Dengan masker, menenteng hand sanitizer dalam segala aktivitas maka bersama istri sering pergi ke pasar paling tidak seminggu sekali untuk membeli stok keperluan memasak. Untuk pembelajaan lain seperti memesan buku, memesan alat elektronik ringan, memesan peralatan memasak belanja online andalannya.
Terus terang belanja online kini hampir menjadi aktifitas utama menggantikan kegiatan keluar ke mall atau ke pusat perbelanjaan. Lalu siapa yang berperan aktif dalam aktivitas belanja online ya tentunya istri saya. Dia lah  manager yang mengatur keluar masuknya uang. Saya hanya berperan sebagai pemilik modal, yang bekerja lewat WFH. Gaji dipegang istri untuk disalurkan mengisi aplikasi pembayaran, mengatur belanja bulanan, membayar uang sekolah ketiga anak saya, mengatur pembayaran hutang piutang.
Menghindari Utang Online dan Kartu Kredit
Pernahkah mempunyai pengalaman meminjam uang lewat online atau menerbitkan kartu kredit sayangnya saya tidak tertarik sama sekali. Rasanya terlalu berat resikonya jika terjerat dengan lembaga utang dengan cara online. Caranya sangat mudah mendapatkan uang, namun resikonya kami diteror untuk segera melunasi utang.Â
Duh sengsaranya. Kartu kredit menurut saya itu kartu setan. Makanya dari dulu saya tidak pernah tertarik menggunakan kartu kredit. Biar saja hidup sederhana sesuai dengan kemampuan yang penting tenang tanpa dikejar- kejar utang.
Apalagi sebagai guru yang gajinya untuk ukuran Jakarta  masih pas- pasan meskipun di atas UMR tapi di tengah godaan dan mahalnya harga - harga kebutuhan kami harus benar- benar pintar memutar uang agar tidak terjerat utang semakin banyak. Utang penting tapi harus berhitung bisa mengembalikan sesuai waktu dan target yang ditentukan sekedar menambah semangat mencari tambahan uang. Kalau harus memaksa di luar kemampuan kata orang Inggris No Way.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H