Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ganjar Pranowo, Tuduhan Pencitraan dan Idealisme Militan Kader Partai

15 Januari 2022   16:48 Diperbarui: 15 Januari 2022   16:53 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com/Fitriana

Setelah gonjang-ganjing anak presiden Jokowi Gibran dan Kaesang Dilaporkan Ke KPK oleh seorang dosen Universitas Negeri Jakarta. Muncul lagi sosok heboh kader PDIP Temanggung yang mengembalikan bantuan sembako, HP dan mainan anak-anak, karena tidak terima kemiskinannya menjadi obyek pencintraan tokoh politik yang juga gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Fajar Nugroho kader PDIP Temanggung merasa kecolongan setelah tim Ganjar Pranowo menayangkan peristiwa pemberian bantuannya ke YouTube dengan judul "Rumah Reyot Kader PDIP Perjuangan di Tanah Bengkok". Setelah melihat komentar netizen, dan merasa PDIP menjadi bulan-bulanan  komentar Netizen yang julid, harga diri Fajar berontak. Ia mengembalikan bantuan Ganjar Pranowo.

Ia beralasan kalau memberi bantuan tidak usah diekspos, tidak usah dipublikasikan. Istilahnya kalau memberi bantuan harus tulus tidak untuk pencitraan.

"Nek, Ngenehi dengan tangan tengen, tangan kiwone ora usah ndelok."(kalau memberi dengan tangan kanan, tangan kiri tidak usah melihat, atau tidak usah tahu)

 Saya sih menanggapi alasan Fajar ini ya wajar ia emosi karena ketahuan di publik bahwa ternyata orang tidak mampu, rumahnya kurang layak huni dan ia merasa bahwa tidak usah mengekspos kemiskinan untuk tujuan pencitraan politik. Tapi disisi lain merasa aneh, kenapa sebelumnya ketika Gubernur Ganjar datang diterima baik dengan ekspresi gembira menerima bantuan tersebut. Harusnya ia juga sadar bahwa Ganjar datang pasti akan diikuti stafnya dari pemda dan juga tim media sosialnya.

Kenapa ia baru ngeh setelah Youtube nya tayang dan dari YouTube itu muncul komentar beragam. Dari komentar-komentar pedas itu ia merasa dilecehkan sebagai orang miskin sekaligus kader PDIP. Lalu ia kemudian mengembalikan semua bantuan dengan alasan ia tidak mau menerima bantuan untuk pencitraan partai politik.

Ia sendiri kader dan sadar seharusnya seorang anggota atau kader militan tahu bagaimana meningkatkan citranya di mata masyarakat. Era sekarang ini seorang kader partai yang ingin dikenal pasti melakukan berbagai cara untuk menaikkan perolehan suaranya agar dikenal masyarakat.

Di sisi lain memang bisa dimengerti bahwa ia tidak mau kemiskinannya diekspos untuk kepentingan politik. Kemiskinan itu bukan obyek untuk dikasihani, biar miskin asal sombong, biar miskin tapi tetap mempunyai idealisme, biar miskin tapi masih bisa mencari uang tanpa bantuan dari pemerintah setempat. Fajar yang anggota partai militan merasa bahwa Ganjar Pranowo memanfaatkan dirinya untuk pencitraan dan ia tidak mau dimanfaatkan. Ia membantah dimanfaatkan pihak lain dan murni inisiatif diri sendiri.

Sebenarnya saya melihat trik Fajar bisa juga berbau pansos. Tadinya orang menganggap biasa tayangan gubernur Jawa Tengah itu ketika menyambangi kader partainya yang kebetulan miskin dan layak mendapat bantuan. Senyum bahagia tampak dari raut muka di video yang akhirnya menjadi viral itu. Hari selanjutnya kehebohan muncul ketika atas sindiran netizen atau atas permenungan Fajar yang menganggap tayangan Youtube itu seperti mencabik-cabik harga dirinya sebagai kader partai militan.

"Ngono, yo ngono, ning ojo ngono tho, Aku tersinggung mas Bro."

"Lho kenapa, dari polemik viral ini aku jadi terkenal... tapi terkenal miskin."

"Bukannya menguntungkan kamu menjadi terkenal. Selain kamu punya prinsip, kamu akhirnya menjadi perhatian dunia, dimana-mana kamu disorot. Kamu diwawancarai tivi, dicari-cari wartawan, diundang menjadi nara sumber."

"Dalam hati saya sih sebenarnya senang, namaku ikut terdongkrak...tapi, aku tidak sudi dilihat sebagai orang kismin, eh... miskin... masa kader partai militan kok miskin lha itu khan memalukan partai, ya khan."

"Wah, kamu sudah ketularan egoisme dari orang-orang partai!"

"Egois bagaimana, bukankah malah membuat partai menjadi harum karena banyak kader sepertiku, tidak mau kemiskinan diekspos untuk pencitraan kader lain."

"Wow... makanya kalau jadi kader partai tidak tanggung-tanggung Mas Bro... menjadi kader partai itu harus berani malu. Hanya diledek oleh netizen saja emosi dan idealismemu berontak. Coba kalau kamu jadi presiden yang biasa diejek sepanjang hari, kamu kuat menanggungnya. Itu resiko orang terkenal, siap dicaci, siap digoyang, siap dikatakan apa saja, mau antek PKI, antek Bla, bla ya harus kuat."

"Oh begitu ya Mas Bro... Tapi aku tetap kukuh. Tidak mau dimanfaatkan, dikasihani karena kemiskinanku."

"Tapi bila ada orang yang memberi bantuan kamu terima, misalnya orang kaya tapi tidak terkenal, bukan Youtuber dan tidak diekspos."

"Ya, mau tho mosok bantuan gurih ditolak."

"Ha... kamu semprul namanya. Coba kalau sebelumnya kamu sudah wanti-wanti ke gubernur,  kamu bilang begini. Pak, bantuan ini jangan divideo, jangan difoto dan jangan dipublikasikan, saya malu pak nanti ketahuan saya miskin."

"Wow, ya nggak berani tho!"

"Kenapa?"

"Nanti, aku tidak jadi terkenal... khan dengan mengembalikan bantuan diam-diam pencitraan dong. Masak hanya gubernur yang bisa pencitraan, orang miskin seperti saya juga bisa..."

"Wah, kalau itu aku tidak mau komentar... Ternyata kamu sama..."

Dialog di atas hanya sebuah intermezo. Hanya mencoba berkhayal apa sih yang dipikirkan oleh Fajar Nugroho. Saya yakin dari wajahnya ia orang yang jujur dan tulus, tapi sebagai penulis saya mencoba berfantasi, tidak berusaha menghakimi, tapi mencoba menguak realitas politik tanah air.

Pak Ganjar mungkin tulus memberi bantuan, apalagi seharusnya sebagai kader partai Fajar tahu setiap kegiatan gubernur Jawa Tengah itu selalu mengikutsertakan tim media sosialnya. Seharusnya ia sadar sesadarnya bahwa ketika memberikan bantuan akan diliput, kalau tidak diliput media, tim media sosialnya pasti akan mengunggahnya.

Tapi peristiwa sudah terjadi, dan Fajar selain menerima cibiran netizen juga mendapat pujian setinggi langit oleh lawan politik mereka. Mereka bertepuk oh itu toh rahasia dapur partai, yang masih saling menjegal antar teman. Semakin gembira kalau kader partai sendiri saling menjelekkan citra masing-masing.

Pada akhirnya nanti partai yang akan turun pamornya dan itu keuntungan bagi lawan politiknya. Bagi saya yang awam politik itulah mengapa saya masih menganggap bahwa apapun partai politiknya, di Indonesia ini mereka belum menjadi jaminan bagi masyarakatnya untuk memperbaiki sistem  negara yang masih carut marut. Belum dewasa dalam memahami ilmu politik dan cenderung bersaing dengan saling menjatuhkan.

Bahwa sebenarnya politik itu untuk merapikan sistem ketatanegaraan, memperbaiki pola pikir, mengatur carut marut birokrasi yang terjadi orang- orang politik sendiri yang membuat pola kepemimpinan dan ketatanegaraan menjadi carut marut. Salah satunya karena ambisi kekuasaan membuat mereka menghalalkan segala cara.

Ganjar Pranowo tidak salah, ia sedang membangun branding diri, kebetulan ia gubernur dan di era digital ini ia tahu betul memanfaatkan kecanggihan teknologi digital untuk mensosialisasikan kebijakannya, disisi lain ia panen simpati oleh tayangan-tayangan aktivitasnya yang dekat dengan masyarakat. Tapi sisi lain ia juga siap untuk menjadi sasaran netizen julid yang sejak awal menganggapnya sebagai pencitraan. Jadi ingat jawaban beliau.

"Yo, ra popo, ditolak ben wae, itu hak dia."Sambil alisnya terangkat menandakan ia tengah tersenyum(sekali lagi ini interpretasi saya).

Untung saya bukan orang partai. Salam Persatuan Indonesia.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun