Banyak Kompasianer yang dengan cepat melejit itu memang pas dengan misi dan visi kompasiana dan terutama nge "klik" dengan admin dan jajaran editornya, maka tulisan mereka judul apapun patut ditempatkan sebagai HL (Headline). Saya sendiri sudah bahagia karena setiap kali menulis, label pilihan selalu mengiringi.
Untuk bersaing di NT (Nilai Tertinggi) Tp (Terpopuler), harus rajin blogwalking, menyapa para kompasianer, rajin nge Vote, rajin komentar). Sekarang ini mencapai view lebih 100 saja susahnya bukan main, kalau saya tidak menulis politik dan hanya bertahan di rubric Sosial budaya, Life style, apalagi menulis fiksi di Kompasiana, kadang "ngenes" menyaksikan pergerakan pembacanya, tidak terkecuali yang centang biru, apalagi teman  teman yang belum mendapat centang harus berjuang keras menyajikan tulisan berkualitas, aktual dan viral.
Centang biru menurut saya sih belum jaminan tulisan berkualitas. Namun pengalaman kompasianer bercentang biru pasti sudah diakui. Saya mungkin termasuk senior dalam hal usia bergabung di Kompasiana, namun masalah skill menulis dan pintar mengemas tulisan sehingga selalu dilirik pembaca dan langganan HL serta selalu masuk  terpopuler mungkin masih kalah dengan yang lain. Namun apapun karena saya sudah membawa label centang biru, tulisan yang saya sajikan tidak boleh sekedar menulis, terkesan abal -- abal. Setidaknya saya harus selalu membaca, terutama buku yang sesuai dengan latar belakang saya dan juga peminatan saya di rubrik - rubrik sosial budaya dan gaya hidup.
Label itu tersemat dan menjadi sebuah tanggungjawab untuk selalu menulis dan menyajikan karya yang inspiratif, sesuai pengalaman dan kompetensi.Saya percaya kompasianer bercentang biru adalah sosok -- sosok kompeten yang diakui kepakarannya. Kalau saya yang kebetulan sudah bercentang biru saya masih belajar, tidak terbatas pada mereka yang bercentang biru, yang bercentang hijau bahkan yang belum punya label sama sekali. Karena menurut pengamatan saat ini, penulis centang biru juga sangat susah bersaing untuk mendapatkan tempat di HL.
Banyak penulis baru yang kualitas tulisannya memukau dan admin saat ini sering menampilkan HL penulis bercentang hijau.Penulis centang biru saat ini tidak menjadi jaminan mampu menulis nangkring di HL, masuk jajaran terpopuler. Sudah bisa dibaca lebih dari 100 saja sudah bersyukur, sudah dikomentari dan di vote lebiih dari 10 kompasianer saja sudah prestasi.
Lalu dengan tambahan Kompasiana premium bagaimana? Saya masih bingung, yang saya tahu di Kompasiana Premiun iklannya boleh dikata sedikit, Label premium disematkan karena akhirnya untuk bisa membaca kompasiana harus membayar lewat lewat paket langganan premium. Kalau untuk reader sih mungkin maklum karena mungkin perlu ada penghargaan seperti uang untuk bisa menikmati tulisan yang berkualitas. Bagaimana dengan user yang otomatis adalah Kontributor, mereka adalah penyumbang tulisan tanpa mereka Kompasiana akan sepi sunyi, menulis saja sudah menghabiskan kuota, apalagi diharuskan langganan perbulan. Kalau dari menulis hasilnya lebih dari beban lengganan perbulannya sih tidak masalah, namun bagaimana dengan Kompasianer yang sudah menyumbang tulisan tetapi bukannya menghasilkan malah harus mengeluarkan biaya untuk langganan kompasiana Premium?
Saya saat ini langganan Kompasina Premiun namun dengan label uji coba yang akan selesai 16 Juli, selanjutnya nasib saya bagaimana jika sebagai user saya tidak membayar langganan tersebut, kembali melihat Kompasiana dengan banyak iklankah. Atau dengan Premium tulisan saya semakin sepi. Doa saya sih semoga dengan Kompasiana premium, nasib tulisan para user/ kompasiana semakin baik, dan rewardnya bertambah pula, karena tulisan kita khan sudah dianggap sebagai tulisan profesional, maka layak mendapat reward yang sesuai. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H