Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kata Hati Nurani, Jokowi Masih Terdepan!

14 Oktober 2020   16:49 Diperbarui: 14 Oktober 2020   16:53 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin banyak teman - teman mulai beralih, pecah fokus untuk kemudian mencoba menyeberang meninggalkan rasa kagum pada Jokowi. Itu pilihan dan dalam demokrasi dan hak berpendapat sah - sah saja orang kecewa pada Jokowi. Ia begitu banyak mendapat tantangan, mendapat goyangan lawan politiknya dan banyak yang ingin menumbangkannya di tengah jalan.

Tidak tanggung-tanggung, ulama, politikus gaek, mantan wakil rakyat, partai partai tidak punya pendirian, partai - partai berhaluan kanan dengan pendekatan radikalisme, intoleran dan semangat untuk mendirikan negara berbasis agama. Jokowi orang yang taat agama dan rutin bersembahyang, namun kadar agamanya sering disangsikan oleh orang - orang seimannya sendiri, sering dikait- kaitkan dengan haluan kiri berbasis sosialisme, komunisme.

Orang - orang politik begitu getol untuk mencegah Jokowi meluruskan organisasi, memperbaiki sistem amburadul sejak kemerdekaan hingga orde baru. Pada masa reformasipun banyak birokrasi, prosedur perijinan tumpang tindih. 

Maka muncullah gagasan Undang - Undang Cipta kerja, yang salah satu tujuannya membuat bejibunnya undang - undang, sistem perizinan, kemudahan investasi lebih simpel, tidak ribet.

Dengan tumpang tindihnya peraturan membuat celah korupsi, celah kongkalikong, mafia anggaran, penggelembungan anggaran yang menghambat investasi. 

Jokowi kukuh ingin merubah sistem yang amburadul itu tapi betapa beratnya melawan mafia, betapa beratnya melawan dedengkot birokrasi yang tetap menginginkan kucuran anggaran untuk memperkaya kroni dan keluarganya.

Semakin hari, Jokowi seperti semakin sendirian, banyak isu, banyak WAG beredar yang isinya sangat keji, membuat banyak orang bimbang untuk mendukung langkah Jokowi. 

Ia semakin mendapat terpaan angin besar, puting beliung semakin membesar menerpa dirinya kala mengusik tidur nyamannya para konglomerat, para penyesap anggaran negara yang merasa dirugikan dengan penyederhanaan birokrasi.

Kadang saya yang suka membaca komentar, berita - berita di media online menjadi ngeri betapa banyak manusia yang katanya berbudaya, beragama, beradab bisa berkata separah nafsu binatang yang akan menjegal dengan cara apapun orang yang menentang kemauannya.

Setiap waktu mereka rajin berdoa sebagian hidupnya dipergunakan untuk memprovokasi, menggerakkan dan membuat cerita - cerita yang membuat orang menjadi pembenci, tidak menyukai perbedaan, tidak menghargai perbedaan keyakinan. 

Di kiranya manusia bisa diseragamkan, demikian pula dengan masalah keyakinan, memaksa, menghambat dan membuat ketakutan keyakinan lain. 

Saya yakin itu bukan ajaran agamanya, namun lebih karena ia telah salah melangkah mencampuradukkan urusan agama dan duniawi, yang religius dan profan, yang seharusnya membawa damai tetapi malah menempuh jalan perang.

Jokowi masih kukuh pada keyakinannya untuk membawa masyarakat sejahtera, membawa para pemudanya mampu bersaing ditingkat global namun apa yang terjadi, perjuangannya ditelikung, tidak dibiarkan mulus, malah muncul fitnah, berita hoax di mana - mana. 

Media sosial menjadi penyebar berita paling gencar yang membuat opini publik seperti berubah haluan. Digambarkan bahwa Jokowi itu sudah tidak sama lagi dengan Jokowi pada awal mula terpilih. Ia mulai berubah membiarkan anak, mantu, keluarganya berpolitik. 

Berita yang dihembuskan pastinya ia ingin melanggengkan dinasti. Anak presiden ya jadi pejabat, entah walikota, bupati, gubernur bahkan menteri. Maka apa bedanya Jokowi dengan pemimpin lainnya.

Semakin hari Jokowi seringkali mendapat sindiran, perlawanan keras dari ormas - ormas radikal yang tidak diberi ruang berkembang. Padahal hak mereka terjamin juga tapi lagi - lagi karena politik maka banyak sekali terpaan menimpa presiden ke 7 ini. 

Jagad mendung awan ngampak - ampak, goro - goropun akan segera tiba sang dalam memberi tanda untuk tetabuhan menjelang goro - goro. Bumi gonjang ganjing langit kelap - kelap, langit koyo coblong. 

Dan dampak dari goro - goro adalah kehancuran bumi, banyak wabah, banyak bencana, banyak kejahatan merajalela dan kemudian dihentikan dengan cara memberi wabah kepada manusia, mendatangkan bencana alam dan membuat bumi terguncang oleh karena ulah manusia sesungguhnya.

Politik telah menaikkan tensi masyarakat, membuat masyarakat seperti panas jika berdiskusi pada sesama temannya, kepada orang - orang yang ternyata berbeda pendapat, berbeda haluan politik dan pemahaman masalah baik buruk.

Jokowi mendapat tekanan, dan Jokowi harus menerimanya dengan sabar, menahan amarah, menahan untuk tidak membalas olok- olok, kritik yang kadang sangat keterlaluan. 

Para penulis di media sosial, para blogger terbelah, antara nyinyir dan mengritik dengan kasar lewat tulisan, atau membuat konten - konten yang membakar emosi sehingga seolah - olah memang patut Jokowi dilengserkan karena  menggulirkan usulan omnibus lawa undang - undang cipta kerja.

Tujuan yang mulia dibalas dengan demonstrasi, dibalas dengan perusahakan fasilitas umum. Jika seharusnya uang untuk memperbaiki infrastruktur umum bisa dialihkan untuk membantu meningkatkan perekonomian rakyat kemudian dijadikan bancakan untuk membuat anggaran perbaikan sarana dan prasarana ruang publik.

Yang dibakar direnovasi, belum sempat selesai muncul demo lagi dan dibakar lagi. Kapan selesainya?Padahal saat ini corona masih mengancam banyak yang akan terdampak jika orang - orang turun ke jalan melakukan demonstrasi dan kemudian ujung- ujungnya merusak fasilitas umum.

Analoginya seperti ia marah - marah protes pada orang tuanya, caranya dengan meremukkan piring, merusak pagar sendiri, memutus lampu listrik. Ujung - ujungnya orang tuanya mesti mengeluarkan uang ekstra untuk mengganti barang yang rusak. 

Dan jika seharusnya uang jajannya utuh namun karena barang - barang dirusak karena protes  maka malah rugi karena uang jajannya berkurang. Kalau ngamuk siapa yang rugi hayoo? diri sendiri!

Begitulah banyak orang tidak berpikir panjang, hanya melihat cerita teman langsung ngamuk, hanya membaca sekilas langsung berani menyimpulkan. Penginnya kaya dan punya penghasilan besar tapi sukanya rebahan dan tidak tekun bekerja, maunya digaji, tetapi tidak mau menantang diri untuk bisa menggaji orang.

Di zaman persaingan global generasi muda dituntut untuk bisa bersaing, melakukan kerja keras agar pekerjaannya dihargai dan mampu menunjukkan diri unggul dari yang lain, bukan sedikit - sedikit protes, sedikit ngamuk. Kalau ngamuk bisa bikin kaya tidak perlu sekolah ngamuk saja setiap hari.

Jokowi kata hati nurani saya ia masih memegang teguh keyakinannya, namun perjuangannya berat sebab sebagian politisi, pengusaha yang biasa hidup dipermudah dengan cara menyuap, memberi amplop pejabat menjadi kerepotan. 

Ternyata dengan munculnya omnibus law. UU cipta kerja membuat ia tidak lagi bisa melakukan kongkalikong, tidak bisa melakukan pekerjaan curang agar bisa mengurangi pajak, melakukan usaha secara benar, tidak bisa lagi berinvestasi dengan memonopoli usaha.

Yang mau benar itu ternyata banyak sekali rintangannya termasuk pada orang - orang yang mulai kecewa karena Jokowi mulai meninggalkan gayanya seperti sebelumnya. 

Mereka mulai meninggalkan kekaguman pada Jokowi karena ternyata radikalisme jalan terus, ormas - ormas pengganggu tidak juga jera melakukan unjuk demo yang ujung- ujungnya ricuh dan merusak.

Kalau teman - teman mulai kritis, sayapun sebenarnya ada rasa kecewa ternyata di sekitar Jokowi banyak yang bermuka dua. Tidak sungguh - sungguh berlari seperti Jokowi, terkesan main aman dan tidak mempunyai visi kuat untuk membantu perjuangan Jokowi. Menjelang 2024 orang - orang politik mulai bermain sendiri, kurang peduli pada negaranya, lebih menyukai menerobos untuk membangun pencitraan diri. Ada yang murni, ada yang polesan, ada yang dibuat dengan skenario, atau malah bermain di belakang layar mendanai demo - demo rusuh. 

Kata hati nurani "Aku masih percaya pada Jokowi, tetapi mulai geregetan dengan lingkungan sekitarnya."

Semoga Jokowi waspada dan tanggap untuk segera memilih orang - orang pilihannya yang mampu berlari sekencang dirinya dan berpegang teguh sekukuh dirinya. Siapa? Entah. Salam merdeka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun