Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Luka

27 Desember 2020   10:19 Diperbarui: 27 Desember 2020   10:33 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drawing Pen on Paper Ilustrasi Oleh Joko Dwiatmoko

Sejauh pengalaman, setiap manusia pernah mengalami luka. Baik luka itu disebabkan oleh goresen benda tajam, luka akibat trauma masa lalu, luka akibat dilecehkan dan luka bathin yang diakibatkan oleh kata-kata, oleh sindiran yang menyebabkan luka tergores amat dalam di kalbunya. Kalau luka goresan dan benda tajam bisa dilihat bekasnya namun luka bathin itu susah dideteksi, hanya dia (orang yang menderita) yang tahu seberapa dalamnya luka bathinnya.

Dalam rupa-rupa manusia banyak sekali manusia yang karena relasi, komunikasi dan jalinan pertemanan dan persahabatan akhirnya menyentuh perseteruan dan berakhir dengan dendam, luka bathin akibat perkataan menohok yang tiba-tiba menjadi biang dari retaknya persahabatan. 

Penyebabnya macam-macam, bisa karena cinta yang kandas, pengkhianatan, atau kata-kata menohok yang berhasil menguyak luka jiwa teramat dalam. Ini menjadi sebuah trauma tidak terhapuskan akan selalu terbawa dalam kehidupan di masa  yang akan datang.

Dari luka itu menghadiahkan sebuah kebiasaan baru yang bisa menyentuh simpul syaraf seseorang, ia mempunyai kebiasaan baru saat ia mengingat trauma, bengong, dan galau, histeris dan tiba-tiba tanpa bisa ditebak emosinya menggelegak. Ada kebiasaan baru sebagai penanda bahwa ia sedang terperangkap, sedang terlintas dalam pikirannya luka bathin yang menganga. Kalau orangnya pendiam, ia hanya akan diam, bengong dan syaraf  kesadarannya tiba-tiba berhenti. Air mata meleleh dan mulutnya terkatub rapat.

Banyak manusia yang mengalami. Banyak orang sebetulnya mempunyai ganggauan  seperti itu, ada yang masih bisa terkontrol, ada yang menunjukkan gangguan permanen dan akhirnya ada yang sakit berkelanjutan akibat sakit psikis tersebut. 

Yang diperlukan oleh orang yang mengalami trauma bathin dan jiwa seperti itu bukan dengan memarahinya atau membangkitkan kenyataan bahwa ia punya kebiasaan aneh, yang diperlukan adalah pengertian mendalam untuk meminimalisir dia mengingat kembali traumanya. Bisa jadi bolehlah ia diberi kesibukan agar ia melupakan lintasan peristiwa yang membuatnya bengong, membuatnya  terpaku pada goresan bathin itu.

Banyak aktifitas yang bisa menyembuhkan luka seperti itu, diantaranya adalah terapi menulis, menuliskan keluh kesah di secarik catatan. Apapun bisa dituliskan asal bisa melampiaskan emosi yang terpendam, menyegarkan pikirannya agar tidak dipenuhi oleh trauma, luka dan nestapa oleh kelemahan dan kekurangannya. 

Manusia perlu melakukan introspeksi, pengendalian pikiran yang berasal dari diri sendiri. Setiap manusia tidak mungkin sempurna, selalu ada kekurangan dan cacat baik itu fisik maupun pola tingkah lakunya. Selalu punya sisi negatif yang terbawa yang membuat orang memandangnya aneh.

Meskipun secara fisik terlihat sempurna, cantik, cerdas, tampan punya bentuk tubuh mengagumkan bukan berarti tidak punya cacat. Bisa jadi dibalik kecantikannya ia mempunyai karakter bawaan yang aneh yang bagi orang lain tampak lucu atau mengurangi kesempurnaannya sebagai yang tercantik, yang terpandai, terganteng, tercerdas dan serba ter yang lain.

Nah sahabat yang baik tidak akan membuat ia menekuri cacat bawaannya atau karakter aneh yang muncul dari diri sahabatnya. Sahabatnya akan selalu maklum bahwa tidak ada manusia sempurna, pasti selalu ada kekurangannya.

Jangan menjadikan luka bathin semakin melebar, jangan membuat ketidaksempurnaan temannya menjadi senjata untuk memojokkan dirinya. Jika teman yang tahu karakter dan kecacatannya selalu membangkitkan ingatan akan kekurangannya ia akan menyimpan memori buruknya dan akan selalu muncul setiap kali muncul konflik.

Jadi kalau ingin hidup tentram jangan giring teman atau pasangan hidup untuk membangkitkan luka bathinnya. Pasti akan sangat nelangsa dan membuat jiwanya merana. Bisa jadi menjadi sumber keretakan relasi pertemanan, persahabatan atau kehidupan rumah tangganya.

Bisa jadi luka itu ada dalam noktah pemerintahan. Pertanda luka bisa dicatat oleh masyarakat yang ingat akan janji politik, janji para pejabat atau wakil rakyat, saking seringnya janji yang jarang ditepati menyebabkan luka bathin masyarakat yang akhirnya menyimpulkan bahwa profesi yang paling sering bersinggungan dengan kebohongan, kepura-puraan itu adalah yang berhubungan dengan dunia politik. Tidak mudah menghapus luka bathin masyarakat, perlu contoh nyata, perlu aksi heroik yang bisa menghapus trauma bathin masyarakat.

Mungkin sekarang ada sejumlah pemimpin yang gigih memimpin dengan hati, dengan pengabdian tulus, tapi masih lebih banyak politisi yang tercatat sering mengumbar janji tapi jarang menepati janjinya. Bahkan banyak tokoh agama yang terjum dalam politik akhirnya sudah membedakan kebenaran, karena selalu dilintasi oleh nafsu berkuasa. Sehingga terkesan yang diajarkan, diceramahkan tendensius dan ada kecenderungan memihak sesuai afiliasi politiknya.

Jadi jangan biarkan luka semakin menganga sehingga cacat bawaan menjadi biang kekisruhan, tapi cacat itu sebagai sebuah introspeksi bahwa tidak ada manusia yang sempurna, mereka butuh orang lain untuk menyempurnakan dirinya.

Saya merenung, saya melihat diri sendiri dan saya perlu orang lain untuk untuk meniti hidup. Dan luka akan selalu menjadi teman dan sahabat di kala manusia sudah merasa sempurna sehingga tidak memerlukan orang lain. Luka itu pengingat bahwa manusia tidak akan pernah sempurna tanpa orang lain dan tanpa ujian yang membuat dirinya kuat bertahan dalam kesakitan. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun