Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kontroversi Rendang Babi, Perlukah Membuat Masyarakat Terbelah Menyikapinya?

12 Juni 2022   07:25 Diperbarui: 12 Juni 2022   07:28 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika agama dominan dan mulai merambah dunia politik, mulai terpancing untuk ikut dalam mengatur apapun hasilnya hanya akan membuat banyak orang melawan, mencoba melanggar dan mempertanyakan. Apa sih fungsi agama sesungguhnya?

Jika agama pada akhirnya hanya menampilkan kekerasan, perang, konflik antar saudara, pelanggaran terhadap hak asasi manusia, pemaksaan kehendak, merebaknya pemerkosaan akibat aturan-aturan kaku yang seharusnya sudah berubah seiring perkembangan zaman, ya introspeksi itu amat penting.

Agama itu ranah pribadi,  bukan bagian dari politik, bukan bernuansa kekuasaan, bukan hendak memaksa kehendak sehingga ketika dianggap berbeda yang berseberangan layak dilenyapkan, budaya yang tidak sesuai berhak dihancurkan, termasuk artefak hasil kebudayaan masa lampau yang sebetulnya dibangun dengan kecerdasan dan kemajuan berpikir yang sudah melebihi zamannya.

Apakah manusia harus kembali ke zaman primordial, ketika manusia yang jumlahnya lebih besar, lebih banyak pengikutnya, lebih kuat dengan seenaknya membuat peraturan yang hanya menguntungkan pihak tertentu. Saya tidak sedang menunjuk agama tertentu. Namun berkaca pada sejarah, apapun agamanya jika mulai mabuk kekuasaan, dekat dengan pemerintahan, tidak berjarak dengan manusia-manusia yang lebih memprioritaskan kepentingan dan kekuasaan suatu saat akan hancur.

Nah, sebagai manusia yang hakikatnya saling tolong-menolong, sebelum terlanjur harusnya ada introspeksi. Seberapapun dominan dan kuatnya kekuasaan untuk menguasai dan meminjam legitimasi kekuasaan, jauhkan agama dan spiritualitas dari ambisi politik praktis.

Politik itu sebetulnya positif, bertujuan untuk mengatur, mendudukkan peraturan pada tempatnya, mengatur seadil-adilnya, bukan bermain licik, untuk mempecundangi saudara, teman dan orang lain yang butuh bantuan.

Sudah terlihat hasilnya ketika keimanan, agama bercampur dengan ambisi kekuasaan hasilnya akan membuat diri sendiri terjerembab ke jurang yang dalam.

Rancunya Budaya dan Agama

Rendang itu sesungguhnya bukanlah produk agama. Rendang itu adalah budaya kuliner. Budaya melintas batas bukan milik agama tertentu.  Semua orang berhak mengolahnya meskipun dalam setiap prinsip agama ada yang diharamkan ada yang disahkan sebagai makanan yang layak konsumsi. Di Bali sapi adalah hewan yang disucikan, sedangkan di Jawa sapi adalah termasuk daging terfavorit yang dikonsumsi masyarakat.

Di beberapa tempat ada jenis makanan rica-rica. Ada rica-rica entok, ayam, bebek dan di kalangan tertentu ada rica-rica wedus balap, alias aing, alias anjing yang dianggap haram oleh  saudara muslim.  Pertanyaanya apa salahnya rendang babi jika dimakan oleh non muslim, Kecuali dalam media atau pengakuan pemilik restoran dia menjual rendang  sapi tetapi ternyata  berbohong karena sebetulnya yang dikatakan rendang sapi itu pada kenyataannya adalah rendang babi. Itu bentuk penipuan dan bisa dituntut.

Kalau dari awal  sudah dikatakan rendang babi, mengapa harus dipersekusi, disayangkan dan dianggap melecehkan agama tertentu. Sekali lagi rendang itu produk budaya masyarakat bukan produk agama tertentu. Mengaitkan makanan dengan milik keyakinan tertentu hanya akan membuat manusia menjadi terkungkung dalam pola pemikiran yang terkotak-kotak dan tidak akan pernah bisa maju, kalau semua bidang dijadikan polemik dan dikaitkan dengan keyakinan tertentu.

Di zaman medsos ini sepertinya hidup menjadi semakin ribet dan ruwet, apa-apa dikomentari,apa-apa dibuat viral. Netizen-netizen ojo gumunan, ojo kesusu menghakimi, ojo sithik-sithik(sedikit-sedikit) dikomentari. Masalah makanan itu selera pribadi dan apapun selera masyarakat tempatkan saja sewajarnya. Indonesia itu negara multi etnis, multi budaya, jangan cepat tersinggung jika ada hal yang berbeda.  Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun