Ditambah dengan regulasi CPO yang harus memenuhi standar 30 persen untuk biodiesel yang bahan bakunya dari CPO. Inilah yang menjadi masalah pelik. Pemerintah  dalam posisi dilematis. Di dalam negeri digugat, sementara permintaan CPO dari luar negeri meningkat.
Apakah harus punya solusi sendiri terutama pemilik pohon kelapa, para petani memproduksi sendiri dari hasil panen buah kelapanya untuk dibuat minyak goreng.Sebab aneh juga negeri dengan jutaan pohon kelapa yang terhampar luas di antero nusantara, tetapi emak-emaknya menjerit akibat pasokan minyak goreng yang tidak stabil.Â
Terkadang harus keluar masuk mini market untuk memastikan apakah ada minyak kelapa. Sedangkan ketika ada informasi ada minyak goreng murah tersedia di beberapa gerai mini market segera saja dalam waktu singkat mereka  memborong minyak. Kemudian minyak goreng lenyap lagi. Kalaupun ada yang menjual harganya sudah melambung tinggi.
Menurut informasi dari kemendag sebetulnya ketersediaan minyak malah banjir, artinya dari data yang dihimpun kemendag seharusnya ketersediaan jauh lebih dari cukup.namun kenapa realitas di lapangan berbeda dengan informasi yang masuk ke kemendag.
Akibat langkanya minyak goreng memicu turunnya kepercayaan pada pemerintah. Isu-isu politik pun bermunculan terkait gonjang-ganjing minyak dan kedelai. Netizen yang sejak awal kritis pada setiap langkah dan kebijakan pemerintah seakan mendapat mainan baru untuk menggorengnya menjadi komoditas politik yang membuat panas kuping pemerintah. Para oposan dengan gembira menyambut langkanya minyak dengan membidik kekurangan-kekurangan pemerintah sehingga semakin banyak modal para oposisi menyerang dengan isu besar langkanya minyak dan kedelai.
Permainan Spekulan Menyebabkan Minyak Langka?
Akan ada opini bahwa pemerintah gagal memberikan ketenangan dan kenyamanan pada rakyat, akan tersebar berita bahwa pemerintah tidak serius untuk memberi kesejahteraan pada rakyat, lebih mementingkan orang- orang terdekat, partai politik yang mendukungnya dan berbagai hujatan yang sebetulnya bisa diatasi dengan langkah hukum tegas bagi penimbun dan spekulan yang sengaja membuat minyak dan kedelai menjadi susah didapatkan di pasar, di supermarket dan mini market.
Kalau ingin mendapat kepercayaan rakyat regulasi minyak goreng dan sangsi tegas pada para penimbun minyak harus dihukum berat. Dari beberapa keterangan saat ngobrol dengan istri, ada beberapa teman yang sering melihat truk minyak menurunkan minyak di beberapa mini market. Ada ratusan hingga ribuan minyak diturunkan. Di salah satu mini market di daerah TB Pedongkelan Jakarta Barat, seorang pedagang gorengan melihat truk menurunkan minyak goreng.
Namun dalam waktu singkat ketika ditanya apakah stok minyak goreng masih ada, pihak mini market mengatakan stok habis. Bagaimana bisa? Pasti sebuah permainan dagang, hingga menyebabkan minyak langka padahal kenyataan sebetulnya stok minyak cukup, hanya disimpan di gudang hingga menimbulkan chaos, seakan-akan minyak goreng langka. Masyarakat biasa kelimpungan dengan  permainan  dari pedagang besar yang sengaja menimbun minyak di saat pemerintah sedang menganjurkan pada pedagang menjual minyak dengan harga normal.
Kalau minyak langka, apakah ada upaya masyarakat tidak mau tergantung lagi pada minyak pabrik, tetapi mengolah sumber daya alam sendiri untuk dibuat cadangan minyak di rumah masing-masing. Ya daripada dipermainkan pedagang dan distributor minyak Goreng?
Lalu sejuta kelapa yang melambai - lambai di setiap pulau sayang kalau tidak dimanfaatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H