Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Benarkah Terjadi Senjakala Pertelevisian Saat Ini?

30 Agustus 2020   08:20 Diperbarui: 30 Agustus 2020   13:02 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maraknya seminar, talkshow, webinar, rapat, pertemuan, bincang bisnis, promosi buku dan bahkan sineprak(sinema ketoprak) yang tayang di Youtube, membuat dunia usaha, perusahaan - perasahaan corporasi besar, produk makanan, jasa beralih mengalihkan iklannya di media internet. Jutaan penonton memelototi layar gawai, dengan rebahan, sambil duduk manis di rumah, di kamar, mojok menonton sambil mengenakan Headphone dunia serasa milik sendiri.

Televisi dan Perubahan Budaya budaya masyarakat

Televisi yang ada di ruang tamu atau ruang keluarga, kesepian tidak ada yang memencet chanelnya. Iklan- iklan sepi kecuali pada acara- acara tertentu yang masih digemari di jam tayang utama seperti sinetron dan acara Talkshow. Adalah RCTI dan I News yang berinisiatif mengajukan gugatan pemerintah ketika tidak ada undang - undang yang mengatur tentang aktifitas live streaming dan berbagai kegiatan lewat internet. Mereka tentu meradang karena iklan, nafas hidup TV swasta untuk mengoperasikan semua kegiatan dan tayangannya harus berjumpalitan jemput bola mendapat jatah kue iklan yang lari ke acara model webinar, talkshow lewat YouTube dan Streamingnya.

Pilihan penonton adalah karena talkshow lewat live streaming dinilai lebih efektif dan fleksibel. Di manapun saat berada di luar rumah, nongkrong di kafe, di alam terbuka atau hanya rebahan di rumah bisa mendengarkan dan mengikutinya. Bahkan diskusi bisa dilakukan di Indonesia, Jerman, Amerika, tanpa harus beranjak dari tempat masing- masing. Konten Kreator melihat peluang - peluang masa depan komunikasi salah satunya adalah dipacu karena wabah Covid-19.

Karena pembatasan sosial maka banyak aktifitas di luar rumah dibatasi, maka mau tidak mau tanpa harus bertemu muka langsung masih bisa melakukan aktifitas. Muncullah Webinar, muncullah Podcast,livestraming YouTube yang kualitas gambarnya semakin lama semakin canggih. Dengan jaringan internet semakin bagus maka aktifitas dunia maya akan semakin dominan. Televisi akhirnya menjadi korban dan cepatnya perkembangan digital. RCTI sebagai stasiun televisi tertua di Indonesia gamang,galau dan berusaha mengingatkan pemerintah dengan melakukan gugatan (menyangkut UU No 32 tahun 2002 tentang penyiaran; isinya tentang perlakuan berbeda antara penyelenggara penyaran konvensional yang menggunakan frekwensi radio dengan penyelenggara penyiaran over the top yang menggunakan internet, seperti Netflix dan You Tube/sumber kompas.com).

Senjakala Televisi?

Apakah ini yang dinamakan senjakala pertelevisian nasional, setelah sebelumnya muncul senjakala media konvensional semacam majalah, koran cetak sekarang televisi, terutama swasta merasa terancam teralih perhatiannya oleh TV TV partikelir yang jutaan jumlahnya berusaha berbagi kue mendapatkan monetisasi dari tayangan You Tube. Mencari dan memburu subscribe sebanyak- banyaknya, berusaha mencari cari sensasional untuk menarik perhatian penonton.

Kalau hanya gamang dan galau saja TV Swasta akan semakin tenggelam, mereka harus memproduksi karya kreatif dan memanfaatkan popularitas selebritanya untuk menyedot perhatian pemirsa yang sekarang lebih suka menonton tayangan You Tube yang beragam. Content creator melihat peluang, melihat masa depan sehingga hampir setiap hari mereka berusaha mencari ide kreatif agar tayangan- tayangan di internet semakin kreatif. Saat ini ratusan juta menggunakan aplikasi Tik Tok,Snack Video, Resso, Likee,Cocofun, Viu, Hago. SHAREit, Vidio, YouTube Go, DU Recorder, Tantan, Vigo Video.

Kaum milenial, adalah sasaran utama dari aplikasi populer ini. Jari jemarinya yang lincah akan menginstal apa saja untuk menemukan cara mendapatkan kesempatan membuat video konten kreativ yang diharapkan bisa viral dan tentu saja bisa memberi peluang mereka dikenal. Banyak Youtuber kaya mendadak dari monetisasi videonya yang menjadi viral dan disukai dan ditonton jutaan kali.

Dengan peralatan canggih nan mahal, pemeliharaan alat, menggaji karyawannya, membayar PH, membayar gedung dan segala tetek bengeknya televisi swasta tentu keteteran dengan sepinya iklan. Mereka mendesak agar pemerintah memperhatikan nasib televisi swasta yang mulai tidak berdaya dengan perusahaan- perusahaan kecil, para konten kreator yang merangsek menggerogoti kue iklan mereka.

Zaman terus berganti dan perubahan itu tidak bisa terhindarkan. Banyak perusahaan yang terlalu kaku dan idealis, tenggelam ketika mereka tidak berusaha mengikuti arus zaman. Perubahan sangat cepat dibidang teknologi mau tidak mau dihadapi dengan kepala dingin, sambil tetap memikirkan bagaimana caranya agar bertahan dari persaingan ketat di dunia usaha, terutama di bidang broadcast, penyiaran, hiburan yang mengalami perubahan orientasi. Dominannya kaum milenial, semakin canggihnya Smartphone, muncul habit baru yang tidak terhindarkan. Banyak bidang mengalami gegar budaya dan bingung mengikuti perubahan.

Sebagai seorang yang suka menulis, cita - cita saya dulu adalah bisa menjadi penulis yang bisa rutin menulis di koran, dan media cetak, setelah media cetak mengalami senjakala maka website, blogger, penulis lepaslah yang realistis disasar pada penyuka literasi. Peluang menulis di media internet menjadi tantangan tersendiri. Para pengusaha media beralih melakukan perubahan dengan membuat website, guna menggantikan peran ketika media mainstream mulai tengkurap.

Disruption dan perubahan Tidak Terelakkan

Lima sampai sepuluh tahun ke depan dunia masih misteri apakah akan ada perubahan lagi sehingga dunia usaha akan terus melakukan perubahan demi menjaga asa mengikuti arus tuntutan zaman. Semasih mampu mengikuti perubahan maka setiap orang harus berusaha luwes. Yang positif diikuti sisi negatifnya jangan diikuti. Renald Kasali melihat perubahan dunia. Saat ini adalah era disruption era di mana inovasi menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada,  dan pada kahirnya menggantikan  teknologi terdahulu tersebut (menurut Wikipedia). Kalau penulis tidak salah memahami, disruption menurut Prof Dr Renald Kasali adalah pemahaman tentang perubahan. Pemikiran kuno bahwa bisnis dikelola perorangan sekarang mengalami perubahan, kalau ingin mendirikan usaha sebaiknya harus berbagi (share,kolaborasi). 

Disrupsi mengubah banyak sekali perubahan. Cara berpikir lama harus ditinggalkan (konvensional), cara berpikir bukan hanya hari ini ( today) tapi harus melihat ke depan di mana orang misalnya belajar tidak harus datang ke tempatnya misalnya mau kuliah di Oxford Inggris tidak harus duduk di bangku kuliah di negara Inggris, dengan jejaring internet bisa melakukan pembelajaran jarak jauh.

Disrupsi mengubah cara pandang, cara berpikir Out of the Box, melakukan pandangan berbeda sekarang ini sangat terbuka. Cara cara simpel dengan penggunaan teknologi telah mengubah banyak hal, melakukan transfer bank tidak harus ke bank, cukup lewat aplikasi e -- banking mereka bisa melakukan banyak hal, membayar pajak, membayar tagihan listris, PAM, menggaji karyawan dsb. Kerjapun tidak harus di kantor, di rumah, di kafe, di alam terbuka bisa saja.

Mengubah mindset yang terbaru saat ini adalah ketika manusia dipaksa melakukan aktifitas lewat internet ketika muncul wabah covid-19. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) harus dilakukan untuk menghindari kerumunan, kontak langsung, demi menghindari munculnya persebaran baru virus yang telah mengubah pola berpikir manusia saat ini.

RCTI dan televisi swasta mau tidak mau harus mengubah pola lamanya yang ingin dominan dan menguasai pasar media. Ada banyak perubahan saat ini dan RCTI harus berani melakukan sharing, dan kerjasama agar tidak terlindas zaman. Penulis tertarik dengan tulisan dari arkademi Hilman  Fajrian bahwa masa depan TV,  TV Belum akan Punah hanya stasiun televisi yang akan mati. Jika tidak ingin tergerus stasiun televisi seperti penulis tulis di atas bahwa sharing, Connecting dan kolaborasi sangat penting di masa depan. Jangan lagi dimonopoli. Bagaimana?Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun