Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebaikan-Kebaikan yang Bertebaran dalam Kesunyian

29 Juli 2021   07:22 Diperbarui: 29 Juli 2021   09:04 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin ditegur bukannya manusia introspeksi, tetapi malah saling curiga mencurigai. Ketika sebuah kebijakan dilontarkan yang terjadi bukan mensukseskan upaya pencegahan tetapi bagaimana caranya berkelit dan melanggar. 

Dan ketika korban bertumbangan karena ketidakpatuhan lagi- lagi bukan diri sendiri yang dituding penyebab kekisruhannya tetapi menuding pemerintah tidak pecus mengendalikan ego manusia Indonesia.

Lalu jika kita yang suka mencaci dan memaki tiba- tiba menjadi pemimpin dan dihadapkan pada persoalan dilematis itu bagaimana cara mengatasinya? Mungkin tunggang langgang, lari dari tanggungjawab. 

Sementara ada beberapa mantan pemimpin seperti lepas tangan dan senangnya bernostalgia menonjolkan kesuksesan- kesuksesan yang pernah diraih, meskipun capaian sukses itu menurut ukurannya sendiri.

Para politisi, tersenyum dan semakin girang ketika muncul isu .Yuk gulirkan bla, bla, bla end game. Sudah tidak percaya lagi pada beliau sebagai pemimpin dan berharap bisa menggerakkan jutaan manusia turun ke jalan dan menyatakan mosi tidak percaya pada yang sedang berkuasa. Hasilnya zonk, isu sekedar isu.

Kebaikan mana yang mampu mengatasi pandemi saat ini. Wujud kebaikan apa yang bisa dirasakan agar masyarakat bisa kompak kembali satu hati, satu rasa untuk menyingkirkan penghalang. 

Rupanya banyaknya manusia yang menghuni bumi pertiwi, yang katanya diikat oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika, masih banyak menyimpan kisah sedih, berupa rasisme, diskriminasi, hegemoni mayoritas atas minoritas, agama- agama yang lepas kendali yang kurang bisa mengontrol para oratornya untuk tidak memprovokasi masyarakat.

Yang sebenarnya dilakukan pemuka agama sebagai sang pencerah, sang penyejuk, sang juru damai, ternyata ujung- ujungnya malah memprovokasi ketidakkompakan, mendorong manusia untuk eksklusif dan membeda- bedakan pergaulan.

Kebaikan -- kebaikan seperti hanya debu, diantara badai topan yang menerjang. Kejahatan kriminalisasi lebih sering terdengar dan memakan korban. Pembangkangan menjadi barang biasa yang sering terdengar di forum- forum diskusi. Dan mahasiswa yang terkurung saat ini di ruang dunia maya, tiba --tiba bisa dengan garang dan menghadiahi pemimpinnya aneka gelar yang bikin bergidik. The King of Lip Service,

 Wow mungkin penulis diantara kerumunan itu yang dengan aji mumpung kadang sering mencacimaki pemimpin yang " salah " menerapkan kebijaksanaan. Muncul buah simalakama. Dan bermunculan juga buzzerRp, buzzer antagonis, yang selalu menyerang pemerintah, para pendengung itu saling berperang kata- kata. Siapa yang benar menjadi sebuah semakin kabur.

Tetapi diantara, seribu isu dan berbagai informasi tumpang tindih, masih banyak pejuang kemanusiaan yang tidak berkoar- koar, tapi dengan tindakan nyata membantu yang kesusahan. Mereka sering terlupa, dan kebetulan mereka juga tidak ingin menunjukkan diri bahwa sebenarnya ia adalah pahlawan kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun