Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudah "Desember", Waktunya Refleksi dan Resolusi

16 Desember 2020   12:43 Diperbarui: 16 Desember 2020   12:48 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal keyakinan dan  agama ada berbagai gejolak yang membuat manusia sering terjebak dalam ambisi politik. Jika politik dan agama bercampur maka akan muncul semacam fanatisme, sehingga kadang muncul ide untuk mencampuradukkan politik dan agama yang sebetulnya beda jauh. Muncul gerakan massa karena fanatisme dan terlalu fokus pada pengkhultusan tokoh. Dengan pemujaan tokoh berlebihan kadang mengabaikan yang lebih urgensi yaitu protokol kesehatan dan kepatuhan pada hukum.

Media sosial lebih ramai lagi, pegiat dunia atau sebut saja netizen sering memicu perang media. Menggiring manusia untuk lebih mempercayai berita yang "populer" daripada berita yang benar. Semua tergiring dalam sebuah penggiringan opini. Sehingga muncul istilah Post Truth. Dari pengetahuan yang didapat era post truth menjungkirbalikkan fakta, yang benar menjadi salah yang salah karena banyaknya orang yang lebih percaya berita hoaks itu sehingga dipercaya sebagai kebenaran.

Dalam dunia politik, sebetulnya tidak banyak perkembangan, terutama di media mereka para wakil rakyat lebih tunduk, meskipun pernah muncul demo berjilid - jilid tentang kasus Omnibus Law dan reaksi buruh menanggapi tentang  undang --undang cipta kerja. Berita terhangat di penghujung tahun adalah adalah ketika MRS kembali ke Indonesia. Ia disambut gegap gempita oleh pendukungnya, namun kontroversinya benar - benar luar biasa. Namun efeknya luar biasa karena memicu kluster baru, dan muncul kekurangpercayaan pada pemerintah kenapa ada pembedaan perlakuan ormas dan masyarakat biasa. Ditambah lagi MRS sering melanggar protokol kesehatan di masa perkembangan covid 19. Lalu muncul peristiwa dramatis dengan terbunuhnya laskar FPI. Ini memicu polemik siapa yang benar antara polisi atau Laskar FPI. Siapa yang berbohong, siapa yang lebih dipercaya untuk menampilkan fakta.  Masyarakat sempat terbelah.

Pada intinya akhirnya masyarakat bisa melewati ujian dan cobaan. Tidak ada gejolak sosial berarti yang membuat negara mengalami krisis. Jadi sebetulnya setiap manusia akan kuat menerima masalah demi masalah asal selalu yakin bahwa ujian yang diterimanya tidak akan lebih berat dari kemampuannya bertahan terhadap "krisis" baik diri sendiri maupun lingkungannya.

Semoga di akhir tahun ada sinyal membahagiakan yang mengindikasikan perubahan di tahun 2021. Saya sendiri malah bersyukur ketika wabah masih merapat pada manusia ada celah lain yang tetap membuat rejeki terus mengalir. Harus selalu bersyukur karena selalu ada jalan kalau manusia mau berusaha.

Untuk resolusi tahun 2021, semoga badai cepat berlalu. Covid segera menyingkir dan kehidupan menjadi lebih baik di segala lini. Itu saja.  Semakin banyak buku yang terbit dari barisan para penulis dan pejuang literasi. Salam hangat selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun