Mengamati dan mengikuti dunia maya apalagi dunia seputar media sosial, kalau tidak kuat bisa-bisa terkena sindrom ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Bayangkan setiap hari muncul komentar aneh-aneh. Komentar itu bisa cerdas, bijaksana, dan tepat sasaran, namun banyak juga akun-akun yang asal njeplak, terutama akun kloningan dan akun yang sengaja menyembunyikan jati dirinya. Yang ramai saat ini adalah tentang isu ijazah palsu yang dimiliki Presiden Jokowi.
Gugatan Bambang Tri Mulyono sudah didaftarkan di Pengadilan Jakarta Pusat. Â Materi gugatan mengacu pada dugaan bahwa Presiden Jokowi menggunakan ijazah palsu saat mendaftar sebagai calon presiden. Gugatan itu juga ditujukan pada KPU tergugat( II) , MPR (Tergugat III) dan kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan teknologi (Tergugat (IV).
Bambang Tri Mulyono yang menulis Jokowi Under Cover menggugat Presiden RI ke 7 ngotot ingin mempidanakan Jokowi walaupun terasa aneh gugatannya. Â Menurut penulis aneh menganggap lembaga seperti KPU tidak kredibel. Kenapa Jokowi lolos verifikasi KPU sehingga bisa menjabat sampai dua periode.Kalau mau menggugat seharusnya ketika Jokowi mendaftar sebagai walikota dulu.
Penggugat menggunakan logika aneh dengan berpikir bisa saja seorang calon presiden di republik Indonesia ini menggunakan ijazah palsu dengan menyogok lembaga negara. Tetapi masyarakat memang berhak untuk melakukan gugatan karena Indonesia adalah negara hukum, negara demokrasi. Negara demokrasi menjamin hak dan kewajiban masyarakatnya untuk bebas berpendapat dan melakukan tuntutan hukum atas dugaan pencemaran nama baik, penistaan, menyelewengan jabatan, pemalsuan identitas.
Siapa sih sebenarnya Bambang Tri Mulyono (BTM) itu. Menurut beberapa referensi yang saya baca pria kelahiran tahun 1971 itu adalah lulusan SMAN 1 Blora. Pernah tercatat sebagai mahasiswa jurusan Peternakan Universitas Diponegoro, Ia keluar setelah bertahan 2 Semester. Selanjutnya ia mengikuti tes Perguruan Tinggi. Diterima di Universitas Jenderal Soedirman jurusan Pertanian. Namun lagi-lagi tidak diselesaikan padahal tinggal skripsi.
Menurut kakaknya yang bernama Endang , BTM termasuk orang yang jarang bergaul, lebih suka di rumah. Pribadinya keras tidak mau menerima masukan dari pihak lain. Pribadi Bambang Tri cenderung tertutup.
Bambang keukeuh memperkarakan Jokowi yang diduga memalsukan ijazah SD, SMP dan SMA saat proses pemilihan Presiden 2019 lalu (Bambang itu salah satu pengagum Prabowo Subianto).
Provokasi, gugatan dan berbagai peristiwa di Indonesia begitu riuh. Politisi, oposisi, memanfaatkan isu-isu yang belum tentu benar, untuk menjatuhkan kredibilitas lawan politik. Dalam lingkup kekuasaan semakin tinggi jabatan maka serangan-demi serangan fitnah, berita hoaks, berita yang membuat masyarakat terbelah dalam kubu-kubuan telah membuat suasana semakin hingar bingar. Â Entah mana yang bisa dipercaya, Kadang kasus remeh-temeh berubah menjadi kasus besar karena masyarakat tergiring untuk menanggapi. Hal-hal yang sebelumnya sudah dibahas dan diklarifikasi, bisa saja kembali di bawa ke ranah media sosial sehingga netizen, buzzer, influencer, pengamat, komentator yang seringnya hanya membaca judul yang heboh tetapi tidak membaca secara terinci dan tuntas seperti ikut tersenggol dan ikut berkomentar.
Tumpang tindih opini itu membuat masyarakat bingung bagaimana membedakan berita yang benar dan berita yang sekedar isu dan rumor. Jejalan informasi yang banyak dengan nara sumber berbeda sudut pandang yang berbeda membuat hal yang benar dan valid bisa saja terus digugat karena ada isu yang berkembang yang meragukan kebenaran data tersebut karena telah terkontaminasi :politik.
Beberapa tahun belakangan ini dunia politik begitu ramai oleh berita hoaks yang dianggap benar, itu karena afiliasi politik, politik identitas yang terbentuk dan banyak orang yang terindoktrinasi oleh ajaran-ajaran agama radikal yang mendorong manusia untuk memperuncing perbedaan apalagi menyangkut hal sensitif, terutama kepercayaan atau agama.
Kasus Ijazah palsu, membuat logika terbalik. Yang kebetulan tengah membenci semua keputusan pemerintah saat ini tentu saja percaya dan mendorong untuk menindaklanjuti proses hukum, sedangkan yang bosan, capek mendengar rumor, akhirnya harus mengatakan masa bodo, mau ngomong 100 kali ya percuma wong ora waras kok ditanggapi (menyuplik apa yang dikatakan Gibran Rakabuming Raka di media)