Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kemarahan Oposisi di Pucuk Ubun-Ubun

12 April 2022   09:32 Diperbarui: 12 April 2022   09:40 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demonstrasi 11 April 2022 telah usai, agenda mahasiswa untuk demonstrasi telah mendapatkan penyalurannya, namun sejumlah pekerjaan rumah bagi iklim demokrasi masih mengganjal. Salah satunya adalah agenda tersembunyi dari para oposan yang belum tersalurkan. Mungkin para petualang politik ingin demonstrasi rusuh dan berakhir anarkhis. Mahasiswa dikorbankan sebagai pihak yang bersalah yang membuat demo berakhir rusuh dan anarkhis.

Ade Armando Salah Masuk Arena

Pada beberapa kejadian muncul di arena demonstrasi termasuk Ade Armando yang datang di arena demo kemudian dihajar masa akibat teriakan emak-emak dan sejumlah masa tidak dikenal (ada bapak-bapak tua dan beberapa wajah tua yang tidak mencerminkan sosok mahasiswa). Mungkin saja ada penyusup yang berasal dari oposisi pemerintah datang memberi spirit berbeda dan pelampiasan dendam para oposan yang selama ini serasa tertekan.

Dugaan adanya campurtangan pihak luar atau istilahnya ada penyusup yang hendak mengacaukan agenda demo mahasiswa itu muncul ketika ada sekelompok orang yang datang ke lokasi demo membawa senjata tajam, ada sekelompok orang mengeroyok petugas kepolisian yang hendak membantu mobil yang terjebak di tengah tol. Untungnya ada mahasiswa membantu melerai upaya pengeroyokan oleh masa "tidak jelas".

Kerumunan masa apalagi demo besar rawan sekali disusupi, apalagi saat ini terbayangkan bagaimana dendam kesumat oposisi telah mencapai pucuk ubun-ubun, akibat beberapa kebijakan pemerintah yang cenderung merugikan mereka. Mereka para pengemplang pajak dan sekolompok ormas yang tertekan dan dibubarkan karena aksi anarki yang meresahkan masyarakat.

Wacana penghinaan terhadap agama, tekanan dan penyempitan ruang gerak premanisme berbaju ormas agama. Isu khilafah dan gerakan-gerakan masif orang-orang yang sedikit-sedikit marah gara-gara perdebatan masalah agama yang akhirnya menimbulkan percikan api kemarahan dan dendam. Kelompok massa itulah yang mencoba memprovokasi sehingga nilai-nilai demokrasi, perbedaan pendapat, perbedaan sudut pandang bisa berakhir menjadi bentrokan kemarahan dan kesumat yang berujung darah yang tercecer.

Salah satunya adalah kemarahan yang terlampiaskan untuk sosok progresif yang sering menyuarakan pendapat dan akal sehat menghadapi sekelompok orang yang "mabuk agama" Ade Armando, seringkali di akun YouTubenya menyerang akal sehat orang-orang yang fanatis yang menganggap mereka perlu menggunakan akal sehat dan logika. Akibatnya Ade Armando yang nekat datang di sarang serigala itu kena hajar masa dan hampir tidak selamat kalau mahasiswa tidak ikut turun tangan.

Darimana datangnya emak-emak yang teriak dan sekelompok masa "tidak jelas"menyusup di antara kerumunan masa demontrasi mahasiswa itu? Pasti ada yang menggerakkan, pasti ada yang memobilisasi sehingga suara-suara provokatif itu bisa memberi efek psikologis berupa kemarahan, emosi hingga ada tindakan anarkhis yang mencoreng demonstrasi mahasiswa.

Mahasiswa dan Pemanfaatan Teknologi Digital Untuk Menyalurkan Kritik ke Pemerintah

Munculnya resiko demo anarkhis itu harus kembali dipikirkan mahasiswa. Manfaatkan kecanggihan teknologi untuk menyalurkan kekritisannya pada situasi dan kondisi saat ini. 

Mahasiswa harus cerdas untuk menyalurkan aspirasi. Toh mereka melek teknologi, mampu mengembangkan pola pemikiran literasi, kekritisan mereka dapat disalurkan pada sarana yang tepat, mampu memilah mana berita hoax berita sampah atau berita yang berasal dari sumber yang akurat. Turun ke jalan itu punya banyak resiko, rawan disusupi oleh pihak-pihak yang berkepentingan terjadinya chaos di negeri ini.

Dampak pandemi yang belum sepenuhnya pulih seharusnya disikapi bijaksana. Pemerintah sedang bekerja keras untuk mengembalikan kesehatan ekonominya. 

Banyak sektor terdampak hingga mengakibatkan APBN tersedot untuk penanganan covid-19 yang tidak sedikit bahkan negara lain sampai mengalami inflasi dan defisit. Meskipun tidak sempurna bukan berarti pemerintah tidak bekerja keras, Banyak pekerjaan pemerintah menanti disisa masa berkuasanya. 

Pemulihan ekonomi, lonjakan harga sembako terutama minyak goreng dan beberapa barang yang diperlukan masyarakat umum susah direm untuk melonjak. Harga BBM yang mengalami lonjakan akibat tekanan dari dunia dengan mahalnya minyak mentah dunia. Salah satu penyebabnya adalah infasi Rusia ke Ukraina. Ancaman akan munculnya perpecahan dari mereka para pendukung A S dan sekutunya dan Rusia dengan negara-negara pendukungnya.

Hal-hal  di atas harus juga dipikirkan mahasiswa, kalau perlu tidak usah berpikir tentang ambisi politik dan trik-trik oposisi mengganggu kestabilan ekonomi. Bukan mendukung pemerintah atau menjadi pro pemerintah. 

Mahasiswa perlu bergerak untuk menyelamatkan rakyat dan negara, caranya dengan mencari, membuka kotak misteri siapakah penimbun dan mafia yang menimbun minyak goreng, membuat para petualang politik kalangkabut sehingga ambisi untuk segera berkuasa bubar mawut.

Murnikan pikiran tetap berpikir kritis. Cari akar masalah bagaimana para spekulan dan penimbun bisa bergerak leluasa. Pastikan bahwa gerakan kritis mahasiswa itu murni karena kepeduliannya terhadap negara dan rakyat. 

Tidak mudah terprovokasi pada berita-berita media masa partisan yang cenderung mengadu domba, membuat suasana bathin netizen panas dengan akun-akun tidak jelas yang memproduksi berita tidak lagi cover both side, lebih pada judul-judul bombastis yang antara judul dan isinya tidak nyambung. 

Gerakan literasi adalah memberi wawasan berpikir mahasiswa semakin luas, membaca kasus dan masalah tuntas dan membuat analisis masalah bukan dengan emosi, namun dengan pikiran yang jernih dengan dimensi pengetahuan yang luas.

Teriakan keras di jalanan rawan disusupi agenda-agenda dari orang-orang yang ingin negara kacau, apalagi banyak kata-kata provokatif yang muncul dari grup-grup WA, grup-grup media sosial yang hanya berdasarkan berita yang disebarkan tanpa disertai sumber yang jelas. Sambil berdemo mereka mengintip status, melihat komentar-komentar yang cenderung fitnah, terbakar emosinya akhirnya melampiaskan emosi hingga berakhir ricuh.

Titik Didih Emosi Para Demonstran dan Provokasi Pihak Luar

Para oposan telah sampai pada titik emosi, beberapa kali melakukan upaya penggalangan massa dan gagal membuat demonstrasi berakhir rusuh yang akan memberi peluang bagi mereka untuk memainkan isu yang menjadi senjata untuk menggulingkan pemerintahan yang resmi.

Kalau pemerintah saat ini belum sempurna, masih banyak rakyat yang belum tersentuh bantuan dan masih ada sebagian masyarakat merasa bahwa pemerintah abai terhadap kesejahteraan mereka, pikirkan lagi hampir semua negara- negara di dunia mengalaminya. 

Pemerintah tidak bisa seratus persen menjamin kesejahteraan masyarakatnya, ada saja yang luput dari bantuan lepas dari perhatian, kecuali kalau pemerintahan wan prestasi, pemerintahan korup dan pemimpinnya melakukan penyelewengan jabatan dan melakukan tindakan represif yang mengancam kesejahteraan dan kebebasan demokrasi masyarakatnya.

Yang terjadi sekarang, gaung kritik dan upaya penggiringan opini lebih banyak dilakukan oleh politisi yang berseberangan dengan pemerintah. Bagaimanapun diantara kekurangan pemerintah saat ini laju pembangunan masih bisa dirasakan, hanya beberapa kasus yang belum bisa ditangani pemerintah antara lain adalah langkanya minyak goreng, melonjaknya beberapa kebutuhan pokok baik terkait ekspansi pasar menjelang hari raya maupun tekanan minyak mentah dunia yang melonjak mengakibatkan beberapa komoditi ikut terpengaruh.

Bagi mereka yang kesulitan keuangan apalagi yang usahanya bangkrut dan masyarakat dengan pendapatan kecil merasakan benar dampak kenaikan harga tersebut. 

Tekanan psikologis masyarakat yang kesulitan dalam bidang ekonomi itu yang dijadikan senjata "musuh"pemerintah untuk memberikan tekanan bahkan penggiringan opini, hingga di media sosial, kolom komentar mulai banyak yang bersuara kritis bahkan malah ada yang menyerang "pribadi"kepala negara dengan kata-kata nyinyir dan cenderung menghina.

Masyarakat media sosial saat ini benar-benar luar biasa, yang saya baca kadang bukan cerminan karakter budaya timur yang sopan dan unggah-ungguhnya genap. Suara makian, lontaran kritikan banyak yang liar jauh dari etika bicara yang sering diajarkan dibangku pendidikan. 

Netizen sering menghajar penguasa, politisi, dengan kata-kata yang boleh dikatakan datang dari budaya primordial, bukan dari bangsa yang berpendidikan. Itulah efek demokrasi. Mereka bebas bersuara, bebas mengkritik, namun kadang kebablasan dalam hal sopan-santun mengkritik.

Semoga saja situasi semakin reda, masyarakat mencapai titik temu, mereka menemukan kata sepakat untuk memulihkan perekonomian yang compang-camping akibat hantanam pandemi. 

Masalah politik, wacana perpanjangan masa jabatan itu khan semacam aspirasi sebagian masyarakat, bukan keinginan Jokowi semata, semasih mengikuti alur konstitusi, taat hukum dan tidak melanggar aturan sebaiknya pemerintah diberi waktu sampai masa pemerintahan berakhir.

Wong masih dua periode kok sudah banyak orang terprovokasi untuk melakukan pembulian. Kecuali pemerintah abai dan melanggar ketentuan dengan memperpanjang jabatan tanpa kompromi dengan wakil rakyat dan atas ijin masyarakat. 

Wong baru wacana kok sudah berisik, seakan-akan peristiwa sudah terjadi, semoga masyarakat tidak mudah termakan isu oleh berita-berita hoaks yang beredar sehingga masyarakat tetap tenang bekerja dan berupaya maksimal mengembalikan pesekonomian ke jalur yang benar. Untuk oposisi silahkan tetap kritis, sejauh memainkan trik politik yang cantik dan elegan. Salam demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun