Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar Pranowo dan Spirit Njajah Desa Milangkori

24 Maret 2021   12:03 Diperbarui: 24 Maret 2021   16:22 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karikatur oleh Joko Dwiatmoko

Agak susah menterjemahkan kata Njajah desa milangkori. Njajah desa artinya keliling desa, atau keliling kawasan atau wilayah nya milangkori Kori itu menghitung pintu. Kori sendiri terjemahan bebasnya adalah pintu. Tapi kalau dibahasabebaskan kurang lebih menjelajahi desa,gang, wilayah atau blusukan.

Apakah jelajah desa atau Njajah desa yang benar?kalau menurut asal katanya sih Njajah. Tapi bukan berarti negatif. Artinya keluar masuk desa,alias blusukan.

Blusukan itu populer dilakukan sejak Jokowi masuk rimba raya kota bernama Jakarta. Sejak Jadi gubernur Jakarta istilah blusukan populer. Jokowi itu orang lapangan, jadi ia akan selalu ke lapangan, untuk mengetahui apa saja sih yang dihadapi masyarakat. ia tidak ingin laporan ABS. (Asal Bapak Senang).

Nah beda yang ditanggapi musuh politik nya. itu namanya pencitraan. Apapun gaya Ganjar mirip dengan Jokowi.Ganjar lebih sering ke lapangan mendengar curhat penduduk dan berusaha memenuhi tuntutan masyarakat. Gaya Jawanya dicampur dengan kelincahan tampaknya mencuri hati masyarakat jawa Tengah. Nyatanya dia kembali terpilih menjadi gubernur.

Ganjar  Pranowo dalam sebuah survei yang disasar anak muda masuk urutan kedua setelah Anies Baswedan. Dari awal seperti halnya Jokowi saya lebih memilih Ganjar daripada Anies.

Saya ber KTP Jakarta tetapi lahir dan besr di Jawa Tengah. Melihat pemimpin Jateng yang grapyak semanak (ramah, murah tersenyum,mudah bergaul) jadi kesengsem.

Ia bukan orang yang hanya pintar menata kata tapi juga pendengar yang baik. Uniknya banyak kemajuan setelah Ganjar memimpin. Tahun tahun belakangan ini ketika saya pulang kampung saya menemukan insfrastruktur jalan yang rapi. Sampai ke desa yang jauh dari jalan besar sudah diaspal, lalu bandes atau bantuan desa tampak dimanfaatkan dengan baik.

Ganjar politisi dari PDIP itu termasuk orang yang lincah bergerak. Dan benar benar menguasai masalah karena selalu mendengar. Banyak pemimpin yang sering terlalu gengsi karena pendidikan maksimal sampai S3. pintar teori tapi bingung di lapangan.

Ganjar menurut saya, adalah kombinasi. Pintar berbicara pintar juga membagi tugas sehingga wilayah termasuk wilayah maju. Dan sebelum Covid datang.hampir semua pengusaha baik luar negeri maupun dalam negeri tertarik untuk membuat pabrik di Jawa Tengah. 

Salah satunya karena penyederhanaan birokrasi era Ganjar membuat nyaman pengusaha dan tidak menimbulkan gejolak pada buruh dan pekerja.

Ganjar sering menggelar dengar pendapat. bahkan ia bisa tiba tiba datang kesebuah wilayah yang penduduk sering mengeluh, entah karena jalan rusak atau masalah lain.

Kepedulian pada tetangga, kepedulian pada sesama penduduk Jateng membuat Ganjar seperti mendapatkan durian runtuh kepercayaan. Ganjar yang tahu harus bagaimana dalam memimpin Jawa Tengah menjadi idola baru anak muda.

Bukan fanatik tapi ketika saya bertanya pada hati nurani saya pilih Ganjar atau pilih Anies, terus terang jujur saya pilih Ganjar Pranowo.

Kenapa pilih Ganjar? Itu hak politik saya.

Seperti halnya ketika sejak kampanye Jokowi di Jakarta dan sempat bertemu di jalan. Anggaplah feeling. Atau gejolak hati nurani. Tapi pilihan saya belum tentu menjadi pilihan elite politik.debat tentang calon pemimpin selalu saja membuat panas suasana. Hitung hitungan sang pemimpin partai belum tentu sama dengan keinginan masyarakat.

Bagi saya Ganjar itu fenomena bisa saja ia adalah Satrio piningit. Apa yang terjadi 2024 banyak yang masih misteri. Sama seperti ketika saya terbaring di rumah sakit karena Covid. 

Dari protokol kesehatan, saya benar benar mencoba mentaatinya.Tapi ketika imun dalam sekejap turun dengan cepat Covid 19 menyerang.  Jadi mereka seperti pencuri yang tidak tahu  kapan akan datang. Saat lengah barang saat lengah Covid menghampiri.

Siapa tahu jika Jokowi sesuai konstitusi harus turun panggung penerus yang cocok adalah yang se visi. Lha kalau saya kok lebih cocok sama mas Ganjar. Itu soal ROSO pangroso (soal selera).

Kalau Anies lain kali saya bahas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun