Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dokter Terawan, IDI dan Langit Mendung Profesi Dokter Indonesia

28 Maret 2022   11:38 Diperbarui: 28 Maret 2022   12:12 3725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Terawan Agus Putranto Sp. Rad (tribunnews.com)

Mantan menteri kesehatan  Letnan Jenderal dr.Dr Terawan Agus Putranto,(Sp.Rad) telah menerima surat cinta berupa pemecatan permanen dari IDI dan dicabutnya praktik kedokteran selamanya. Terhitung berdasarkan surat tertanggal 8 Februari 2022. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran ( MKEK ) dipecat dengan alasan salah satunya melakukan promosi Vaksin Nusantara sebelum penelitiannya selesai.

Ada beberapa alasan lain mengapa IDI akhirnya memecat Dr Terawan. Belum menyerahkan bukti telah menjalankan sanksi etik sesuai SK MKEK dari 12 Februari hingga akhirnya menerima diterbitkannya SK pemecatan.

Bertindak sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia PDSRKI. Menurut IDI badan tersebut dibentuk tanpa melalui prosedur sesuai tatalaksana dan organisasi (ORTALA) IDI dan proses pengesahan di Muktamar IDI. (sumber: m.bisnis.com).

Intinya dari berbagai referensi yang ditulis di media masa. Alasan IDI karena Dr. Terawan tidak patuh pada ketentuan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai wadah resmi para dokter Indonesia.  Intinya Dokter Terawan adalah dokter yang tidak mengindahkan ketentuan IDI.

Metode DSA dan belum terbuktinya Uji Klinis Menurut IDI

Namun seperti diketahui bahwa jejak prestasi Dokter Terawan sangat banyak. Ia mengenalkan metode DSA (Digital subtraction angiography). 

Menurut bahasa populernya adalah cuci otak. Metode yang digunakan oleh dokter Terawan ini sebetulnya biasa dilakukan oleh kedokteran namun menurut sumber dokter Terawan melakukannya terlalu jauh dengan menyertakan Heparin ke dalam pembuluh darah. Dengan metode ini memang tidak semua pasien tersembuhkan, namun banyak yang percaya bahwa banyak pasien yang merasa mereka tidak lagi mengeluhkan kesehatannya sehabis di terapi oleh dokter Terawan.

Intinya majelis dokter menyangsikan metode DSA hingga akhirnya muncul kesepakatan untuk memecat dokter Terawan karena dianggap mal praktik. Metodenya belum teruji secara klinis.

Dari kasus dokter Terawan ini penulis berpendapat ibaratnya langit mendung bagi profesi dokter Indonesia. Kreativitas, penemuan, metode pengobatan yang tampak nyleneh di mata IDI akan mendapatkan sanksi. 

Dokter Terawan yang melakukan pengobatan dengan DSA sebetulnya ditanggapi positif masyarakat, metode alternatif pengobatannya terbukti banyak yang tersembuhkan, namun lagi-lagi kalau ada orang yang bandel, tidak mengindahkan apa kata organisasi yang nota bene sah di mata negara, tampaknya akan banyak rintangannya. 

Dari polemik yang berkembang IDI sering dituduh telah tidak netral, ada pilih kasih dan membuat dokter tidak bisa melakukan pengobatan inovatif. Contoh vaksin nusantara yang dimasalahkan harusnya inovasi seperti yang dilakukan dokter Indonesia itu mendapat dukungan penuh. Termasuk riset dan uji cobanya.

Vaksin Nusantara gagasan Dr. Terawan ini belum-belum sudah ditanggapi pesimis dan dianggap illegal sehingga menjadi salah satu poin alasan IDI memecat Terawan.  

Saat ini #saveterawan menggema, sejumlah aktivis membuat status di instagram dan twitter dan banyak komentar menyayangkan tindakan pemecatan kepada dokter Terawan. 

Sejumlah selebriti, fotografis, pematung seperti Darwis triadi, Ni Luh Djelantik, Nyoman Nuarta, menyayangkan tindakan IDI, mereka intinya mempertanyakan kenapa dokter kreatif, inovatif dan potensial itu mendapat sanksi. Apa karena seringnya melawan IDI dan cenderung tidak mengindahkan kesepakatan IDI membuat dokter Terawan terkena skak Mat IDI.

Sebab dari beberapa berita yang muncul kadang para dokter IDI sering dimanjakan oleh perusahaan farmasi untuk mempromosikan obat-obatan mereka, mendapat bonus besar dari penjualan obat. Dan maaf ada beberapa netizen yang berpendapat bahwa IDI sudah disusupi faham kadrun, tidak netral.(ini pendapat netizen berdasarkan jejak komentar mereka bukan pendapat penulis).

Cuplikan repost Nyoman Nuarta(diambil dari status Instagram Ni Luh Djelantik): Dr. Terawan, yg telah menyembuhkan saya dr migrain, kini di peat oleh IDI, ini membahayakan kesehatan kita, dan juga dunia ke dokteran. Dan akan banyak menimbulkan kemarahan masyarakat yang mengharapkan pengobatan dr. Dr. Terawan, saya kira wakil rakyat beserta pemerintah dan masyarakat segera menyelamatkan Dr terawan. Disebabkan banyak pasien yg telah lama mengantri sia2 akibat larangan praktek.

Di antara yang membela pun ada yang menganggap bahwa praktik pengobatan Dr Terawan itu melanggar aturan klinis dan riset kedokteran. Netizen ini menganggap dokter Terawan sendiri saja tidak bisa bertanggungjawab atas penelitiannya sendri dan telah melakukan pelanggaran berat bahkan  parahnya bs mengarah ke kriminal.

Pemecatan Berkaitan dengan Politik?

Pemecatan Dr. Terawan masih menjadi trending topik. Ada banyak yang menyayangkan pemecatan dikaitkan dengan politik, ada yang mencurigai persekongkolan IDI dengan MUI. Dan dugaan-dugaan yang berpotensi memecahbelah masyarakat tidak saya cantumkan di sini. Intinya. 

Semoga saja persoalan IDI dengan Dokter Terawan segera bisa dipecahkan. Untuk pemerintah mohon beri penjelasan yang gamblang tentang langkah yang dilakukan IDI dan jika terbukti Dr, Terawan tidak bersalah segera dipulihkan nama baiknya, jika pemerintah dan IDI mempunyai alasan jelas, mohon dijelaskan secara gamblang kepada masyarakat agar tidak terjadi pembelahan pendapat, mana yang benar mana yang salah.

Jangan sampai khalayak berpendapat bahwa orang kreatif dan benar di negeri ini sering dikorbankan karena kebijakan sepihak contohnya kasus Dokter Terawan yang mempunyai metode sendiri untuk menyembuhkan orang terutama masalah pembuluh darah, stroke melalui metode DSA. Kalau inovasi anak bangsa perlu dilindungi dan diakomodasi, pemerintah harus bisa memfasilitasi pendapat masyarakat. Jika asumsi liar masyarakat dibiarkan maka akan selalu muncul konflik yang membelah pendapat masyarakat.

Ada pengalaman ketika mertua saya mendapat serangan jantung ringan dan kebetulan setelah PCR positif covid di sebuah UGD di Jakarta Barat. Selama mendapat perawatan darurat Nakes dan dokternya cenderung memberikan narasi menakutkan tentang resiko penyakit, bukannya memberi ketenangan dan optimisme pasien supaya sembuh tetapi malah menakut-nakuti dengan membeberkan resiko jika tidak segera dilakukan tindakan segera. Mereka menyarankan segera operasi, tidak diberi kesempatan untuk melakukan upaya alternatif mencegah penyakit berlanjut.

Praktik Dokter dan Perlindungan Inovasi Dokter Kreatif

Itulah jika bicara tentang dokter kesan pasien selalu takut ketika diberi obat-obatan oleh dokter. Rata-rata mahal dan belum tentu sembuh, hanya membuat pertolongan sebentar. 

Saya pernah berobat ke klinik dengan diagnosis mengerikan seperti terdeteksi diabetes, setelah saya cari second opinion dari dokter kedua ternyata diagnosisnya salah. 

Sebelumnya saya mendapat obat yang harganya mahal tapi efeknya membuat jantung berdebar kencang, kuping sakit. Setelah berobat di dokter kedua hanya minum obat ringan dan biaya murah malah sembuh. Nah, dokter yang salah diagnosis dan cenderung hanya mempromosikan obat dari perusahaan farmasi itu yang harus ditindak.

Kalau ada dokter mempunyai inovasi pengobatan herbal, alternatif yang menguntungkan pasien seharusnya didukung. Bukan hanya mendukung dokter yang pandai memberikan resep sesuai dengan kesepakatan perusahaan farmasi yang memberikan bonus gede bagi dokter yang menjual obatnya kepada pasien.

Mari dukung inovasi dokter dan para pengabdi kesehatan yang murni menolong pasien.Semoga mendung segera berlalu. Untuk IDI berikan kesempatan terbaik para dokter untuk berinovasi dan memberikan ruang luas untuk pengembangan obat bagi pasien tidak tersandera dengan keinginan perusahaan farmasi semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun