Kadang pasangan membanding-bandingkan dengan rumah tangga lain yang tampak harmonis, selalu rukun, romantis, dan sering jalan-jalan.Â
Pasangan mereka suka memperlihatkan hadiah keren sehingga dalam sebuah diskusi di rumah sering mendorong suami istri berkonflik karena silau dengan kehidupan rumah tangga tetangga atau orang lain.
Padahal sesungguhnya seharmonis apapun setiap rumah tangga selalu mempunyai masalah. Hanya ada keluarga atau pasangan suami istri yang pandai menyembunyikan berbagai masalah kehidupan cukup di dalam rumah. Orang lain tidak perlu mengetahui bahwa sebenarnya ada masalah pelik yang sedang dan tengah berjalan.
Pertanyaan yang harus dijawab dalam artikel ini, haruskah persoalan rumah tangga diselesaikan dengan emosi tinggi?Â
Bagi penulis tentu saja tidak. Semua permasalahan jika diselesaikan dengan emosi hanya akan menimbulkan masalah lagi.Â
Entah penyesalan, entah kemarahan yang terpendam, dan berbagai rentetan persoalan yang akhirnya membesar. Jika sudah membesar dan merasa tiap pasangan sudah frustrasi ujung-ujungnya adalah perceraian. Padahal perceraian itu solusi terakhir dari berbagai konflik rumah tangga yang muncul.
 Akan terjadi masalah terutama yang sudah mempunyai anak. Sebab yang terlahir dari orangtua broken home biasanya mempunyai masalah psikologis.Â
Jika pisahnya baik-baik dan kedua orangtua yang broken home masih kompak untuk membesarkan bersama tidak akan menimbulkan banyak persoalan terhadap anak, tetapi jika cara pisahnya menimbulkan luka dan masih memendam dendam dan amarah, imbasnya adalah anak yang menjadi korban. Anak menjadi kambing hitam persoalan dan "dipingpong" sebagai bagian masa lalu yang menyakitkan dan menimbulkan luka batin.
Keseimbangan Membuat Rumah Tangga Menjadi Awet
Kalau setiap pasangan hidup bisa menempatkan diri, mau mengerem emosi saat pasangannya tengah marah, tidak ikut larut dalam emosi ketika terjadi percekcokan, sabar menunggu surutnya emosi, sehingga ketika emosi mengendap lalu memecahkan masalah bersama-sama dengan emosi stabil dan terkendali.