Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pawang Hujan, Wayang dan "Usangnya" Peradaban Modern

24 Maret 2022   17:17 Diperbarui: 24 Maret 2022   17:45 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Pawang Hujan dan reaksi Pembalap Fabio Quartararo (tribunnews.com)

Sambil mengecam dan nyinyir terhadap tradisi dan kepercayaan masyarakat yang sudah tumbuh turun temurun di Indonesia. Banyak ulama dengan pendidikan "luar"berusaha memberi doktrin bahwa tradisi Indonesia perlu diluruskan, kalau perlu dilenyapkan agar fokus pada agama"yang benar". Tidak perlu kearifan lokal, toh mereka menganggap kepercayaan merekalah yang terbenar.

Wayang, Akar Tradisi dan Harmoni dengan Alam Semesta

Seperti wayang yang merupakan sarana dakwah dari pemuka agama zaman dahulu pun berusaha dilenyapkan dengan diberi narasi bahwa wayang itu haram. Padahal wayang merupakan salah satu produk budaya yang membuat Indonesia terkenal dan dikagumi dunia. Wayang merupakan salah satu warisan budaya non bendawi yang mendapat apresiasi luar biasa dunia.

Salah satu warisan Budaya yaitu wayang, yang sering dijadikan polemik manusia modern terutama dalam khotbah pemuka agama modern (jateng.tribunnews.com)
Salah satu warisan Budaya yaitu wayang, yang sering dijadikan polemik manusia modern terutama dalam khotbah pemuka agama modern (jateng.tribunnews.com)

Di zaman ini fenomena orang yang merasa "pintar" menganggap yang lain bodoh dan salah terus berkembang. Banyak doktrin radikal yang merusak kearifan lokal. Bagaimanapun tradisi itu mempunyai nilai positif. Salah satu hal positif dari tradisi antara lain bagaimana manusia harmoni dengan alam semesta.

Ketika manusia mampu menghargai ciptaan Tuhan apapun, termasuk benda-benda seperti batu, candi, pohon-pohon besar, menyayangi alam semesta dengan menganggap sebagai milik bersama yang harus dijaga dan dilindungi, bukankah sebetulnya sudah menerapkan ajaran cinta kasih dalam agama.

Kalau meliha dan merasakan inti ajaran agama, tidak ada agama yang mengajarkan membunuh dan meneror. Tidak ada agama yang mengajarkan untuk membenci dan nyinyir terhadap sesama atau mereka yang kebetulan berbeda kepercayaan. Iman itu adalah hak pribadi manusia, manusia berhak memilih apa yang nyaman menurut mereka.

Pikiran mereka yang radikal dan menganggap bahwa keimanan harus diseragamkan tidak sadar bahwa Tuhan menciptakan manusia dalam keberbedaan. Yang berbeda itu diharapkan manusia saling melengkapi, saling menyempurnakan.

Orang-orang dulu yang selalu melakukan kegiatan bersama-sama dengan alam sadar betul bawa tanpa mereka sadari tradisi telah menyelamatkan mereka dari misalnya eksploitasi hutan, dengan tradisi secara tidak langsung telah melestarikan budaya turun temurun yang memberi warisan pemikiran bijaksana dalam menyikapi bencana dan pagebluk (penyakit).

Dalam pengajaran kebajikan Semar,Petruk, Gareng, Bagong dengan karakter masing-masing sering memberi sindiran pada mereka yang berwatak adigang, adigung, dan adiguna. Sok berkuasa, sok merasa lebih dibanding yang lain dan sok merasa paling benar. Dengan candaan dan guyonan wayang mengajarkan untuk mengerem sikap-sikap bar-bar dan merugikan orang lain, jadi jika misalnya wayang dianggap haram dimana letak haramnya.

Toh wayang bukan disembah, bukan dianggap tuhan, wayang hanyalah sarana mendekati manusia dengan cara yang halus, berakal, melalui tokoh-tokoh wayang yang dimainkan. Dalang piawai untuk memainkan benda pipih simbolisasi dari watak dan karakter manusia.

Menghargai tradisi bukan berarti tidak modern dan menghambat peradaban, malah tradisi bisa menjadi salah satu rem untuk tidak kebablasan dan menyikapi dan meyakini bahwa produk modern,digital, teknologi canggih adalah satu-satunya jalan menuju kemajuan.

Etika Berkomentar dan Pemahaman Budaya Manusia Modern yang tampak "Usang"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun