Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Satu Gambar Mural Ribuan Narasi Tercipta

11 Februari 2021   16:01 Diperbarui: 20 Agustus 2021   00:05 2857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah anda memperhatikan gambar - gambar mural yang ada di area publik. Ribuan gambar itu bila dijadikan narasi, sumber tulisan berapa juta karakter yang tertulis.

Pada satu gambar saja penikmat gambar tersebut bisa membuat narasi panjang, apalagi ratusan bahkan bisa saja ribuan gambar yang tersebar baik di bawah fly over, di tembok gang - gang perumahan, di taman kota, atau di kafe - kafe gaul dan restoran.

Kebermaknaan gambar, lukisan, mural itu menjadi penanda bahwa seni rupa dapat mewakilkan kegalauan masyarakat pada sebuah peristiwa. Saya yang kebetulan mempunyai latar belakang pendidikan sering mengamati mural, lukisan di truk, stiker- stiker yang menyiratkan kata - kata yang muncul dari gambaran manusia menghadapi problema kehidupan.

Betapa kaya sebuah gambar bisa menyiratkan banyak makna bagi yang melihatnya. Maka kadang gambar bisa pula mengantarkan pembaca untuk memaknai apa yang tersirat dalam buku yang sedang anda baca.

Sebuah kebetulan disamping saya senang menulis, tidak memungkiri juga bahwa saya senang menari - nari dengan pulpen, dengan tinta, dengan pensil untuk membuat narasi gambar.

Karena hasrat seni yang susah terbendung saya bisa menyalurkan rasa lewat menggambar, menyanyi (memainkan gitar, seruling, harmonica dan sedikit kemampuan bermain organ), menyanyi juga sedikit bisa asal anda tidak terlanjur geli dengan suara yang kadang harus muncul dari vibra tenggorokan yang terkesan tercekik hahaha....

Kembali ke kebermaknaan gambar mural dalam ruang imajinasi penulis. Dari satu gambar misalnya tentang lukisan mural bertema covid 19. Seorang perempuan dengan linangan air mata mulutnya dan hidungnya tertutup masker, sementara di samping kanannya terlihat dokter atau perawat dengan baju APD lengkap dan di sekelilingnya virus covid terus mengintai.

Kesedihan perempuan itu bisa bermakna lebih dari sekedar kesedihan biasa. Ada rasa capek, ada gambaran kelelahan, kepedihan akan kehilangan orang -- orang tersayang. Dari gambar itu muncul narasi dan setiap orang yang melihatnya bisa melahirkan narasi yang berbeda - beda.

Demikian saya juga melihat kartun yang muncul di laman Tempo. Co. Digambarkan satu orang yang berada di tengah barisan pilar -- pilar besar berusaha menahan rubuhnya pilar di depannya sementara pilar itu rubuh akibat serangan virus yang melemahkan kekuatan pilar tersebut, kemudian rubuh menimpa pilar lainnya.

Sebagai guru gambar saya mencoba menguraikan dan menarasikan betapa efek rapuhnya pilar pertama akibat virus bisa menimpa dan secara karambol bisa melemahkan dan merubuhkan pilar lainnya. Sementara seberapa kuatnya sih satu manusia yang berusaha mati- matian untuk menahan pilar agar tidak jatuh.

koran. tempo.co
koran. tempo.co
Kekuatan gambar itulah yang lukisan, atau karikatur, atau mural bernilai besar. Gambar dapat dikatakan sebagai ilustrasi atau penjelas dari bahasa tulis, atau dongeng lisan yang kadang dimaknai lain tergantung bagaimana si pencerita mengemasnya.

Kekuatan lukisan, mural, ilustrasi sebagai penjelas, membuat banyak manusia kini sering lebih senang bergumul dengan cat, memberi keindahan sekaligus menjadi pengingat bagi mereka yang kebetulan melihat atau melintas.

Setelah melihat gambar mural orang menjadi tersadar oh sebegitu besar efeknya ya, ternyata kalau tidak memakai masker misalnya akan berdampak buruk, terlihat dari misi dari satu gambar tersebut. Kecuali ada orang yang memang sudah tuli hatinya dan buta nuraninya.

Ia tidak akan memandang sebagus apapun gambar wong fokusnya berbeda. Ia akan lebih suka membuat orang terlihat sulit, dan kalau perlu hidup lebih susah. Apa arti gambar bagi mereka yang sering menutup empatinya untuk tidak menggubris masalah -- masalah yang ada di sekitar.

Ternyata bahasa rupa, bahasa gambar bisa besar pengaruhnya terhadap manusia. Tanpa harus berteriak- teriak keras menggunakan TOA, tanpa harus berbusa -- busa mengingatkan, dengan bahasa gambar orang diajak merenung dan berkontemplasi atas gambar - gambar yang tersaji.

Mural, menurut sejarahnya memang lahir dari kaum urban, bisa dikategorikan masuk dalam aliran pop art, gerak orang - orang yang biasa hidup dijalanan, yang tidak punya media kecuali tembok -- tembok yang ada di pinggir jalan. orang -- orang girli (pinggir kali atau sungai).

Istilah Mural berasal dari kata latin yaitu "murus" yang berarti dinding. Makna luas dari mural adalah menggambar atau melukis di media dinding. Bukan hanya dinding tetapi bisa juga media lain yang lebih luas, misalnya pilar, plafon, atau media yang luas yang sifatnya permanen.

Mural itu sebetulnya sudah tidak asing dengan kehidupan manusia. Sudah ribuan abad sekitar 31.500 tahun , sejak zaman prasejarah. Lukisan di gua leang- leang, lukisan di dinding gua di Lascaux sekitar Selatan Perancis.

Lukisan dinding juga sudah muncul ribuan tahun yang lalu selaras dengan perkembangan agama Kristen katolik. Banyak dinding- dinding gereja di lukis. Lukisan perjamuan terakhir menurut sejarahnya juga dilukiskan didinding.

Perkembangan mural tampak ketika Pablo Picasso pelukis yang beraliran kubisme membuat sebuah mural dinamakan Guarnica atau Guarnica y Luno tahun 1937 saat berkecamuk perak sipil di Spanyol.

lukisan Mural Pablo Picasso beraliran kubisme (imural.id)
lukisan Mural Pablo Picasso beraliran kubisme (imural.id)
Pada mulanya mural hanyalah sarana untuk media ungkapan kritik sosial, protes yang diwujudkan dengan gambar di dinding, saat ini sudah berkembang dan mulai merambah dinding restoran, kafe, gedung gedung, seperti yang terlihat di depan Mal pusat Jakarta yaitu Sarinah.

Mural bisa menjadikan kafe sebagai point of View ( pusat perhatian ) ketika nongkrong di kafe, atau mall, dan restoran.

Kembali ke ungkapan kebermaknaan gambar dan seribu narasi tercipta dari satu gambar mural saja. Ya, itulah sekarang mau tidak mau adalah era visual, segalanya bisa dihias dan diperkaya dengan gambar baik lukisan, mural, graffiti. Mural tidak lagi sunyi sepi di dinding luar, yang akan terdampak jika ada badai hujan, maupun petir atau banjir. Mural menjadi terhormat karena bisa membuat manusia yang sekarang senang eksis, senang selfie, senang tampil agar tampak keren di media sosial

Satu gambar seribu makna, para penulispun sering mencari gambar ilustrasi yang bisa mengantarkan dan menambah menariknya puisi, cerpen, esai atau apapun hasil tulisannya agar tidak nampak garing tanpa gambar yang menarik.

Lalu apakah ada hubungannya antara mural dan moral. Ah, buat sendiri jawabannya.

Salam.

Referensi dari artikel Imural.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun