Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Andil Seni Rupa Menarik Minat Literasi Kaum Milenial

31 Januari 2021   16:19 Diperbarui: 1 Februari 2021   22:36 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/shane_hotchkiss

Tapi mengkritik lewat bahasa rupa tetaplah lebih aman, asal tidak melanggar simbol-simbol. Beda dengan kritikan lewat media sosial, lewat cuitan-cuitan berani yang kadang bisa berakhir di jeruji. Kebebasan berpikir, dan menajamkan intuisi kritikan lewat seni rupapun kalau tidak hati-hati bisa menjadi bumerang.

Lihatlah efek dari Karikatur di Majalah Perancis Charlie Hebdo. Efeknya bisa membuat nyawa melayang dan hujatan dan kemarahan merebak oleh mereka yang menganggap tidak boleh ada orang yang berani menghina agama, apalagi menghina nabinya.

Padahal agamanya tidak pernah mengajarkan untuk menghukum seseorang dengan cara kriminal atau nyawa dibayar nyawa, hinaan, atau kritikan dibayar dengan tindakan anarkis. 

Saat ini ketika zaman semakin maju, era digital, internet seperti tampak mengerdilkan jarak dan memudahkan mengakses berita dan diterima dunia dalam waktu sangat cepat, manusia menjadi gampang menghakimi, gampang memviralkan kasus-kasus yang akan memperuncing perbedaan.

Seni rupa berfungsi sebagai ilustrasi, memperjelas sebuah teks atau artikel dan memberi ruang visual untuk membayangkan tentang arti dari barisan tulisan itu. 

Banyak orang mulai beralih dari pemahaman literer, ke bahasa gambar. Merasa lebih jelas ketika membaca cerita disertai banyak gambar, seperti halnya novel bergaya web toon. Cerita bergambar yang digandrungi kaum milenial.

kolaborasi literasi dan seni rupa pada sebuah kafe tempat tongkrongan milenilal | dokpri
kolaborasi literasi dan seni rupa pada sebuah kafe tempat tongkrongan milenilal | dokpri
Maka di Kafe-kafe, tempat-tempat nongkrong banyak sekali tembok yang mendapat sentuhan artistik. Sifat kaum milenial yang cepat bosan harus diikat oleh interior dan gambar-gambar memikat agar mau lama-lama nongkrong. 

Pada Film lihat film Starla yang sering menampilkan tempat nongkrong anak muda dengan mural dan perwajahan kafe yang temboknya dipenuhi mural dan grafitti.

Berbincang tentang seni rupa, rupanya memang saat ini bahasa visual atau rupa tampaknya lebih diminati oleh para penikmat digital yang bisa menampilkan gambar- gambar dengan warna-warni menarik hingga sebegitu asyiknya manusia sekarang yang suntuk memelototi gawai. Sebuah dunia visual, produk desain yang mau tidak mau memang telah mengubah mindset manusia modern.

Dan sampai beberapa tahun ke depan dunia rupa, atau seni rupa termasuk desain di dalamnya akan tetap berkibar, bagaimana dengan dunia literasi.

Meskipun muncul keprihatinan pada minat baca yang rendah, tapi sebetulnya bisa diakali dengan melakukan terobosan literasi yang menggambungkan seni visual atau seni rupa dengan seni menulis, membuat karangan, membuat tulisan menarik dengan mengkolaborasikan isi karangan atau tulisan dengan sentuhan seni rupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun