Para kompasianer yang datang dari latar belakang selalu mengirimkan artikel segar yang bisa menjadi penyemangat bagi pembaca yang tengah berusaha mencari jati diri, mencari sumber ilmu yang mampu membangun optimisme. Ada banyak penulis yang selalu mememberikan petuah dengan sharing pengalaman.Â
Berbagai karakter penulis muncul membuat siapapun yang mengikuti perkembangan Kompasiana dari waktu ke waktu menjadi kaya filosofi kehidupan, kaya pengalaman, terbuka matanya terhadap perkembangan dunia. Apalagi penulisnya bukan hanya yang bermukim di Indonesia.Â
Yang berada di Eropa seperti Belanda, Jerman, Perancis, Finlandia, juga di Hongkong, Jepang, Australia turut memberi pengalaman dengan menuliskan seputar kehidupan di negara yang disinggahi atau negara yang ditinggalinya. Banyak komunitas Kompasiana yang saling bertemu di dunia virtual saling berbagi pengalaman.Â
Banyak di antara kompasiana yang terjun langsung, membantu masyarakat yang kekurangan dengan bantuan dari komunitasnya, relasi kompasianer yang tersebar baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Mereka sebenarnya pejuang, mereka benar- benar mampu mewujudkan mimpi, untuk berbagi kebaikan. Sudah banyak warga Kompasiana yang walaupun sekarang jarang menulis, telah menulis pengalaman kehidupan di dunia nyata untuk membangun optimis di sekitar lingkungannya. Salah satu inspirasinya karena membaca artikel di Kompasiana.
Contoh Nyata seperti Agung Han, Tamita WIbisono, Bambang Setyawan yang sekarang lebih sibuk dengan aksi sosialnya. Mereka optimis bisa membantu masyarakat bermula dari kesukaan menulis di Kompasiana, terus melebarkan sayap untuk membantu sesama.
Ya sebagai Kompasianer harus tetap optimis, meskipun sekarang kalau menulis mesti berjibaku untuk mendapatkan ceceran sisa perhatian dari pembaca. Kompasiana adalah rumah bersama, rumah di mana secara bebas bisa mengirimkan tulisan.Â
Namun kebebasan bukan berarti tanpa rambu- rambu, penulisnya mesti sabar untuk tidak menulis yang isinya hanya hoaks, atau tulisan bombastis yang sifatnya hanya lucu- lucuan tidak berbobot, Kalaupun di Kompasiana banyak tulisan humor, rata- rata tulisannya adalah tulisan cerdas, seperti tulisan Engkong Felix Tani, Daeng Rudy dan masih Prof Febrianov.
Meskipun kritis dan sering menyerang Admin tapi gaya tulisannya yang menghibur sangat ditunggu pembaca, nyatanya tulisan mereka sering nangkring di NT, sebuah penghormatan pada mereka yang peduli pada sesama Kompasianer.Â
Kalau saya sih masih belum berani eksis karena menulis saja masih kucing- kucingan dengan istri, takut jika diprotes lebih banyak menyentuh tuts komputer daripada sayang - sayangan hahaha...Â
Ya nasib penulis yang lebih banyak menyumbang tulisan daripada menghasilkan uang dari menulis. Sebab saya masih amatir, meskipun banyak menulis masih sekedar hobi belum menjadi profesi menjanjikan. Maka setiap hari saya sisihkan waktu menulis diantara kesibukan mencari uang di ladang di mana dapur bisa ngebul.
Jika nanti terjun sebagai penulis total, Â mesti berhitung terhadap apa yang saya tulis. Sebab tulisan itu adalah mata pencarian jadi ada target yang harus dicapai, ada manfaat dari kegiatan menulis.Â