Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Proses Menjalani Hobi di Kompasiana

29 Mei 2024   12:14 Diperbarui: 29 Mei 2024   13:57 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah ada target saat menulis? Apakah ada niat khusus ketika menulis? Bagaimana awal mulai mencintai dunia tulis menulis? Berbagai pergolakan pikiran itu terus berpacu di benak penulis pemula. Di awal menulis di Kompasiana kegalauan itu itu juga muncul, Aku tidak tahu sejauh apa bisa konsisten menulis. Yang kupikir hanya satu persatu tulisan yang tengah dan hendak aku tulis.

Awal mula aku hanya mencoba menulis menurut pandang mataku, apa yang kurasakan saat ada sebuah peristiwa datang, kalau tidak salah aku menulis tentang perilaku suporter sepak bola. Aku tidak punya target yang penting bisa menulis dan menyelesaikan artikel dengan penuh harap bisa langsung tayang di Kompasiana.

Mengalir dan Siap menerima Kritikan 

Awal menulis di Kompasiana pastinya ada harapan tulisan bisa diterima atau mendapat kritikan setimpal dengan bahasa tutur tulisan yang masih amburadul, masih sering typo, masih sering mengulang kata-kata yang tidak perlu. Tetapi diantara degub jantung saat mau upload di kompasiana aku merasakan bahwa ada target besar di kemudian hari, bisa sharing, bisa saling berinteraksi dengan teman Kompasiana yang dulu kebanyakan memang sudah berpengalaman dalam dunia tulis menulis.

Aku juga mempunyai pengalaman pernah aktif menulis di internet, pernah menulis cerpen dan sempat menjadi kontributor artikel di sebuah majalah daerah. Pernah menulis opini di koran. Tetapi segala pengalaman itu tidaklah berarti ketika melihat betapa banyak artikel berkualitas di Kompasiana. Aku jadi sering membaca, menyimak tulisan-tulisan mereka yang wow. Begitu lancar menulis dan membuat opini sehingga bacaan-bacaan dari hasil tulisan para kompasianer itu membuka terang bahwa aku harus belajar, pada siapapun penulis, tidak peduli yang pemula atau yang sudah senior.

Aku merasakan ada penghargaan sebagai penulis karena interaksi antar kompasianer di kolom komentar seru dan melegakan, bukan seperti hakim atau jaksa yang membuat semangat menulis berhenti total. Kemudian satu persatu tulisan hadir di platform Kompasiana, hingga tidak terasa dari hanya sekitar belasan, terus berkembang menjadi puluhan, hingga ratusan artikel meskipun harus melewati beberapa tahun.

Pengalaman yang bisa dipetik adalah penulis menjadi lebih peka saat melihat hasil tulisan. Belajar untuk memperkecil kesalahan-kesalah atau typo, lebih efektif dalam menentukan paragraf demi paragraf, bisa mengerem emosi saat menulis, jadi bukan sekedar panjang dan banyak, tetapi bisa sedikit demi sedikit menentukan paragraf berdasarkan tema-tema penting. Belajar bagaimana membuat judul-judul yang yang mampu menginspirasi dan melihat pergerakan artikel populer yang bisa mempengaruhi banyaknya pembaca.

 Banyak penulis yang muncul, dan menghilang, mereka itu seperti gelombang. Ada yang naik kemudian menjadi pengamat, menjadi presenter, menjadi motivator, atau penggagas guru penggerak. Ada yang menjadi staf ahli, ada yang menjadi novelis, dan penulis script film, Youtuber, dan aktivis konten kreator media online.

Saya sendiri tetaplah menjadi guru yang kadang-kadang menulis di Kompasiana. Ada periode di mana saya aktif menulis, ada periode di mana saya pernah menghilang beberapa saat, namun  kembali lagi bersua dengan Kompasianer baru yang mempunyai spirit lebih dan bakat luar biasa dalam menulis.

Manfaat dari Menulis di Kompasiana

Di mana saya berdiri saat ini, saat teman-teman lama sudah mencapai level atas penulisan, bahkan sudah banyak yang menjadikan profesi menulis sebagai ladang mendapatkan uang. Saya tetap sebagai guru yang dengan sadar hati merasakan bahwa kehidupan itu penuh turbulensi. Ada saatnya di atas ada saatnya di bawah. Tetapi setiap ada usaha selalu ada peluang.

Mereka yang telah lulus universitas Kompasiana biasa sudah mempunyai jalan bagi perjalanan kreatifnya dalam menulis. Banyak yang menjadi editor, atau mempunyai perusahaan penerbitan tersendiri. Banyak pula yang akhirnya tenggelam karena konsistensi menulis meredup dan mereka menyadari bahwa untuk bisa bersaing dalam dunia tulis menulis itu berat.

Saya bergabung di Kompasiana akhir Januari 2010, dan sampai saat ini masih berkontribusi menulis. Dengan status terverifikasi biru, yang dianggap sebagai penulis dengan tulisan yang sudah mendapat kepercayaan dalam membahas masalah spesifik, dan tulisan headlinenya cukup banyak. Itu sebuah pengakuan yang membanggakan tetapi juga bisa jadi melenakan, karena ukuran artikel yang baik dan populer bukan hanya karena mendapat centang biru. Ada banyak aspek termasuk bahasan tulisan yang aktual, novelty atau kebaruan, artikel yang mampu menggugah pembaca dan artikel yang bisa membahas secara mendalam sebuah peristiwa.

Dalam proses menjalani hobi menulis di Kompasiana, banyak sekali sukanya, dukanya hanyalah ketika tulisan yang sudah diposting sering diambil oleh media online dan sebagai penulis tidak mendapat honor atau beruntung namanya dicantumkan. Dukanya lagi sudah menulis cukup banyak tapi karena perhitungan di kompasiana yang mendapat reward adalah artikel dengan viewer banyak lebih dari 3000 maka karena artikel terkumpul tidak cukup banyak membuat pacuan  pada diri penulis agar mendapat reward setimpal.

Ketika kita rajin menulis dan tidak ada reward rasanya ada yang kurang meskipun di kompasiana mendapat uang bukan hal utama. Tetapi ada rasa iri bila ternyata banyak teman yang mendapat reward lebih. Rasa penasaran itu bagi penulis memicu untuk membuat artikel lebih banyak agar ada kemungkinan mendapatkan reward. Kalau mengupload per bulan hanya sekitar satu atau dua artikel kemungkinan kecil mendapat reward , kecuali satu dua artikel populer dan booming.

Melakoni hobi memang membutuhkan mental lebih, diantaranya siap tombok, termasuk ketika menulis repertoar, wisata, kunjungan entah pameran atau event, kita harus keluar kocek sendiri untuk mendapatkan berita bagus. Ketika menulis di Kompasiana, sebagai warga setia siap tahan banting gabung mesti tanpa dibayar. Menjaga kualitas artikel tetap penting, apalagi ketika mengejar target headline.  Yang kita tulisan adalah tulisan dengan kualitas paling prima.

Dari Sharing and Connecting ke Beyond Blogging

Penulis tidak ingin mengecewakan pembaca dengan menulis ecek-ecek. Tulisan harus melalui riset, melalui proses editing, melalui permenungan dan akhirnya dipublish. Admin akan menilai artikel, memilah ke pilihan atau akhirnya diganjar headline. Interaksi, keakftifan antar kompasianer membuat tulisan dan bacaan mendapat kunjungan lebih banyak. Sharing dan connecting kemudian melangkah ke beyond blogging. Mempunyai arti bukan sekedar blogging biasa, ada kedekatan ada interaksi lebih melampaui batas pertemanan biasa. Seperti merasakan apa yang ditulis oleh kompasianer lain. Jadi bukan hanya sekedar sharing dan ada konektifitas, tetapi juga ada interaksi mendalam dalam wujud pertemanan. Bisa kemudian membuat interaksi dengan membangun organisasi, atau komunitas yang sesuai dengan passion dan minat masing-masing kompasianer.

Banyak manfaat dari komunitas yang memungkinkan ada kegiatan-kegiatan bersama, entah temu darat atau sekedar zoom bareng. Membuat lomba menulis dan mendapat upah dari semangat bersaing diantara sesama kompasianer.

Akhirnya kompasiana memberikan ruang besar bagi penulisnya untuk berkiprah di komunitas. Ini akan memberikan kesempatan kompasianer berkembang.  Bisa menjadi konten kreator, mendapat endorse dari perusahaan, mendapat kesempatan berinteraksi dengan penulis di luar Indonesia, mendapatkan pengetahuan tentang berbagai ragam kebudayaan dari berbagai manca negara.

Selalu Bermanfaat Hobi yang Ditekuni dengan Hati

Apapun meskipun  tidak mendapatkan keuntungan finansial secara langsung, paling tidak ada kesempatan terbuka para penulis kompasiana bisa mendapat durian runtuh untuk menulis, membuat jalan terbuka untuk menjadi pembicara, motivator, tutor menulis atau coach dalam dunia penulisan.

Jadi jika anda gabung dalam rumah besar kompasiana jalani saja hobi anda, jika serius dilakukan akan mendapatkan keuntungan dari hubungan pertemanan atau karena kesamaan komunitas hingga melahirkan karya-karya entah buku, entah juga keuntungan lain terlatih untuk menjadi host, pembicara atau nara sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun