Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gibran dan AHY, Anak Presiden dan Keuntungan Mendapatkan Liputan Media

5 April 2021   15:11 Diperbarui: 5 April 2021   15:26 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran dan AHY dalam sorotan media (wartaekonomi.co.id)

Maka seperti gambling SBY mendorong AHY berhenti dari TNI dan masuk dalam gelanggang politik praktis. AHY yang berpangkat terakhir Mayor, mendapat persaingan dan pesimisme TNI dengan pangkat yang lebih tinggi. Bahkan yang mempunyai kedudukan puncak TNI. Sejumlah jendral mencoba menggeser AHY yang dianggap instan dan terlalu cepat duduk sebagai pimpinan parpol. 

AHY masih dianggap hijau dalam pertarungan politik sehingga banyak pentolan Demokrat yang berusaha menggoyang kepemimpinannya namun AHY masih kuat dan KLB pimpinan mantan panglima TNI harus terpental karena pemerintah menolak status hukum KLB yang dianggap tidak sah.

Perjuangan Gibran dan AHY masih panjang. Mereka ditunggu masyarakat bagaimana mereka mampu menghadapi kejamnya dunia politik, mereka diuji waktu apakah bisa menjadi diri sendiri, bisa membuktikan bahwa kiprahnya bukan semata- mata karena mereka anak presiden tapi karena kemampuan diri sendiri yang mampu menjadi pemimpin dan generasi penerus kepemimpinan nasional.

Jokowi dan SBY sebagai senior amat paham dunia politik  masing - masing menerima konsekwensi bahwa tiap hari selalu saja ada penggiringan opini yang menyangsikan kepemimpinan mereka, jika seorang pemimpin generasi digital mudah berang dan emosi dengan komentar netizen yang julit dan terkadang banyak yang tidak sopan maka akan banyak ujan menanti terutama komentar yang semakin ganas dari buzzer, netizen dan pegiat media sosial.

Gibran dengan kelebihan dan kekurangannya mesti fokus bekerja dan mendengar aspirasi masyarakat, menggerakkan sistem, mempermudah aturan birokrasi dan selalu siap sedia blusukan mendengarkan suara kritikan langsung dari masyarakat. Untuk para komentator yang bermodal judul berita abaikan saja, anggap angin lalu atau suara jengkerik. 

Untuk AHY ujian kehidupan, masalah yang semakin kompleks, hembusan angin yang semakin keras harus dihadapi, tidak perlu menempatkan diri sebagai yang teraniaya dan menempatkan playing victim untuk mendongkrak suara. Pembuktian kinerjalah yang terpenting. Buktikan bahwa generasi milenial yang lebih muda tidak baperan seperti generasi sebelumnya.

Jabatan Publik dan Godaan Penyelewengan Jabatan

Media di satu sisi menguntungkan tapi di sisi lain bisa juga menjebak dan menggiring opini negatif. Sisi positifnya dimanfaatkan dan pengaruh buruknya dibuang jauh. Untuk pemimpin lainnya yang kadang luput dari pemberitaan media, fokus bekerja dan siap berkarya jangan - jangan tanpa berita di tahun berikutnya tahu - tahu ditangkap tangan KPK karena kasus penggelapan proyek atau menerima sogokan dari pengusaha agar mereka mengegolkan proyek bernilai fantastis. 

Yang profesor doktor saja tergiur apalagi yang sedang meniti karir sebagai pemimpin. Karena biaya politik mahal maka jebakan korupsi sangat mungkin terjadi untuk mengembalikan modal. Karena kalau sudah tergoda untuk menyelewengkan jabatan, seterusnya akan ketagihan. Itu yang menjadi PR bagi pemimpin terutama yang diuntungkan oleh strategisnya jabatan orang tuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun