Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

8 Alasan Mengapa Bertahan Menulis di Kompasiana

28 Juni 2020   20:59 Diperbarui: 28 Juni 2020   21:11 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tentang pengalaman menulis (dokpri)

10 tahun tercatat sebagai anggota keluarga Kompasiana. Dan tahun ini adalah tahun ke 10 mau  memasuki tahun ke 11. Kalau digambarkan sebagai usia manusia sih baru memasuki masa ABG. Tapi 10 tahun atau 11 tahun konsisten menulis ( meskipun jujur aku pernah tidak aktif selama beberapa tahun). 

Sebagai guru yang kebetulan suka dunia tulis menulis, tentu sebuah prestasi sendiri bagiku. Mengapa aku bisa bertahan selama itu? Salah satunya karena Kompasiana memberi ruang kebebasan menulis, tidak terkungkung dengan aturan baku dalam menulis seperti halnya ketika menulis di koran atau majalah.

Namun bukan berarti lantas mengabaikan tata cara dan aturan tidak tertulis ketika mengungkapkan ide ke dalam tulisan. Paling tidak secara prinsip sudah mengenal teknik jurnalistik 5 W + 1H. Saya bukan wartawan, tetapi ketika kuliah sempat mengikuti kursus singkat jurnalistik. Sedikit - sedikit tahu bagaimana mengejar deadline, membuat alur berita yang dihasilkan dari wawancara, riset, mencari referensi.

Di Kompasiana ini beragam profesi ada dan mereka dengan senang hati menulis dan memperkaya wawasan saya sehingga sedikit banyak tahu tentang dunia ekonomi, gaya hidup, sastra, traveling. 

Saya juga bisa belajar menulis seperti orang berbicara dengan teknik menulis semacam feature dan Story Telling seperti pernah dikemukakan pendiri Kompasiana Pepih Nugraha.

Sebagai Guru kemampuan menulis menambah nilai plus (dokumen pribadi)
Sebagai Guru kemampuan menulis menambah nilai plus (dokumen pribadi)
Hasilnya ratusan tulisan bisa dihasilkan, dan paling tidak dengan rajin menulis saya bisa ikut menulis di antologi puisi, cerpen, dan mengikuti lomba menulis dan dijadikan buku di sebuah penerbit terkenal semacam Kanisius. 

Salah satu alasan mengapa menjadi pede menulis karena kompasiana tidak pernah menghakimi, tidak membuat penulisnya drop lantas menyerah menulis. Banyak alasan mengapa sampai saat ini masih bertahan menulis terutama di Kompasiana:

 Pertama adalah di Kompasiana saya bebas menuangkan gagasan, gagasan itu kemudian diapresiasi oleh teman -- teman. Kompasianer saling memuji dan memberi motivasi sehingga suasana kekeluargaan menjadi terasa.

 Kedua di Kompasiana interaksi antar penulis cukup inters begitu juga sering banyak acara kopdarnya sehingga bisa berdiskusi dan berkenalan langsung dengan sosok Kompasianer yang aktif menulis dan memberi komentar.

Ketiga Kompasiana memberi ruang para penulisnya untuk berkembang dengan banyaknya even semacam lomba menulis yang bekerja sama dengan instansi maupun perusahaan ternama, sehingga mendapat kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari hasil memenangkan lomba.

Keempat Kompasiana diuntungkan dengan nama besar Kompas sehingga ketika tulisan saya tampil kadang sering dikait -- kaitkan dengan Kompas. Sebagai Platform blog yang bernaung di grup Kompas Gramedia tentu akses ke kantor redaksi Kompas menjadi lebih terbuka. Pengenalan pada media massa yang saat ini tengah merayakan ulang tahun yang ke 55 tahun itu terbuka lebar.

Kelima Kompasiana memberi kesempatan penulisnya untuk menikmati acara- acara kopdar yang nara sumbernya hebat -- hebat. Dengan mengikuti kopi darat tanpa harus membayar cukup mempunyai akun Kompasiana ada beberapa keuntungan yang bisa didapat. Bertambahnya pengetahuan, bertambahnya ruang pergaulan. Dekat dengan tokoh tokoh idola yang memberi inspirasi pada para penulisnya untuk optimis bahwa kegiatan menulis itu adalah kegiatan bermasa depan cerah kalau konsisten dan sabar berproses.

Keenam saya masih setia karena bagaimanapun ada kesempatan untuk mengikuti kegiatan -- kegiatan komunitas yang ada di Kompasiana. Banyak teman -- teman komunitas yang tergabung di bawah bendera Kompasiana sudah merasakan keuntungan dari menulis dan gabung di Komunitas Kompasiana. Saya sendiri dengan jujur mengatakan sebenarnya ingin gabung dengan Komunitas Kompasiana namun karena pekerjaan saya sebagai guru susah membagi waktu antara kegiatan di luar pekerjaan utama saya saya hanya turut senang dengan memberi semangat mereka yang aktif dalam komunitas.

Ketujuh Kompasiana dalam beberapa tahun terakhir ini telah memberi kesempatan para penulisnya, jurnalis warganya untuk menikmati hasil tulisan dengan adanya reward yang hampir setiap bulan diterima. Adanya reward itu memberi motivasi besar untuk tetap bertahan. Reward sebetulnya bukan tujuan utama tetapi penting untuk mengikat Kompasianer, termotivasi, terpanggil untuk bertahan meskipun kadang muncul pasang surut semangat dalam menulis. Entah karena alasan kesibukan, entah karena bosan.

Delapan Kompasiana memberi kesempatan untuk penulisnya mendapatkan akses pada perusahaan mitra atau instansi -- instansi yang mau bekerja sama dengan para penulis terutama Kompasianer yang terpercaya, aktif, terverifikasi , mempunyai media sosial aktif, menjadi konten kreator dan terhubung langsung dengan mitra perusahaan itu. Jika konsisten dan sabar bukan tidak mungkin kesempatan total menulis terbuka lebar.

Salah satu kunci untuk bisa meraih sukses menulis adalah sabar, tidak cepat puas, mau dikritik, mau diberi masukan dan selalu haus ilmu pengetahuan. Jangan lupa juga berdoa agar diberi kemudahan dalam mewujudkan impian atas usaha yang sudah dilakukan para Kompasianer.

tentang pengalaman menulis (dokpri)
tentang pengalaman menulis (dokpri)
Itulah  8 alasan mengapa saya masih bertahan di Kompasiana sampai saat ini. Semoga para penulis pemula, yang masih berjuang untuk mendapat jam terbang, yang pengin cepat - cepat sukses menjadi penulis yang ingin segera memperoleh verivikasi biru untuk tidak gampang putus asa dan mutung atau frustrasi jka harapan yang besar dalam pikiran para kompasianer yang  baru saja bergabung belum terwujud. 

Keberuntungan atau nasib baik tiap orang tidak sama.  Bisa jadi dari ribuan bahkan ratusan ribu penulisnya yang tetap konsisten menulis akan berguguran satu persatu.

Satu lagi kunci untuk tetap bertahan adalah sabar menikmati proses, pasti anda bisa bertahan lama. Salam perjuangan.Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun