Sampai saat ini masih kompasianer dan semoga seterusnya.  Kebetulan beberapa bulan ini tidak segercep beberapa bulan lalu. Kadang menulis, lebih banyak lupanya. Bukan berarti tidak konsisten menulis, tetap menulis, meskipun hanya di buku catatan,saat ini baru semangat mencoba menerbitkan buku mumpung lagi ada tawaran gratisan. Tapi Kompasiana tetaplah platform blog yang tidak boleh terlupakan.
Bagaimana mau lupa karena berkat tulisan-tulisan di kompasiana saya dikenal sebagai penulis, atau malah ada yang menganggap sebagai pengarang. Itu khan waoow. Kalau Felix Tani mendaku bahwa selama 7 tahun bergabung selalu membuat tulisan noise, aku sendiri tidak pernah sadar apakah tulisan-tulisanku itu noise atau voice,menulis ya menulis, sesuai dengan kata hati dan topik yang sedang dibahas. Sebisa mungkin tidak berpihak meskipun pada pembaca tahu sebenarnya aku sedang berpihak pada siapa.
Tujuan menulisku adalah mencoba menasihati diri. Aku jelas tidak berani menggurui mereka. Meskipun saat ini di KTP ditulis profesi sebagai guru, tetapi sesungguhnya aku tidak layak sebagai guru. Aku hanya ingin menjadi teman berbagi rasa, kebetulan ada ide yang tertuang di tulisan kalau banyak pembaca senang, aku berterimakasih, kalau hanya menjadi bacaan selintas lalu tidak apa-apa. Itu hak pembaca dan kompasianer mau membaca atau tidak.
 Aku bukan Romo Bobby, bukan kompasianer lain yang mempunyai segudang prestasi dalam hal menggerakkan, massa memberi inspirasi dan mampu bergerak dalam bidang sosial budaya. Sebagai guru tentu jauh jika dibandingkan dengan Omjay atau Wijaya Kusuma yang mampu menggerakkan guru  mencintai dunia literasi. Apalagi jika dibandingkan dengan sepasang suami istri Pak Tjiptadinata dan ibu Roselina Tjiptadinata. Meskipun secara usia gabung di Kompasiana lebih senior tapi tulisan dan jejak kebermanfaatan di Kompasiana saya bukanlah siapa-siapa.
Tapi bagaimanapun kompasiana tetaplah menjadikan diri ini bagian dari rumah besarnya. Aku mesti berterimakasih, telah menjadi noise sekaligus voice bagi perkembangan kompasiana. Sesekali nakal dan mencubit untuk sebuah keakraban tidak apa-apa khan. Kadang perlu bikin sensasi agar suara didengar. Selamat Ulang Tahun Kompasiana yang ke-13 semoga semakin besar dan kokoh dan memberi jembatan pemikiran bagi perkembangan literasi tanah air. Yang noise itu perlu didengar dengan memakai telinga yang konek dengan hati nurani, bisa saja bisingnya yang terasa mengganggu itu sebetulnya sebuah voice yang tersamar.
Yuk, bangun opini bermakna. Kalau kemarin lebih sering membangun opini yang lebih terasa bising, sekarang saatnya menginspirasi, memberikan banyak makna bagi pembaca, penerang bagi kegelapan. itu nasihat untuk diri sendiri. Aku sendiri berjanji untuk tetap setia menulis, meskipun tidak bisa berjanji untuk bisa produktif menulis. Yang terpenting konsisten menulis, menulis dan menulis. Sekali lagi selamat Ulang Tahun Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H