Pada yang pro pemerintah, mungkin saja mereka memaklumi kenapa minyak goreng melonjak, di satu sisi negara untung besar karena industri CPO banyak diminati di luar negeri, di sisi lain akibat lonjakan permintaan industri biodiesel menyebabkan banyak pelaku industri dari muara ke hilir minyak CPO lebih memilih menjual minyak goreng ke luar negeri daripada memenuhi permintaan dalam negeri.
Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri di Indonesia kebutuhan minyak goreng amat tinggi, salah satu yang membuat permintaan minyak goreng tinggi adalah karena banyak bisnis kuliner di tingkat UMKM berkembang pesat, bisa dilihat baik di kota besar maupun kota kecil dan juga desa-desa warung-warung yang sangat tergantung pada ketersediaan minyak goreng itu sangat banyak, kalau di akumulasikan dan dikalkulasi secara keseluruhan maka kebutuhan minyak goreng boleh jadi sangat besar.
Maka meskipun sebetulnya kalau "kepepet" minyak goreng masih terbeli ( untuk tingkat kebutuhan rumah tangga), bagaimana dengan bisnis kuliner yang sangat tergantung pada ketersediaan minyak goreng dengan harga wajar. Itulah peliknya pola pemikiran masyarakat.Â
Boleh jadi meskipun mahal akhirnya tetap dibeli tetapi bila harga yang melambung itu tidak pernah lagi kembali normal, maka pelan-pelan bisnis yang berhubungan minyak goreng akhirnya kolabs.
Sekarang pemerintah harus tegas agar tidak dipermainkan oleh spekulan dan penimbun minyak yang tidak"manusiawi" itu. Sebuah egoisme yang terbentuk hanyak untuk kepentingan kelompok dan apesnya di era media sosial saat ini yang lebih sadis adalah komentar mereka para netizen yang membuat masalah apapun viral, apalagi yang menyangkut hajat hidup orang banyak.Â
Ya siap-siaplah pemerintah menerima nyinyiran mereka. Di tambah lagi para politisi oposan yang cenderung membuat suasana semakin kisruh, maka drama demi drama di negeri ini semakin seru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H