Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

"Wirid" Butet Kartaredjasa, antara Laku Spiritual dan Pemikiran Politik

30 April 2024   06:52 Diperbarui: 1 Mei 2024   00:33 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Petruk berwajah emas (foto oleh Joko Dwiatmoko)

Perubahan tiba-tiba, pengkianatan ( menurut bahasa yang diserap oleh partai yang merasa ditinggalkan padahal sebelumnya telah memberi karpet merah kekuasaan).

Rupanya Butet memilih setia pada pandangan seninya dan keukeuh pada fatsun politiknya. Garang mengkritik dan harus kuat menerima gempuran kritik orang-orang yang berbeda pandangan politik.

Ia menyalurkan hasrat politiknya dengan melukis, sebuah repetisi berulang selama 90 hari untuk mendapatkan pencerahan bagi pikirannya.

Pulpen, kertas, menjadi sebuah litani (dalam bahasa katolik), wirid untuk yang berlatar belakang muslim. Ucapan adalah doa, sedangkan Butet melakukan upaya wirid/atau litani itu dengan menulis dan melukis.

Tidak perlu mencari letak keindahannya, seni bisa bermakna lebih, Bagus tidaknya lukisan tergantung tiap masing-masing pribadi. Dalam pergaulan seniman saking akrabnya antara satu dan lain sering digunakan kata yang bagi awam sangat kasar, namun tidak bagi seniman seperti Butet.

Ia biasa menggunakan kata "Asu" sebagai sebuah kata yang membuatnya tidak berjarak, akrab dan spontan. Sedangkan dalam pandangan umum orang jawa asu sering dikatakan pisuhan atau makian kasar.

Asu bisa jadi wujud cinta kasih bagi butet, ia mengatakan dengan enteng sebab terbiasa ngobrol dan saling meledek tanpa ada yang merasa tersinggung. Kata ini sempat menjadi masalah ketika Butet pidato dalam sebuah kampanye partai politik di Bantul.

Banyak yang menyayangkan mengapa memakai kata ini untuk mengkritik pemimpin negeri ini yang ketika usia pemerintahannya akan berakhir malah "cawe-cawe" dalam hal memilih calon presiden dan wakil presiden.

Nama dan pisuhan (makian) itu menjadi sumber ide bagi sebagian karyanya. Juga hewan yang berlambang salah satu partai ternama negeri ini.

Ide wiridnya diwujudkan dalam berbagai bentuk karya, sketsa, lukis, patung, keramik, dan juga video. Dalam videonya muncul animasi-animasi tulisan dengan suara-suara BK yang menyebut nama lengkapnya Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa.

Ia juga membuat buku-buku dari katalog tentang BK yang dijual cukup wow bagi kantong masyarakat biasa. Bahkan ada yang dijual lebih dari satu juta yaitu buku buku wirid visualnya yang bercover hitam.di sini

Yang penasaran ingin melihat pamerannya silahkan datang di Galnas. Masih berlangsung sampai tanggal 25 Mei 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun