka menyentuh kepentingan masyarakat banyak. Atau kepentingan wakil rakyat hanya menguntungkan partai politik saja.

Pemilukada dan Arah Politik

Menjelang pemilukada yang sebentar lagi diselenggarakan, partai politik, politisi sudah mulai bergerak lagi. Setelah pemilu nasional yang menentukan wakil rakyat dan Kepala pemerintahan. Mereka bergerak, menjajagi untuk melakukan kerjasama antar parpol.

Parpol yang semula di plot saling berhadapan dan bersaing di Pemilu Legislatif dan Presiden kemudian seperti berbalik arah. Ada kemungkinan mereka akan gabung untuk menentukan siapa yang layak diajukan menjadi pemimpin daerah.

Kesempatan untuk calon independen mendapat kesempatan bersaing tanpa parpol sangat kecil, sebab seperti ada banyak rintangan jika tanpa bergabung dalam partai politik.

Ada dominasi, oligarki ada kekuasaan yang susah tersentuh, sehingga sia-sia calon independen bisa menembus rapatnya dominasi partai politik.

Melihat hegemoni partai politik bisakah muncul politisi independen yang mampu merubah mindset agar anak muda tidak terlalu antipati untuk berkarir di dunia politik. Apakah bisa dihilangkan bahwa stigma politik yang penuh intrik, penuh aroma negatif yang selalu hadir dalam bayangan masyarakat.

Apakah partai politik mau membuka diri untuk dilihat secara langsung bagaiman rekrutmen anggota melalui jalur terbuka, bisa dimasukkan sebagai pendidikan politik bagi anak muda untuk menghasilkan politisi bersih yang menjauhkan anggapan dan konotasi bahwa politik itu penuh intrik, penuh dengan usaha untuk saling menjatuhkan, terbuka untuk memberi kesempatan anak muda menjadi pemimpin tanpa harus mengikuti proses berbelit-belit birokrasi politik yang memusingkan kepala.

Selama ini kesannya politik itu didominasi keluarga tertentu, mereka yang sudah terlalu mapan untuk digoyahkan sangat sulit ditembus oleh masyarakat biasa.

Di mana-mana muncul politik dinasti. Partai tertentu sudah dipastikan mereka yang berada di pucuk pimpinan adalah pendiri partai dan selanjutnya pucuk pimpinan adalah keturunan dari pendiri partai politik.

Yang muncul dalam pembahasan di publik sekarang dan sekarang sering digoreng oleh para netizen di Indonesia adalah munculnya nyinyiran tentang dinasti politik.

Pembahasan ini kadang membuat marwah politik hanya sebagai bahan candaan dan nyinyiran. Lemahnya bidang hukum, undang-undang yang tidak tegas, pengadilan yang bisa direkayasa. KHUP yang masih banyak celah, membuat produk hukum rentan untuk diselewengkan.

Harapan Untuk Masa depan Politik Indonesia

Ketika aparat pemerintahan belum sadar bahwa mereka adalah abdi, pelayan rakyat. Banyak kebijakan yang membuat anggaran diselewengkan untuk memperkaya diri.

Kalau semua aparat bisa bersih, tidak menyelewengkan dana dari negara maka bukan tidak mungkin Indonesia akan mampu mewujudkan diri sebagai negara maju.

Ketika penguasa terlalu rakus, pada saatnya nanti generasi penerusnya hanya menerima sisa-sisa dari kekayaan alam yang terus menyusut dari waktu ke waktu. Ketika hutan-hutan mulai habis, alam rusak, bencana besar terus membuat alam hancur maka cita-cita untuk menjadi negara maju hanyalah angan-angan saja, mimpi yang susah diwujudkan.

Yang terjadi adalah biaya politik sangat mahal harus ditebus oleh generasi selanjutnya yang sebenarnya hanyalah korban dari keserakahan para pimpinan sebelumnya yang tidak mewariskan apapun yang mampu menjadi modal untuk menjadi negara yang bisa bersaing di tingkat global.

Jika Kotak Pandora terbuka apakah para politisi sudah siap dengan segala konsekwensinya. Sebab perlu kejujuran dalam diri politisi untuk membuka diri bahwa untuk bisa mewujudkan diri menjadi negara maju politisi perlu terbuka dan tidak perlu menutupi apapun jika ditanyakan oleh rakyatnya.

Tetapi apakah semua bisa terwujud? Lihat saja selanjutnya apa yang terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun