Kalau sudah menyangkut fanatisme tokoh dan agama, tampak bahwa banyak netizen belum mengerti esensi beragama dan melihat sejauh mana mereka paham tentang politik dan ruang lingkup nya. Kalau sudah benci apapun tidak ada benarnya dimata mereka. bahkan lebih memilih beda asal tidak mengakui obyektif apa yang sudah dicapai tokoh itu bagi kemajuan bangsa.
Sikap waton sulaya itu, membuat semua masalah kadang jadi ambyar tidak ada titik temu, tidak ada titik harapan bahwa dalam rasa benci harusnya tetap harus akui pasti ada kelebihan seorang tokoh yang harus diapresiasi.
Nah watak satria itu yang jarang dimiliki oleh oleh pegiat medsos terutama buzzer yang berprinsip yang penting beda, kalau dia kecebong maka harus dilawan dengan cara kampret. Kadrun...itu selalu salah...dan ujungnya pasti menyerang pribadi dan keyakinan.
Tokoh yang sering menjadi sasaran sedang saat ini, Jokowi, di mata Salawi apapun pekerjaan nya pasti salah tidak ada yang benar. Contohnya Amin Rais, ia akan selalu tidak puas akan apapun pencapaian Jokowi, meskipun ia banyak diapresiasi oleh masyarakat dan mancanegara bagi Amin Rais Jokowi tidak pernah benar. Begitu juga Anies Baswedan, dan banyak tokoh lain yang sering diseret dalam perdebatan receh para komentator dadakan.
Asal berdebat dan ngeyelan itu sebenarnya apakah sifat asli masyarakat Indonesia. Kalau soal keberanian, diakui bahwa masyarakat Indonesia amat berani, Hanya dengan bambu runcing saja berani melawan penjajah.
Masalah debat Indonesia banyak lahir tokoh cerdas. Ada Soekarno, Muhammad Hatta. Tokoh tokoh yang ikut di konferensi Asia Afrika di Bandung. Mereka jagoan dalam konsep dan debat cerdas ditingkat internasional.
Semoga para netizen banyak membaca dan mengamati tokoh Indonesia secara obyektif sehingga tidak lagi terjebak dalam debat kusir asal beda asal bunyi dan yang penting merasa menang padahal jawaban tidak nyambung.
Semoga media seperti internet bisa dimanfaatkan untuk membangun negeri, mengembangkan sikap responsif, solidaritas, kepekaan sosial, dan tajam menangkap peluang, bukan terkenal karena barbarnya mereka saat menyerang institusi internasional atau jago membuli sesama anak bangsa gara-gara karena beda idola. Atau tokoh politik. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H