Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jilbab, Sekolah Negeri dan Gagal Pahamnya Wawasan Kebangsaan

26 Januari 2021   15:31 Diperbarui: 26 Januari 2021   15:36 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
solo.tribunnews.com

Ketika komitmen sudah disepakati penyeragaman tidaklah menjadi masalah. Tapi jika yang menjadi masalahnya penyeragaman pengenaan kerudung itu sekolah negeri, sekolah milik negara, sedangkan negara ini bukanlah negara agama, namun agama yang menjunjung tinggi keberagaman, kebinnekaan haruskah para guru, instansi pendidikan memaksakan diri untuk seragam dan membuat mereka yang kebetulan tidak agama mayoritas kekhi dan kagok. Bukannya membenci kerudung, tetapi rasanya aneh, tidak terbiasa. Kalau memakai rok panjang, baju lengan panjang dan rambut diikat masih wajar.

Pada guru dan segenap instansi pendidikan yang seharusnya mempunyai wawasan luas, seharusnya anda memberi contoh pemahaman akan luasnya wawasan berpikir. Bukan hanya terkurung pada pemahaman sempit yang kebetulan sepanjang hari masuk dalam telinga dan doktrin dari kepala daerah dan instansi. Hidup di sebuah negeri dengan aneka keragaman budaya itu sebuah anugerah. Lebih bersyukur lagi karena jarang terjadi konflik yang luar biasa sehingga memecah belah kesatuan bangsa. Tidak sampai menimbulkan perang suku, perang antar etnis karena atau sampai saling bunuh seperti halnya yang terjadi di banyak kawasan Timur Tengah.

Agama itu adalah penyeru kedamaian, menurut persepsi penulis. Ia dianut agar manusia bisa menekan sikap primordial,  sikap bar - bar dari manusia yang mengandalkan siapa kuat dialah yang menang. Kalau dulu untuk menunjukkan siapa yang terkuat harus dengan adu otot sampai bunuh membunuh, sekarang untuk menunjukkan superior tentu bukan dengan okol, tapi kecerdasan, kebijaksanaan, keteladanan dilihat dari perilaku dan sopan santunnya.

Semua agama pasti tidak suka dengan kekerasan, tidak suka dengan kebencian dan pemaksaan kehendak. Pola pikir masyarakat dalam memahami agama pastinya bukan didasarkan harus sama dengan agama asal. Pasti ada alasan kenapa di sebuah daerah harus mengenakan baju tertentu, kerundung misalnya. Mungkin salah satu agama ingin mencirikan kekhasan yang bisa dilihat sebagai indentitas agamanya. Di Katolik ciri khasnya terlihat dari tata peribadatannya yang hampir mirip yang tertuang dalam kesepakatan bersama dari pusat Katolik di Vatikan sampai di gereja- gereja katolik seluruh dunia, organisasi berjenjang dari lingkungan, stasi, paroki, kevikepan, keuskupan, keuskupan agung sampai Kepausan. Garis komando, garis organisasi dan pendekatan bahasa diserahkan dan disesuaikan dengan budaya setempat. Di Agama lain seperti Hindu, Budha, Kristen, Islam juga pasti ada ciri khas agama.

Kebetulan Indonesia mayoritas beragama Islam dan sedang ada upaya untuk menunjukkan sebuah ciri khas dari agama mayoritas tersebut. Salah satunya adalah pengenaan kerudung sesuai haditz Nabi. Namun belum ada kesepakatan bersama karena kewajiban itu berbeda- beda tafsirnya. Ada yang menganggap kerudung itu wajib ada yang menafsirkan bahwa kerudung itu bukanlah kewajiban, sebab asalnya hanya karena kebiasaan, budaya  asal agama( Timur Tengah).

Namun banyak pengajar, pendidik menganggap bahwa pengenaan jilbab itu wajib hukumnya terutama bagi perempuan Muslim. Alasannya memang bisa dipahami, tetapi apakah itu satu - satunya alasan agar para laki - laki tidak berpikiran aneh - aneh dalam memandang perempuan dan satu - satunya acuan pakaian sopan itu yang tertutup sampai menutupi rambut kepala.

Bahkan kadang aneh juga ketika berenang dan lari harus tetap mengenakan baju tertutup rapat.Padahal berenang itu butuh baju yang selaras dengan gerak dan di ruangan tertutup (Indoor atau sebuah kawasan khusus). Menjadi aneh jika memakai baju renang di mal. Pemakaian baju  sesuai fungsinya.  Bagaimanapun perempuan diciptakan memiliki tubuh yang indah, mau ditutupi pun manusia selalu punya cara untuk melihatnya. Karena manusia punya insting dan dorongan alami untuk saling tertarik. Ditutupi saja pemerkosaan tidak berkurang, karena masih banyak otak dan pikiran manusia yang tidak dikerudungi oleh pemahaman untuk menghargai makhluk ciptaan manusia. Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun