Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ganjar Pranowo, Tuduhan Pencitraan dan Idealisme Militan Kader Partai

15 Januari 2022   16:48 Diperbarui: 15 Januari 2022   16:53 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com/Fitriana

"Bukannya menguntungkan kamu menjadi terkenal. Selain kamu punya prinsip, kamu akhirnya menjadi perhatian dunia, dimana-mana kamu disorot. Kamu diwawancarai tivi, dicari-cari wartawan, diundang menjadi nara sumber."

"Dalam hati saya sih sebenarnya senang, namaku ikut terdongkrak...tapi, aku tidak sudi dilihat sebagai orang kismin, eh... miskin... masa kader partai militan kok miskin lha itu khan memalukan partai, ya khan."

"Wah, kamu sudah ketularan egoisme dari orang-orang partai!"

"Egois bagaimana, bukankah malah membuat partai menjadi harum karena banyak kader sepertiku, tidak mau kemiskinan diekspos untuk pencitraan kader lain."

"Wow... makanya kalau jadi kader partai tidak tanggung-tanggung Mas Bro... menjadi kader partai itu harus berani malu. Hanya diledek oleh netizen saja emosi dan idealismemu berontak. Coba kalau kamu jadi presiden yang biasa diejek sepanjang hari, kamu kuat menanggungnya. Itu resiko orang terkenal, siap dicaci, siap digoyang, siap dikatakan apa saja, mau antek PKI, antek Bla, bla ya harus kuat."

"Oh begitu ya Mas Bro... Tapi aku tetap kukuh. Tidak mau dimanfaatkan, dikasihani karena kemiskinanku."

"Tapi bila ada orang yang memberi bantuan kamu terima, misalnya orang kaya tapi tidak terkenal, bukan Youtuber dan tidak diekspos."

"Ya, mau tho mosok bantuan gurih ditolak."

"Ha... kamu semprul namanya. Coba kalau sebelumnya kamu sudah wanti-wanti ke gubernur,  kamu bilang begini. Pak, bantuan ini jangan divideo, jangan difoto dan jangan dipublikasikan, saya malu pak nanti ketahuan saya miskin."

"Wow, ya nggak berani tho!"

"Kenapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun