Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kebanyakan Teori Takut Menulis

28 Januari 2021   14:41 Diperbarui: 28 Januari 2021   14:44 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
membaca apa saja penting untuk mematangkan kemampuan menulis(dokumen pribadi)

Saya malah ketika memulai menulis, banyak mengabaikan teori menulis. Persis apa yang dikatakan Oleh Khrisna Pabichara. Jangan pernah bicara teori ketika mengawali menulis. 

Kuncinya hanya menulis, menulis dan menulis. Atau dalam perintah kerja tulis, tulis dan tulis.Tetapi Daeng pun mengingatkan setelah terbiasa dan menikmati menulis, teori itu tetap penting bahkan amat penting. 

Sebab kita akan membuat tulisan  yang nyaman, bisa memilah mana kata kerja mana yang menunjukkan tempat, bisa menerapkan kata baku, tidak baku, menyertakan kekayaan kosa kata nusantara dalam lema artikel kita.

Yang terpenting dalam memulai menulis adalah letakkan ketakutan pada  teori - teori kepenulisan di kolong tersembunyi. Setelah mempunyai jam terbang cukup,  ambil lagi dan baca pelan - pelan, Intip saja dan berusaha disandingkan dengan tulisan - tulisan yang sudah ditulis. Lama - lama teori bahasa itu akan menyentuh sisi isi tulisan kita.

Mulai baca tulisan yang nyamleng semacam novelnya Khrisna Pabichara Kita, Kata, Dan Cinta. Novel itu tanpa menggurui menggiring penulis untuk memahami bahasa tanpa merasa ditekan untuk harus ini, harus itu. 

Begini, begitu. Jika sebuah artikel mempunyai banyak istilah, pelan - pelan kosa kata akan bertambah, lama - lama ketika menulis sudah menjadi kebiasaan, ada rasa penasaran untuk menyandingkan teori bahasa dengan bahasa tulis yang tetap enak di baca.

tokopedia.com/mandala
tokopedia.com/mandala
Kalau pengin tangkas berbahasa tapi tidak terjebak dalam artikel membosankan dan formil baca saja  karya penulis yang sangat menguasai teori sekaligus juga pintar meracik artikel menjadi bahasa pop bahasa yang dekat dengan dialog keseharian, sehingga tidak terasa bahwa membaca tulisan itu sebuah keterpaksaan.

Tetapi lebih pada penjelajahan, memperkaya pengalaman bahasa, menuangkan spirit baru dalam menulis. Muaranya menulis itu bukan keterpaksaan tapi kenikmatan, sekaligus terapi jiwa.

Menulis bukan sebuah paksaan tapi sebuah panggilan jiwa. Jadi para guru yang kebetulan pintar secara teori tidak perlu jengah lagi untuk menjadi penulis tidak tersandera aturan teori, namun menulis sebagai panggilan jiwa, bukan hanya kewajiban yang berasal dari tekanan kerja.

Semakin banyak yang bisa menulis maka dunia literasi akan semakin semarak. Ah teori... Mas, prakteknya tetap susah menulis. Pasti anda belum mencoba saja. 

Dijamin kalau menulis sebagai sebuah kebiasaan mudah bagi anda untuk menuangkan gagasan. Kata Arswendo Mengarang itu gampang dengan catatan jika anda sudah menganggap menulis itu seperti makan minum keseharian. Salam literasi selamat mencoba menulis bagi para pembaca yang belum tergerak untuk menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun