Bisa jadi luka itu ada dalam noktah pemerintahan. Pertanda luka bisa dicatat oleh masyarakat yang ingat akan janji politik, janji para pejabat atau wakil rakyat, saking seringnya janji yang jarang ditepati menyebabkan luka bathin masyarakat yang akhirnya menyimpulkan bahwa profesi yang paling sering bersinggungan dengan kebohongan, kepura-puraan itu adalah yang berhubungan dengan dunia politik. Tidak mudah menghapus luka bathin masyarakat, perlu contoh nyata, perlu aksi heroik yang bisa menghapus trauma bathin masyarakat.
Mungkin sekarang ada sejumlah pemimpin yang gigih memimpin dengan hati, dengan pengabdian tulus, tapi masih lebih banyak politisi yang tercatat sering mengumbar janji tapi jarang menepati janjinya. Bahkan banyak tokoh agama yang terjum dalam politik akhirnya sudah membedakan kebenaran, karena selalu dilintasi oleh nafsu berkuasa. Sehingga terkesan yang diajarkan, diceramahkan tendensius dan ada kecenderungan memihak sesuai afiliasi politiknya.
Jadi jangan biarkan luka semakin menganga sehingga cacat bawaan menjadi biang kekisruhan, tapi cacat itu sebagai sebuah introspeksi bahwa tidak ada manusia yang sempurna, mereka butuh orang lain untuk menyempurnakan dirinya.
Saya merenung, saya melihat diri sendiri dan saya perlu orang lain untuk untuk meniti hidup. Dan luka akan selalu menjadi teman dan sahabat di kala manusia sudah merasa sempurna sehingga tidak memerlukan orang lain. Luka itu pengingat bahwa manusia tidak akan pernah sempurna tanpa orang lain dan tanpa ujian yang membuat dirinya kuat bertahan dalam kesakitan. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H