Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jilbab, Sekolah Negeri dan Gagal Pahamnya Wawasan Kebangsaan

26 Januari 2021   15:31 Diperbarui: 26 Januari 2021   15:36 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
solo.tribunnews.com

Akhir - akhir ini marak berita viral sebuah SMK Negeri Padang mewajibkan berjilbab pada semua siswa perempuan tidak terkecuali apakah muslim atau non muslim. Ini menyangkut bahwa persepsi perempuan itu harus memakai baju sopan yang menutup segala aurat yang terlihat. Baju lengan panjang, rok panjang sampai ke mata kaki. Alasannya adalah untuk mencegah pemerkosaan, mencegah mata laki jelalatan melihat bentuk tubuh perempuan yang memang diciptakan indah dari sononya.

Ranah budaya dicabut dijadikan landasan untuk mewajibkan semua anak perempuan di sebuah kawasan agama mayoritas. Islam itu adalah identik dengan kesopanansantunan,  maka perempuan wajib memakai baju yang tidak mengundang birahi laki - laki dan tidak boleh memperlihatkan anugerah indah bahwa perempuan mempunyai bodi indah.

Masalahnya adalah pada pikiran dan otak laki - laki yang kelewatan. Mungkin khayalannya tingkat tinggi sehingga melihat sekelebat baju tersingkap saja langsung muncul persepsi dalam otak untuk melihat lebih jauh. Khayalannya melayang ditambah dengan situasi saat ini yang tersebar banyak sekali gambar - gambar erotis yang tidak terfilter. Sebetulnya salah siapa pikiran manusia ataukah sebentuk tubuh perempuan itu.

Meskipun tertutup rapat apakah otak dan pikiran manusia lantas terbatas untuk membayangkan tubuh lawan jenisnya. Sebuah negeri yang saat ini tengah bimbang dan cemas oleh pengaruh budaya pop yang sarat godaan. Tidak usah jauh - jauh sebetulnya bukan pakaian tertutup saja yang bisa mencegah manusia berpikiran bejad, ruang visual keseharian turut memberikan rangsangan bagi otak untuk berkhayal dan meliarkan pikiran. Kalaupun tidak bisa melihat bentuk tubuh, ia bisa melihat bahasa bibir, kerlingan mata, gesture.

Mindset, Isi Otak Manusia dan Makna Penutup Badan

Apakah otak menjadi terbatas hanya karena tidak melihat sesuatu yang terbuka. Pakai pakaian tertutup saja jika mereka mengenakan bajunya sangat ketat, mengikuti alur tubuh indah perempuan apakah tidak tertutup kemungkinan pikiran lebih liar lagi mengurai khayalan membaca alur itu dalam pikiran yang terlanjur menempel dalam otak laki - laki.

Apakah anda pernah melihat gambar - gambar  yang sepintaskilas hadir ketika membuka gawai. Iklan seronok yang tidak diharapkan hadir tiba - tiba muncul. Kepalanya/rambutnya tertutup rapat kain, tapi tubuhnya, gesture badannya mulut dan bibirnya memperlihatkan godaan yang luar biasa. Rambutnya tidak terlihat namun matanya dan bibirnya bicara tentang gairah perempuan. Bagaimana menanggapi gambar seperti itu. Tetapi kenapa gambar tersebut tetap dibiarkan hadir sementara banyak orang yang merasa bahwa harus ada pembatasan cara berpakaian, terutama di institusi pendidikan khususnya negeri yang notabene milik negara dibiayai negara dan kebetulan negara ini bukanlah negara agama yang harus mencirikan baju tertentu sebagai peraturan wajib yang harus ditaati.

Kalau mau memberikan dan mewajibkan aturan tentang baju, sebetulnya yang perlu dibenahi adalah pikirannya. Serapat apapun jika pikiran manusia kotor, membaca bahasa tubuh  dan melihat gerakan bibir saja sudah membuat manusia ingin memaksa dorongan pikirannya untuk diwujudkannya.

Sebuah peraturan memang bagus jika mendapat kesepakatan. Apalagi demi kebaikan bersama. Namun mencederai keberagaman, memaksa harus mengikuti peraturan hanya karena politik kebijaksanaan kepala daerah padahal sekolah itu milik negara, semua orang boleh masuk tidak terkecuali baik agama minoritas maupun mayoritas. Untuk kenyamanan bersama karena sekolah negeri itu dibiayai negara pastinya tidak boleh memaksa setiap pribadi harus seragam dan bercirikan agama tertentu, meskipun dengan dalih khas daerah.

Kerudung, Budaya dan Agama

Apakah pakaian itu punya agama, apakah benda - benda mati itu beragama dan akhirnya dijadikan klaim bahwa dengan berpakaian tertutup lantas selalu dikonotasikan dengan budaya tertentu, atau agama tertentu?

 Bunda Maria, Orang - orang Palestina meskipun mereka bukan Muslim mereka juga memakai kerudung. Kebetulan di daerah Palestina kerudung sangat berfungsi untuk menekan angka kejahatan seksual, juga karena daerah Palestina dan kebanyakan jazirah Timur Tengah yang banyak berdebu. Sejarah kerudung mungkin sama tuanya dengan peradaban manusia. Ada upaya perlindungan dari gangguan alam, menutup rapat dari panas yang menyengat, debu pasir yang membuat kotor rambut bila tidak terlindungi.

Padang dan dimanapun daerahnya saat ini dengan munculnya polemik pengenaan kerudung, baik karena dipaksa karena peraturan atau karena untuk membuat ciri sebuah kota, harusnya tetap melihat konteksnya. Kalau sekolah swasta khusus yang berbasiskan agama, tidak masalah membuat peraturan pengenaan kerudung, itu diserahkan pada kesepakatan dan komitmen antara orang tua, yayasan dan sekolah tersebut.

Ketika komitmen sudah disepakati penyeragaman tidaklah menjadi masalah. Tapi jika yang menjadi masalahnya penyeragaman pengenaan kerudung itu sekolah negeri, sekolah milik negara, sedangkan negara ini bukanlah negara agama, namun agama yang menjunjung tinggi keberagaman, kebinnekaan haruskah para guru, instansi pendidikan memaksakan diri untuk seragam dan membuat mereka yang kebetulan tidak agama mayoritas kekhi dan kagok. Bukannya membenci kerudung, tetapi rasanya aneh, tidak terbiasa. Kalau memakai rok panjang, baju lengan panjang dan rambut diikat masih wajar.

Pada guru dan segenap instansi pendidikan yang seharusnya mempunyai wawasan luas, seharusnya anda memberi contoh pemahaman akan luasnya wawasan berpikir. Bukan hanya terkurung pada pemahaman sempit yang kebetulan sepanjang hari masuk dalam telinga dan doktrin dari kepala daerah dan instansi. Hidup di sebuah negeri dengan aneka keragaman budaya itu sebuah anugerah. Lebih bersyukur lagi karena jarang terjadi konflik yang luar biasa sehingga memecah belah kesatuan bangsa. Tidak sampai menimbulkan perang suku, perang antar etnis karena atau sampai saling bunuh seperti halnya yang terjadi di banyak kawasan Timur Tengah.

Agama itu adalah penyeru kedamaian, menurut persepsi penulis. Ia dianut agar manusia bisa menekan sikap primordial,  sikap bar - bar dari manusia yang mengandalkan siapa kuat dialah yang menang. Kalau dulu untuk menunjukkan siapa yang terkuat harus dengan adu otot sampai bunuh membunuh, sekarang untuk menunjukkan superior tentu bukan dengan okol, tapi kecerdasan, kebijaksanaan, keteladanan dilihat dari perilaku dan sopan santunnya.

Semua agama pasti tidak suka dengan kekerasan, tidak suka dengan kebencian dan pemaksaan kehendak. Pola pikir masyarakat dalam memahami agama pastinya bukan didasarkan harus sama dengan agama asal. Pasti ada alasan kenapa di sebuah daerah harus mengenakan baju tertentu, kerundung misalnya. Mungkin salah satu agama ingin mencirikan kekhasan yang bisa dilihat sebagai indentitas agamanya. Di Katolik ciri khasnya terlihat dari tata peribadatannya yang hampir mirip yang tertuang dalam kesepakatan bersama dari pusat Katolik di Vatikan sampai di gereja- gereja katolik seluruh dunia, organisasi berjenjang dari lingkungan, stasi, paroki, kevikepan, keuskupan, keuskupan agung sampai Kepausan. Garis komando, garis organisasi dan pendekatan bahasa diserahkan dan disesuaikan dengan budaya setempat. Di Agama lain seperti Hindu, Budha, Kristen, Islam juga pasti ada ciri khas agama.

Kebetulan Indonesia mayoritas beragama Islam dan sedang ada upaya untuk menunjukkan sebuah ciri khas dari agama mayoritas tersebut. Salah satunya adalah pengenaan kerudung sesuai haditz Nabi. Namun belum ada kesepakatan bersama karena kewajiban itu berbeda- beda tafsirnya. Ada yang menganggap kerudung itu wajib ada yang menafsirkan bahwa kerudung itu bukanlah kewajiban, sebab asalnya hanya karena kebiasaan, budaya  asal agama( Timur Tengah).

Namun banyak pengajar, pendidik menganggap bahwa pengenaan jilbab itu wajib hukumnya terutama bagi perempuan Muslim. Alasannya memang bisa dipahami, tetapi apakah itu satu - satunya alasan agar para laki - laki tidak berpikiran aneh - aneh dalam memandang perempuan dan satu - satunya acuan pakaian sopan itu yang tertutup sampai menutupi rambut kepala.

Bahkan kadang aneh juga ketika berenang dan lari harus tetap mengenakan baju tertutup rapat.Padahal berenang itu butuh baju yang selaras dengan gerak dan di ruangan tertutup (Indoor atau sebuah kawasan khusus). Menjadi aneh jika memakai baju renang di mal. Pemakaian baju  sesuai fungsinya.  Bagaimanapun perempuan diciptakan memiliki tubuh yang indah, mau ditutupi pun manusia selalu punya cara untuk melihatnya. Karena manusia punya insting dan dorongan alami untuk saling tertarik. Ditutupi saja pemerkosaan tidak berkurang, karena masih banyak otak dan pikiran manusia yang tidak dikerudungi oleh pemahaman untuk menghargai makhluk ciptaan manusia. Salam damai selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun