Untungnya yang saya lihat Jokowi itu jembar segarane alias sabar. Ia menerima segala caci dengan senyuman, menerima kritikan dengan pikiran terbuka, meskipun di sana sini terus dituduh bahwa Jokowi otoriter karena dengan undang- undang ITE pemerintah dalam hal ini Jokowi bisa saja menyeret mereka yang melakukan ujaran kebencian, membuat berita hoaks, dan pelecehan di media langsung diseret ke ranah hukum dengan senjata polisi cyber crime.
Apakah saya ini salah satu pengagum Jokowi, ya saya akui tapi bukan berarti setuju semua kebijaksanaannya, namun saya harus obyektif menilai, bukan hanya asal njeplak mengkritik tanpa solusi. Kalau hanya bermodal mengkritik semua orang bisa, tapi mengkritik dengan memberi solusi tidak semua orang bisa.
Di era Jokowi ini sebetulnya sudah banyak jejak keberhasilan terutama pembangunan infrastruktur yang nyata terlihat. Untuk pembangungan akhlak dan mental sebetulnya Jokowi sudah mencontohkan dari perilakunya yang lebih banyak diam, tapi sigap dalam bekerja. Sayangnya banyak pejabat public di negeri ini lebih suka ndableg dan terjebak dalam hasrat untuk memperkaya diri sehingga sebegitu banyaknya pemimpin yang akhirnya tertangkap basah korupsi.Â
Padahal pemimpin tertingginya sudah mencontohkan yang baik, tapi hasrat kekuasaan dan kekayaan telah menutup kemungkinan untuk menjadi pejabat pengabdi, pelayan masyarakat. Mereka lebih suka disebut tuan dan sultan yang yang bergelimang harta dan menikmati tahta karena diperoleh dengan cara  menyogok, mengiming - imingi sejumlah uang untuk memilih dirinya.
Bagi para pembenci ke manapun Jokowi hadir akan selalu menjadi sumber komentar. Netizen memang luar biasa. Sayangnya ada dua orang pengkritik yang saat ini tengah bertapa sedang lelah mengkritik Bagaimana kabar Fahri Hamzah dan Fadly Zon. Ke mana suara mereka menggema, di relung mana, kangen juga dengar kata - kata mereka yang sengak, namun Ternyata meskiipun dibombardir kritikan Jokowi tidak pernah menyimpan kata benci malah di beri penghargaan. Ora popo mengkritik asal kritikannya bukan asal yang ujung - ujungnya mengarah ke phisik. Salam tulisan receh dari penulis yang kadang ngasal dalam menulis. Namun paling tidak nurani dibuka agar tidak menulis tanpa kendali. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H