Nostalgia tontonan yang disukai masyarakat sejagad itu paling tidak pernah membuat saya dulu sering begadang. Kala Piala dunia saya harus mempunyai jadwal yang diperoleh dari tabloid baik bola maupun tabloid lain setelahnya seperti Topscorer dan masih banyak tabloid lainnya yang kalau ada tokoh idola pasti saya beli.Â
Dulu saya tergila-gila bola karena ada tokoh yang membuat saya harus membeli koran atau tabloid. Di olah raga Basket tentu saja saya harus mantengin cerita dari klub basket Chicago Bulls, siapa lagi kalau tidak Michael Jordan.Â
Sedangkan untuk balap mobil dulu ada aryton Senna dan Michael Schumacher. Tennis meskipun jarang menyaksikan pertandingan paling tidak selalu mengikuti perkembangan petenis besar seperti Ivan Lendl, Andre Agasi, Bjorn Borg,  Stevi Graff, Gabriella Sabatini, Pete Sampras, sampai yang teranyar petenis dari spanyol jagoan tanah liat Rafael Nadal, serta  Roger Federer, Novac Jokovic dan petenis asal Rusia Maria Sarapova.
Dunia sepak bola ada banyak bintang bertebaran. Sudah saya sebut di atas beberapa pemain dan era ketika masih kinyis-kinyis dulu tentu saja siapa tidak kenal Ronaldo Nasario de Lima, Alias Ronaldo Brasil, dan jagoan-jagoan trio Belanda yang sudah pernah saya tulis di paragraf sebelumnya. Sampai yang saat ini sering disebut adalah Leonil Messi, Cristiano Ronaldo. Sementara di Indonesia magnet tentunya di atlet bola dan bulu tangkis.
Belanda juga dulu idola karena mereka trio Gullit, Van Basten dan Rijkaard yang fenomenal. Itulah ketertarikan saya pada bola dan sekarang meskipun tidak lagi begadang hanya untuk melihat para jawara bertanding maka saya selalu mengikuti perkembangan lewat HP dengan membaca ulasan dari kompas.com , detik.com serta platform lain yang memberikan pengetahuan tentang seputar perkembangan olah raga, hingga mencoba menulis ulasan tentang olah raga.
Banyak Pengulas yang Mahir Meliuk-Liuk Hingga Artikel menjadi Wow
Sekarang Kompasiana ternyata membuat saya terpana dengan banyaknya ulasan dari kompasianer seperti Hendro Santoso (Hensa), Supartono JW, Hendra Wardhana, Widiatmoko, Ruang Berbagi, Esdhi, Band, Febrianov, Juandi Manullang, Â Yayat ( Moto GP) Â DR. Raiders Marpaung dan masih banyak lagi yang layak mendampingi Bung Valentino Simanjuntak, Rendra Sudjono, Darius Sinatria, Dona Agnesia, Luki Wiryono lainnya.
Kalau di detik atau di kompas.com bahasanya  cenderung formal dan kaku. Di Kompasiana jauh lebih menarik karena selain opini pribadi juga dalam istilah jawanya tidak baen-baen pengetahuan mereka tentang strategi, istilah-istilah dalam olah raga nyelip di sana- sini dan bikin saya manggut-manggut karena baru tahu.Â
Padahal saya mengikuti berita olah raga sudah puluhan tahun sekitar umur 17 tahun dan sekarang sudah berumur 50 tahun lebih. Waow, ternyata di atas langit masih ada langit, saya kira pengetahuan saya cukuplah untuk menghapal dan mengingat pemain dan peristilahan dalam dunia olah raga, ternyata banyak penulis kompasiana yang pengetahuannya warbiasah. Salut dan patut belajar.
Apalagi jika mengikuti ulasan Pak Hensa  yang memang kenyang sebagai wartawan olah raga, tampaknya ia balas dendam dengan menuliskannya secara ceplas-ceplos ulasan bola dan gayanya yang bak pundit. Dan ketika membaca tulisan Romo Bobby yang di kompasiana lebih dikenal dengan Ruang Berbagi jadi segera teringat Romo Sindhu.
Belajar  dan Menambah pengetahuan dari Para Kompasianer