Namun rupanya setelah tunangan banyak kendala komunikasi dan ada jurang lebar untuk bisa meneruskan hubungan apalagi ketika dia (calon pasangan saya) "tampaknya" lebih sering berhubungan dengan teman kuliahnya. Saya yang di Jakarta, galau dan rasanya masgul apakah hubungan itu sehat.
Kegalauan itu saya curhatkan kepada teman yang kebetulan satu unit kerja. Dari curhat itu akhirnya muncul kesamaan visi dan  berlanjut ke hubungan yang lebih serius dan  saya mendapat jodoh dari teman curhat saya.
Begitulah  kami menikah dan sudah belasan tahun menjalani kehidupan keluarga bersama jodoh yang diberikan Tuhan dengan segala rintangan tantangan baik ringan maupun berat. Cinta berjalan seiring berjalannya waktu. Jalan terjal dilalui untuk menyatukan visi, Sampai pada satu kesimpulan bahwa setiap pribadi harus mempunyai tenggang rasa dan saling mengerti akan kekurangan masing - masing.
Perjodohan kadang bisa menghasilkan pasangan yang cocok, namun bagi saya perjodohan itu sebuah beban, tekanan, sebab usaha mencari jodoh bukan datang dari sendiri. Ketika menjalani hubungan dari perjodohan hati sebenarnya berat, ada sebentuk ketidakbebasan. Bukan cinta murni yang datang dari hati nurani, lebih karena menyenangkan perasaan orang tua.
Maka ketika jodoh akhirnya datang sendiri tanggungjawab sendirilah yang harus ditekankan karena sudah memilih yang terbaik dari berbagai alternatif yang sudah pernah dijalani. Saya menikah di usia yang sebenarnya sudah tidak muda lagi dalam arti usia ideal menikah. Namun kehidupan itu penuh misteri. Bersyukur karena setelah menikah terus mendapatkan momongan dengan tiga anak yang cerdas dan imut imut.
Tuhan memang sudah menggariskan jodoh untuk kita hanya kapan dan dengan siapa jodohnya kadang susah ditebak. Maka bagi yang sekarang masih jomlo terus berusaha. Mau dijodohkan atau mencari sendiri yakinlah bahwa pasti ada jalan untuk mendapatkan jodoh terbaik. Yang penting berusaha dan terus selalu berikhtiar. Siapa jodohmu pada akhirnya Tuhan yang menentukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H