Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Perjuangan Puan Maharani di Tengah Rendahnya Elektabilitas

25 Februari 2022   17:19 Diperbarui: 1 Maret 2022   08:05 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puan bagi kader-kader partai yang selalu kalah ketika zaman orde baru adalah harapan, representasi dari Megawati. Namun realita masyarakat lain, segegas dan sesemangat apapun memasang baliho dan spanduk, bukan itu yang dimau masyarakat. Mereka mencari yang bisa mendengar mereka sangat dekat, yang tidak sekadar berbicara namun bekerja, tidak hanya karena kebetulan keturunan dari orang besar.

Realitasnya tukang kayu saja bisa menjadi presiden, mungkin lebih nyaman melihat pemimpin seperti seorang pemimpin yang pernah merasakan kebanjiran, pernah hidup di gang sempit, pernah merasakan lapar. Di sisi lain masih banyak masyarakat yang rindu lelaki macho, gagah, dan tegas seperti halnya mereka yang berasal dari tentara.

Di saat mereka masyarakat bosan dengan citra orang gagah namun penuh pencitraan masyarakat tiba-tiba terpukau oleh wajah sederhana sebagai representasi dari masyarakat kebanyakan, bukan pada segelintir elit yang seringkali hanya polesan, glowing namun tidak punya isi. 

Saat ini terlepas dari banyak kekurangan masyarakat masih rindu pimpinan yang jujur, yang mau mendengar dan tidak berjarak, yang selalu ada ketika mereka membutuhkan.

Pada saatnya mungkin Puan mampu, tetapi masyarakat sudah memilih, mereka sudah mempunyai kriteria tersendiri dan Puan harus bekerja keras untuk bisa merebut simpati masyarakat. 

Dan secara kebetulan ada kader yang jauh lebih populer dan dekat dengan masyarakat, kebetulan itu seperti impian masyarakat yang masih menginginkan sosok seperti pucuk pimpinan saat ini. Kalaupun akhirnya masyarakat berpaling, ternyata meskipun dulu penuh intrik sosok gagah, mantan militer masih menjadi lumbung suara juga.

Politik memang mudah melupakan rekam jejak intrik dan hal-hal kontroversial, bahkan mereka yang pernah masuk bui dalam perkara korupsi masih masuk dalam daftar orang-orang yang elektabilitasnya tinggi. 

Jadi kadang bingung dengan selera masyarakat termasuk saya sendiri, Indonesia memang unik, sudah pernah sengsara dan pernah dikecewakan tetapi ada saja yang masih memilihnya. Ya namanya jutaan pemilih, selalu saja ada hukum probabilitas.

Saat ini Puan harus bisa menyisihkan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, Tri Rismaharani, Erick Thohir. Para kadernya masih percaya bahwa popularitas dan elektabilitas Puan masih bisa digenjot, hanya jika melihat realitas, kalau Puan tidak segera melakukan manuver yang bisa mengubah persepsi masyarakat tentang dirinya yang masih dalam bayang-bayang kebesaran Megawati ya mending Puan legowo, dan PDIP juga realistis untuk mempersilakan kader lain berjuang merebut simpati rakyat.

Untuk Mbak Puan, semangat ya... pasti ada kader dan masyarakat yang mendukungmu, namun untuk sukses duduk sebagai kepala negara rasanya perlu banyak turun ke masyarakat, berbincang dan merasakan apa yang masyarakat rasakan hari-hari ini. 

Banyakin ladang kedele, buang dan hukum berat para penimbun dan spekulan, pastikan minyak goreng tetap ada di gerai mini market dan pasar tradisional. Jangan simpan digudang kaum tajir melintir yang lebih memilih menyembunyikan stok minyak gorengnya daripada rugi bandar menyenangkan masyarakat konsumennya.

Kalau Mbak Puan bisa menjamin itu semua, yakin masyarakat akan jatuh simpati. Semoga keberuntungan menaungi Mbak Puan Maharani. Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun