Keseimbangan tetap diperlukan maka budaya, akar tradisi, kearifan lokal tetap harus dijunjung tinggi, untuk memberi simbol bahwa Indonesia mempunyai karakter kuat dalam tradisi dan adab ketimuran. Sayangnya dengan adanya media sosial banyak netizen sering kebablasan dan berpendapat dan berkomentar, seakan lupa bahwa ia hidup dalam akar budaya ketimuran yang menjujung tinggi etika.
Nyatanya banyak netizen sering nyablak, nyinyir, dan mengritik tanpa etika dan sangat kasar. Semoga dengan seringnya membaca dan menikmati produk budaya dan tradisi, netizen pegiat media sosial tetap bisa mengerem perkataan yang sering membuat panas telinga.
Kadang kalau melihat dan membaca komentar di media sosial semakin lama peradaban semakin usang,manusia seperti kembali bersifat bar-bar, meskipun beragama tetapi tidak didalami hanya sebatas pengetahuan tanpa mengerti esensi beragama. Saya sendiri jujur sering terjebak dalam arus masa yang mengagungkan teknologi, tetapi lupa bahwa budaya, tradisi itu penting untuk menjaga sikap, moralitas, etika dan karakter bangsa.
Untuk itulah saya senang menulis, salah satunya adalah mengingatkan diri sendiri untuk tetap menghargai akar tradisi, dan budaya nenek moyang yang baik, menyikapi secara wajar perbedaan dan menjalankan demokrasi sepenuhnya meskipun kadang arti demokrasi sering disalahartikan.Modernitas itu keniscayaan tetapi budaya tetap harus lestari. Semoga. Bagaimana caranya saya mencintai budaya salah satunya dengan menulis ini, mengkampanyekan pentingnya memelihara tradisi dan budaya bangsa. Salam selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H