Kami biasa mandi di belik atau mata air yang banyak terdapat di belakang kuburan atau di dekat lereng sebelah utara di pinggir tegalan dan sawah. Orang tua, anak-anak, remaja sering mandi di pancuran. Air dingin waktu pagi hari. Keisengan masa remaja adalah melihat anak-anak perempuan mandi. Sebab mandi pasti melepas semua baju yang melekat di badan. Tempat mandi tidak tersekat sama sekali, Hanya tertutup perdu dan dedaunan dan rimbun. Tentu anak laki-laki tidak kurang akal mengintip "bidadari mandi".
Jadi pikiran anak laki-laki remaja jadi penasaran bagaimana sih bentuk anak perempuan.
"Ssst diam, ada Sarmi yang sedang mandi kita intip yuk."
"Iya, tapi jangan berisik lho, kalau ketahuan nanti mereka pasti akan menjerit, malu kita."
"iya, tapi bagaimana tidak berisik kita khan di tanah yang banyak klaras bambu, ya berisik lah."
"Langkahnya yang pelan..."
Belum sempat di pinggir jurang yang di bawahnya persis tempat mandi, seorang nenek lewat.
"Hei anak-anak sableng, mau ngintip ya, ayo ngaku..."
"Hehehe, nggak nek, ini mau cari klaras dan ranting...?"
"Ah, bohong, kamu pasti mau ngintip orang mandi khan."
Kami saling lirik, kemudian dengan satu kode. Langsung lari tunggang langgang.