Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

SBY yang Baper, Anies Baswedan yang Cuek

15 Oktober 2020   17:35 Diperbarui: 15 Oktober 2020   18:27 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demonstrasi, vandalisme, tindak kekerasan, tindak perusakan terkesan dilindungi itu perasaan saya dan itu yang membuat saya bingung. Mengapa kepala daerah yang kepanjangan pemerintah tidak seiring searah dengan pemerintah pusat. Dalam setiap kesempatan Anies Baswedan sebagai pemimpin ibu kota Jakarta. Selalu beda dengan kebijakan pemerintah Jokowi. 

Jelas - jelas politisi sekarang lebih lebih sibuk memoles diri agar bisa bersaing ketat untuk menjadi presiden setelah Jokowi habis masa jabatannya.

Peristiwa wabah pandemi dimanfaatkan politisi, oposisi untuk menekan pemerintah dengan isu - isu utang yang bertumpuk, krisis ekonomi, krisis ketenagakerjaan, ketidakpuasan buruh terhadap kebijakan pemerintah yang terkesan lebih memihak pengusaha ( itu perasaan segelintir orang yang tidak puas dengan kinerja wakil rakyat dan pemerintah).

SBY yang baper merasa selalu dikambinghitamkan atas kerusuhan dan intrik politik, Anies yang pernah kecewa karena diberhentikan sebagai mendikbud seperti mengambil jarak dan terkesan tidak mengikuti alur pemerintah padahal ia juga bagian dari pemerintah. 

Itulah kalau pemilihan kepada daerah dihasilkan dari kompromi politik  intrik politik dan campur tangan partai yang terlalu kentara sehingga kentara munculnya kepentingan partai dan politisi bukan untuk mengabdi membangun bangsa namun lebih menonjolkan ego pribadi yang berhasrat bisa melompat tinggi menuju puncak kekuasaan.

Niat baik dan perjuangan keras seakan sia-sia termentahkan oleh trik-trik politisi busuk yang tidak ingin negara maju dan kompak serta berpikiran dan berpandangan luas. Yang ada adalah kepentingan, tidak ada pertemanan yang abadi yang abadi adalah kepentingan untuk meraih kekuasaan. 

Musuh menjadi kawan, sementara yang dulunya kawan berubah menjadi musuh karena perbedaan kepentingan politik. Lagi lagi korbannya adalah masyarakat yang semakin apatis terhadap pemerintah dan wakil rakyat.

Jika lama hidup dalam intrik politik maka kursi kosongpun diajak wawancara.

"Hallo kursi kosong bolehkah saya wawancarai terkait berita akhir - akhir ini yang semakin rumit, karena kebenaran susah dicari maka hanya kamu yang saya percayai bisa menjawabnya. Saya yakin kamu tahu banyak tentang ambisi, kekuasaan dan intrik politik. Bolehkah saya menggunakan cara imajiner untuk mencerna jawabanmu yang pasti jujur."

Aduh semakin lama mengikuti politik bila terlalu serius malah menjadi sakit jiwa. Hemmm, jadi jangan terlalu baper seperti SBY dan jangan terlalu cuek seperti Anies Baswedan. Mas Bro. Biasa saja. Mari kerja keras agar anak dan istri tetap bisa makan. Kebanyakan demo yang percuma, yang ada semakin lama semakin banyak fasilitas umum yang rusak, mereka salah apa sih...  tidak usah diambil hati ini bukan berita itu suara blogger yang bingung bagaimana nasib Indonesia ke depan jika orang - orang sibuk menggulirkan berita hoax tetapi lupa kerja keras agar Indonesia bisa meluncur menjadi negara maju.

"Ah pusing Mas Bro, daripada mikir politik mari kita ngopi di teras rumah sambil menyiram tanaman."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun