Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Dia yang Dijodohkan Ternyata Bukan Jodoh Saya

21 Mei 2021   07:37 Diperbarui: 21 Mei 2021   07:44 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta itu Misteri Jodoh juga Misteri (wartakota-tribunnews.com)

Orang tua gelisah melihat anak lelaki  di atas umur 27 belum  terlihat tanda - tanda punya pacar, plus, masih terlihat bebas sendiri dan belum punya pekerjaan tetap . Ayah dan ibu menginginkan anaknya segera menikah. Sebab mereka berpikir usia semakin menua dan segera mengharapkan bisa menimang cucu.

Susah - Susah Gampang menentukan Kriteria Pasangan Hidup

Kalau bicara jodoh memang susah - susah gampang. Terus terang saya pernah mendekati perempuan dan berkali- kali ditolak, sedangkan di sisi lain ada beberapa perempuan yang berusaha mendekat tapi saya tolak alasannya tidak cocok, kurang greget dan tidak cantik. Weleh- weleh, jomlo aja nolak lamaran hahaha. Tapi begitulah masalah urusan jodoh, saya sebetulnya tidak kurang - kurang melakukan pedekate terhadap beberapa cewek namun karena waktu itu pekerjaan saya masih luntang - lantung, belum punya pekerjaan tetap ya saya ragu apakah bisa serius menjalin hubungan dengan perempuan.

Padahal menurut kata teman saya tidak terlalu jelek - jelek amat. Dalam status sosial ya cukup lumayan wong anak Penilik dan guru SD. Meskipun nganggur saya masih bisa membanggakan diri punya orang tua yang cukup mampu. Tapi kadang ada kontra bathin waktu itu, saya khan punya jiwa cenderung bebas, tidak mau terkekang, tidak mau diatur, pokoknya mirip senimanlah gitu kira - kira.

Kegalauan saya cukup beralasan sebab aktivitas saya waktu itu memang lebih banyak berpetualang, berorganisasi, dan curhat lewat menulis. Kegiatan teater, kegiatan organisasi silat cukup menyita waktu sehingga kadang tidak sempat pulang ke rumah (waduh gayanya sok sibuk). Tidak terasa umur bertambah 30 tahun berlalu dan masih saja menjomblo. Semakin khawatir dong orang tua melihat anaknya bisa - bisa menjadi bujangan lapuk. Di desa laki - laki yang tidak menikah - menikah akan selalu menjadi bahan pergunjingan.

Sungguh, di usia yang seharusnya sudah matang bagi seorang laki - laki saya masih sempat "menganggur" sebelum mendapatkan pekerjaan tetap sebagai guru di usia yang sebetulnya tidak terlalu muda yaitu 31 tahun. Selepas usia 31 tahun dengan pekerjaan dan gaji lumayan saya tetap belum menetapkan secara pasti siapa jodoh saya. Saya hanya berusaha mencari yang terbaik dan berdoa apabila saya diberi kesempatan berkeluarga pasangan saya adalah pasangan yang seperti saya harapkan, tidak mengekang kebebasan saya terutama dalam hal hobi bersepeda dan gaya seniman saya yang cenderung ingin bebas dengan sikap sedikit cuek. 

Orang Tua Mendesak Memaksa Menjodohkan Kita Yang Terlalu Idealis memilih Jodoh

Berbagai upaya dilakukan orang tua terutama ibu untuk menjodohkan saya. Beberapa perempuan mencoba mendekat, tapi lagi - lagi bila kurang sreg di hati rasanya susah menjalani kehidupan rumah tangga tanpa dilandasi cinta. Malah ada orang yang mati - matian melakukan pendekatan pada ibu saya (dalam hal ini terus berupaya menjodohkan dengan mengirimkan foto, alamat dan nomor telepon, sempat berkenalan lewat SMS).

 Namun akhirnya saya bosan sendiri dan jarang membalas kontak dengannya. Sedangkan saya berusaha melakukan pendekatan dengan perempuan yang sebetulnya sudah mempunyai pacar. Saya bertekad tidak menyerah meskipun dia sudah punya pacar dan sering datang ke kost- nya. Sampai akhirnya gadis pujaan itu menikah dan saya terkatung- katung lagi.

Akhirnya saya berkompromi pada orang tua, mencoba melakukan pendekatan terhadap perempuan amat muda yang usianya jauh lebih muda lebih dari 11 tahun. Awal mulanya sih mulus - mulus saja . Hubungan jarak jauh membuat beberapa hambatan terutama masalah komunikasi, namun bisa sampai ke tahap pertunangan. Rasanya jodoh memang mendekat, hubungan kedua orang tua dan nenek calon saya bagus sekali.

Pertunangan Yang Gagal Karena "Tidak Jodoh"

Namun rupanya setelah tunangan banyak kendala komunikasi dan ada jurang lebar untuk bisa meneruskan hubungan apalagi ketika dia (calon pasangan saya) "tampaknya" lebih sering berhubungan dengan teman kuliahnya. Saya yang di Jakarta, galau dan rasanya masgul apakah hubungan itu sehat.

Kegalauan itu saya curhatkan kepada teman yang kebetulan satu unit kerja. Dari curhat itu akhirnya muncul kesamaan visi dan  berlanjut ke hubungan yang lebih serius dan  saya mendapat jodoh dari teman curhat saya.

Begitulah  kami menikah dan sudah belasan tahun menjalani kehidupan keluarga bersama jodoh yang diberikan Tuhan dengan segala rintangan tantangan baik ringan maupun berat. Cinta berjalan seiring berjalannya waktu. Jalan terjal dilalui untuk menyatukan visi, Sampai pada satu kesimpulan bahwa setiap pribadi harus mempunyai tenggang rasa dan saling mengerti akan kekurangan masing - masing.

Perjodohan kadang bisa menghasilkan pasangan yang cocok, namun bagi saya perjodohan itu sebuah beban, tekanan, sebab usaha mencari jodoh bukan datang dari sendiri. Ketika menjalani hubungan dari perjodohan hati sebenarnya berat, ada sebentuk ketidakbebasan. Bukan cinta murni yang datang dari hati nurani, lebih karena menyenangkan perasaan orang tua.

Maka ketika jodoh akhirnya datang sendiri tanggungjawab sendirilah yang harus ditekankan karena sudah memilih yang terbaik dari berbagai alternatif yang sudah pernah dijalani. Saya menikah di usia yang sebenarnya sudah tidak muda lagi dalam arti usia ideal menikah. Namun kehidupan itu penuh misteri. Bersyukur karena setelah menikah terus mendapatkan momongan dengan tiga anak yang cerdas dan imut imut.

Tuhan memang sudah menggariskan jodoh untuk kita hanya kapan dan dengan siapa jodohnya kadang susah ditebak. Maka bagi yang sekarang masih jomlo terus berusaha. Mau dijodohkan atau mencari sendiri yakinlah bahwa pasti ada jalan untuk mendapatkan jodoh terbaik. Yang penting berusaha dan terus selalu berikhtiar. Siapa jodohmu pada akhirnya Tuhan yang menentukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun