Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kritiklah Jokowi, Seperti Mengkritik Diri Sendiri

11 Februari 2021   12:19 Diperbarui: 11 Februari 2021   13:02 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitulah wajah demokrasi Indonesia, Masih bopeng dan banyak centang perenangnya, namun sesungguhnya kita masih bersyukur bahwa meskipun netizen, buzzer, influencer, tampak agresif, namun pergerakan - pergerakan yang mengarah untuk perpecahan bangsa masih bisa diredam. Kadang muncul isu tentang impeachment, atau pemakzulan, namun gerakan - gerakan mereka sejauh ini tidak sampai membuat pemerintah seperti menghadapi gelombang demonstrasi seperti di Hongkong, Thailand, Myanmar dengan junta militernya.

Menurut penulis sih pemerintah sudah sekuat tenaga bekerja untuk kesejahteraan masyarakat, namun, tidak dipungkiri bahwa Indonesia yang berada dalam wilayah cincin api, sangat rawan menghadapi bencana meletusnya gunung berapi, pergerakan lempeng bumi yang bisa berdampak gempa dahsyat dan tsunami, juga ragam suku,agama,  bahasa, etnis atau ras berbeda sangat rawan pergesekan.

Kembali ke bahasan tentang Pernyataan Jokowi yang menginginkan masyarakat tidak sungkan untuk melakukan kritikan pedas bila pemerintah dan pejabat publik menyimpang atau masyarakat menemukan kebijakan yang tidak selaras dengan pemikiran rakyat. Seyogianya masyarakat harus cerdas memaknai kata kata Presiden. Anggaplah mengkritik pemerintah ataupun presiden seperti mengkritik diri sendiri.  Mengkritik karena kita menjadi bagian dari negara ini merasa perlu mengoreksi agar bisa bersama membangun bangsa, bukan sekadar asal beda dengan pemerintah.

Kalau pemerintah salah ya tegur keras, tapi kalau sudah bekerja maksimal meskipun belum sempurna masih saja mendapat penilaian buruk, tentu tidak lagi obyektif, tapi sudah dibutakan oleh kebencian karena berbeda ideologi dan fatsun politik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun