Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa Pemimpin Masa Depan: AHY, Gibran, atau Puan?

25 September 2022   19:14 Diperbarui: 25 September 2022   19:17 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jabartribunnews.com

Melihat perawakannya yang besar, tinggi, kekar, rambutnya klimis dengan gaya kekinian, saya seperti melihat sosok AHY memang seperti cerita-cerita yang tergambar dalam pewayangan.  Bisalah dekat dengan sosok Gatotkaca, atau dalam film-film India ia digambarkan seperti tokoh ksatria dan menjadi idola para wanita.

Berbaju elegan, dengan muka yang benar-benar "laki". Bahkan maaf bukan saja dikagumi oleh kaum hawa tetapi juga mereka yang punya orientasi menyukai sesama jenis. Ia benar-benar mengukur bahasa tubuh, pilihan kata dan juga mencoba menerapkan gaya pidato seperti saat masih menjadi tentara aktif, berkobar-kobar dengan pilihan diksi yang sudah terprogram. Gaya militernya masih kental terlihat.

Sebagian anak muda yang melihat sosok tokoh politik yang mendekati sempurna secara fisik pasti melihat Agus Harimurti  Yudhoyono (AHY). Apa sih yang kurang dari dirinya. Pintar ya, pendidikan tinggi sampai ke luar negeri ya, istri cantik dan artis iya, selebritis bisa masuk kategori itu mengingat gaya hidupnya yang memang penuh dengan gaya hidup yang mendekati orang-orang yang terbilang selebritas.

Tetapi apakah orang benar-benar mengidolakannya, ketika dalam setiap pidatonya ia selalu bernostalgia pada era presiden ke-6 alias orang tuanya sendiri. Sang Jenderal yang bisa naik daun berkat memanfaatkan kondisi ketika dirinya merasa tidak digubris oleh Presiden Megawati karena ada hal yang membuat Sang Megawati meradang dan merasa perlu mengabaikan sang Jenderal yang berpembawaan kalem dengan fisik tinggi besar.

Masyarakat mudah terpukau oleh suara, intonasi, pembawaan yang kalem dan "tenang". Pidatonya benar-benar membuat emak-emak   klepek-klepek dan akhirnya menjadi idola baru di saat banyak yang cukup kecewa dengan pembawaan  pemimpin perempuan yang  lebih banyak diam, Presiden yang lebih banyak bekerja dalam sepi tidak terlalu sering membuat pidato-pidato mengawang-awang. Apalagi setelah kebijakan menjual Indosat yang membuat banyak politikus dan masyarakat meradang.

Muncullah sosok gagah yang dikenal sebagai ayah dari sosok politik muda dari partai Mercy, Politik dengan warna dominan biru tersebut. AHY begitu mengidolakan ayahnya, hingga tidak rela jika apa yang sudah dikerjakan oleh SBY terus mendapat sorotan tajam oleh partai politik.

Partai Demokrat ini akhirnya harus mengubah haluan ketika merasa tidak dirangkul oleh Presiden Jokowi. Maka AHY dengan politik yang cenderung terus mengritik kebijakan yang bagi mereka hanya plek ketiplek alias meniru kebijakan presiden ke 6 dulu tentang BLT. 

Bahkan diwaktu lain sang anak mantan presiden itu terus melancarkan perang dengan mengatakan bahwa pemerintahan Jokowi hanya gunting pita atas perencanaan, blueprint infrastruktur yang dan proyek-proyek SBY yang sudah "selesai"70 sampai 80 persen. Bahkan juga AHY menyerang bahwa pemerintahan Jokowi tidak tahu terimakasih atas jasa-jasa pemerintahan sebelumnya.

Dari beberapa tayangan dan data-data di media sebenarnya Jokowi pernah mengatakan terimakasihnya kepada SBY saat meresmikan Bandara Kertajati yang sebetulnya sudah direncanakan sejak zaman Soeharto, dan mencoba dirancang lagi di masa pemerintahan SBY, namun banyak kendala sampai akhirnya bandara Kertajati benar-benar dikerjakan dan diselesaikan di masa pemerintahan Joko Widodo.

Sontak netizen menganggap bahwa pernyataan AHY blunder dan banyak yang menyayangkan bahwa politik yang dipakai AHY bisa malah menampar diri sendiri. Politik menyerang bukan dengan menawarkan ide baru, solusi baru dan memberi gagasan segar agar masyarakat terpikat dengan gagasannya. Pidato AHY dianggap netizen lebih ke arah "Nyinyir". Ayo anak muda beri gagasan baru, bukan membangga-banggakan karya bapaknya. Banggalah pada diri sendiri, percaya pada kemampuan diri sendiri bahwa kamu mampu berdikari dan mempunyai gagasan visioner, tidak lagi menengok ke belakang.

Gibran Rakabuming Raka Pendatang Baru Politik

Sosok anak muda yang lain adalah Gibran Rakabuming Raka. Kalau dibandingkan dengan AHY, ya orang bisa menilai. Gibran bukan sosok idola secara fisik. Ia bukan terbentuk dengan gaya militer yang kaku dan tegas. Ia lebih seperti orang biasa, yang mengandalkan kerja kerasnya untuk meyakinkan orang lain bukan karena fisik namun lebih pada usaha kerja keras untuk mandiri tidak pernah mengandalkan bahwa ia anak pejabat tinggi, anak presiden pula.

Bahkan ia malah menolak jika diminta untuk membela presiden ketika ditekan, diejek, dihina dan dipojokkan netizen dan politikus oposisi. Bahkan ia malah mendatangi dan mengatakan ia mengidolakan sosok Rocky Gerung yang tidak pernah absen mengritik dan mengatakan jelek tentang ayahnya. Kata-kata dungu yang terlontar untuk menyerang pemerintahan sekarang, tidak digubris Gibran. Ia malah mendatangi "musuh bebuyutan" Jokowi dan datang untuk silaturahmi ke sang Kritikus yang sindirannya bikin panas dan emosi pada mereka yang tidak tega Jokowi diejek habis-habisan.

Dalam filosofi Jawa dikenal dengan Ngluruk tanpa bala menang tanpa ngasorake. Atau ada istilah lain suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti. Artinya kurang lebih mendatangi musuh tanpa teman, menang tanpa merendahkan. Semua bentuk keangkaramurkaan yang bertahta dalam diri manusia lebur atau hancur oleh tindakan kasih sayang.

Kalau AHY lebih memilih menyerang dan mengandalkan kesuksesan ayahnya. Gibran lebih senang pencapaian kesuksesan dihargai oleh usaha sendiri. Ia tidak suka jika harus menilai pencapaian ayahnya karena ia ingin dihargai bukan sebagai anak presiden tetapi karena dirinya sendiri.  Begitu kesan yang bisa dipetik dari tipikal seperti Gibran. Ia tidak suka dibanding-bandingkan. Ojo Dibandingke. Begitu lagu abah Lala yang dinyanyikan awalnya oleh caknan dan semakin moncer kala dinyanyikan anak kecil bernama Farrel Prayoga.

Puan dan Pekerjaan Rumahnya Menaikkan Elektabilitas

Lalu bagaimana dengan Puan Maharani? Puan adalah politikus matang yang belajar politik dari ibunya yang ketua umum PDIP. Ia cukup lama terjun ke politik, belajar dan kemudian mendapat posisi sebagai anggota DPR, sempat didapuk menteri di awal masa jabatan Jokowi dan ketika pada 2019 ia mendapat mandat sebagai Ketua DPR.

Secara pengalaman jelas ia lebih pengalaman dibandingkan AHY dan Gibran. Ia sudah terbiasa dengan intrik-intrik politik. Partai tempat bernaungnya banteng moncong putih sudah menggemblengnya menjadi politikus matang, namun lagi-lagi secara popularitas maaf ia masih kalah jauh dengan Ganjar, Anies dan Prabowo Subianto. Kalau mau mengajukan diri menjadi calon presiden ia harus bekerja keras agar suaranya terdongkrak signifikan, namun bukan hal mudah menaikkan popularitas dalam waktu sekejab. 

Bahkan dari banyaknya diskusi dan komentar di medsos, semesta alam tampaknya masih meragukan kapasitas dan kapabilitas Puan Maharani meskipun ia adalah putra mahkota ketua umum, cucu dari legenda demokrasi dan pencetus kemerdekaan  Soekarno. Secara biologis dan ideologis ia mungkin mewarisi trah Soekarno, tetapi kenyataannya banyak masyarakat menilai sekarang bukan lagi karena keturunan siapa, tetapi lebih pada rekam jejak dan kerja nyata.

Masyarakat lebih melihat Puan bukan orang yang pandai bicara, lebih banyak bekerja dalam diam, sehingga banyak orang kurang mengenal kualitas kepemimpinannya. Puan dikenal lebih karena ia anak Megawati, mantan presiden dan ketua umum dari partai besar. Sedangkan prestasi individunya tidak banyak orang mengenalnya. Bagaimana meyakinkan masyarakat agar Puan dikenal?

Bukan dengan spanduk dan banner yang dipajang di mana-mana, tetapi lebih pada kepedulian, jejak kedekatannya dengan masyarakat bukan karena gimmick hanya saat mendekati pemilu, tetapi karena memang kemampuan diri sendiri yang terbiasa dekat dengan rakyat, itu yang belum ditunjukkan oleh Puan, AHY dan sebagian anak-anak pejabat yang masih mengandalkan popularitas orang tuanya.

Jadi bagi anda yang menginginkan sosok pemimpin negara masa depan siapa  diantara anak presiden yang punya kans besar  meneruskan jejak menjadi pimpinan tertinggi negara ini. Hanya alam yang tahu dan tentu usaha mereka sendiri untuk merebut simpati masyarakat. Salam Damai Selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun