Radikalisme telah mengikis nurani, terorisme telah menciutkan nyali, maka tidak ada cara lain selain Pancasila harus tegak.
Soekarno lahir di bulan Juni tepatnya tanggal 6 Juni 1903, Soeharto lahir di tanggal 8 Juni 1921, dan Jokowi lahir di tanggal 21 Juni 1961. Mereka dalam zaman keemasannya telah mengukir sejarah masing- masing.Â
Ada sisi positif dan negatif yang tertera dan diingat sejarah, tetap ada pengikut setia yang selalu membela para tokoh tersebut. Bagaimana buruk dan menyakitkannya sebuah orde tetap ada sisi positif yang wajib diingat.
Jaya dan Terpuruknya Era Tokoh Negeri Ini Serta Lahirnya Pancasila
Soekarno yang meredup di sisa hidupnya tetaplah tokoh besar pendiri bangsa ini, pencetus Pancasila dan telah memberikan teladan betapa sederhana hidupnya semasa berkuasa.Â
Ia yang berpikiran luas, berpengetahuan dan bervisi jauh ke depan, jatuh oleh orang-orang yang menuduhnya sebagai pemimpin berafiliasi komunis, jatuh oleh konspirasi orang- orang yang haus kekuasaan.Â
Soeharto jatuh oleh kelakuan keluarganya yang terlalu rakus mengeruk harta negeri ini, yang selalu menekan kebebasan dan keterpurukan perekonomian membuat orde baru yang digerakkan dengan cara anti demokrasi,monopoli dalam hal usaha, merebaknya korupsi dibawah meja dan budaya pejabat yang selalu mengeruk kekayaan negara untuk kepentingan diri sendiri dan kroni- kroninya.
Di Era reformasi muncul dan lahir demokratisme, tetapi tampaknya dampaknya membuat pesta pora korupsi para pejabat malah nyata terlihat, tanpa malu-malu. Jika di orde baru korupsi bisa tersusun rapi tanpa sadar, maka korupsi di zaman reformasi terlihat kasar dan dilakukan tanpa malu-malu.Â
Ketika datang Jokowi mencoba membabat sistem korup para pejabat republik ini, perlawanan amat gencar dilakukan oleh mereka yang terbiasa menikmati kekayaan. Para pejabat yang sudah mendarah daging dalam melakukan korupsi yang sepertinya tahu sama tahu.
Betapa beratnya menjadi orang baik di negeri saat ini, betapa susahnya memberitahu tentang ini dan itu demi kebaikan menghadapi orang-orang yang ngeyel dan suka-suka.Â
Ketika Covid-19 merebak, yang terbaik sebetulnya adalah kekompakan masyarakat untuk memutus perkembangbiakan virus. Namun banyak orang merasa covid itu hanya rekayasa pemerintah.Â