Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebaikan-Kebaikan yang Bertebaran dalam Kesunyian

29 Juli 2021   07:22 Diperbarui: 29 Juli 2021   09:04 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya besar kemungkinan bukan dari barisan itu, sebagai penulis keluhan, kecacatan, kesalahan dan kekurangan pemerintah bisa menjadi bahan untuk membuat tulisan yang bernada "sok pintar" mencoba menasihati dan mengkritik. Padahal bila dikerjakan sendiri belum tentu bisa. 

Banyak yang cerdas ketika menjadi komentator, tetapi tidak sadar bahwa ketika  terjun langsung dan menjadi pemimpin hanya plonga- plongo. Padahal dia sering mengkritik pemimpinnya bisanya plonga- plongo. Ternyata kata- katanya berbalik ke diri sendiri.

Yang baik hati, yang tulus, itu sering tidak tersebut namanya, mereka sendiri tidak ingin menonjol, tapi langsung terjun tanpa terlacaki jejaknya. Malah kadang terlupakan dan hanya kagum pada mereka yang sangat sering tampil ke publik dengan trik supaya mendapat simpati.

Bahkan ada politisi yang sayang di tengah keprihatinan malah memasang spanduk di mana- mana bukan berkampanye untuk mendorong masyarakat sadar kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan, tapi sengaja menonjolkan kebaikan artifisial dengan bahasa iklan dan menjual image diri yang tidak banyak membantu menaikkan imun masyarakat

Terimakasih pahlawan kebaikan yang dengan tulus membantu masyarakat berkekurangan meskipun namanya jarang disebut tetapi kebaikannya sungguh bisa dinikmati oleh orang yang benar- benar membutuhkan. Maafkan saya sebagai penulis yang hanya bisa mencoba membuat kebaikan dengan merangkai kata. Ternyata sejuta kebaikan masih tersisa terselip diantara isu -- isu banalisme kemanusiaan dan rentetan makian yang muncul di media sosial.

Hanya bisa menyumbang gagasan, sementara implementasi kadang masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan termasuk bagaimana menyadari bagaimana menjadi tulus dan iklas tanpa pamrih, itu yang masih susah dipraktekkan.  Salam damai selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun