Soal menulis RPP. Kisi- kisi. Silabus, Penelitian Tindakan Kelas, membuat soal dari PG essay sampai penugasan, guru jagonya. Bukan juga sih tapi karena guru harus menulis admisnistrasi pembelajaran mau tidak mau guru harus jago menulis sesuai tupoksinya.Â
Saking sibuknya menulis administrasi malah kadang suka bingung ketika ditanya oleh muridnya bagaimana mengembangkan literasi.
Masih banyak guru yang hanya membaca buku pelajaran, buku wajib guru, buku yang disarankan yayasan dan atasannya. Jarang mempunyai kesempatan untuk membaca buku -- buku fiksi dan non fiksi populer.
Kalau ditanya, apakah guru sempat menulis, "nyambi" menjadi penulis. Boro -- boro menulis tugas administrasi saja sudah menyita waktu bagaimana bisa mampu menyisihkan waktu untuk kegiatan di luar tugas guru. Beruntungnya saya, memang sejak awal sebelum masuk dalam dalam lingkaran dunia guru saya sudah memulai menyukai menulis. Bahkan ketika saya masih "nganggur" tidak punya pekerjaan tetap saya iseng menjadi contributor majalah, dan sempat juga menulis di koran.
Apakah Menulis itu susah?
Kebanyakan teman saya kagum pada orang yang sempat- sempatnya menulis, dan bingung, kok bisa menyisihkan waktu untuk menulis? Butuh waktu berapa jam untuk menghasilkan satu artikel? Butuh berapa buku referensi untuk membuat satu tulisan?
Aduh kok njelimet amat sih. Menulis ya menulis. Kunci menulis itu yang menulis titik.
Menulis itu bukan untuk dipikirkan dirancang, direncanakan. Tidak perlu harus menyiapkan kisi -- kisi dulu, atau kartu outline untuk menulis.
Tulis saja apapun yang ada di pikiran kita. Begitu saja kok repot hehehe. Ya memang begitu khan, kebanyakan mikir kapan aksinya.
Hari-hari di mana banyak tugas mengajar menggunakan metode Home Learning adalah hari -- hari sibuk memberi tugas, membuat power point, materi mengajar menggunakan gmeet, google classroom, zoom, moodle.
Banyak metode digunakan guru untuk mengajar lewat internet. Siswa tidak kalah sibuknya mengerjakan tugas -- tugas yang bertumpuk dari para gurunya.
Di antara kesibukan seabreg di rumah pasti ada waktu barang setengah jam satu jam untuk berkarya, menulis puisi, artikel, satu chapter novel.
Bila dilakukan rutin lama-lama tulisan bertambah dan jam terbang menulis semakin tinggi.
Masalah pendidikan, tingkah laku siswa, suka duka menjadi guru, interaksi antarguru dan siswa menjadi tema terdekat yang bisa diangkat. Sangat banyak yang bisa ditulis jika guru peka.
Sekarang sudah banyak komunitas guru menulis, grup grup WA yang mengajak para guru aktif menulis. Gabung saja siapa tahu dua tiga tulisan anda menjadi buku, dan bila dilakukan rutin kumpulan tulisan anda dapat dijadikan satu buku utuh karya anda.
Selain tercatat sejarah guru mempunyai nilai plus karena telah melebarkan kemampuan bukan hanya sebagai nara sumber, fasilitator, tetapi juga inspirator, motivator siswa untuk mencintai dunia literasi.
Di blog keroyokan ini (Kompasiana) banyak guru yang menulis, tulisan -- tulisan mereka sangat menarik , inspiratif.
Bahkan dari kegiatannya menulis mereka bergerak ke posisi lebih tinggi, penulis motivator, nara sumber bagi seminar penulisan, narsum bagi kegiatan workshop menulis, menjadi konten kreator edukasi, atau lifestyle.
Jadi bagi jutaan guru yang masih susah membayangkan bagaimana melakukan aktivitas menulis, anda punya potensi, punya kemampuan menjadi penulis. Masalahnya hanya niat, semangat dan waktu yang bisa disisihkan untuk menjadikan otak berpikir aktif, menulis, membaca,menggerakkan kegiatan literasi di lingkungan tempat anda mengajar.
Kalau guru biasa menggunakan rancangan sebelum melakukan sesuatu bisa menggunakan outline. Outline membantu calon penulis untuk menentukan apa yang harus ditulisnya sehingga tidak keluar jalur, tapi bagaimanapun niat menulis itu tidak harus menunggu mood, menunggu wahyu, atau bisikan dari hati nurani.Â
Kalau menulis harus menunggu mood bagus, waktu yang tepat ya tidak mendapatkan apa-apa. Sebagai penulis yang dilatih adalah melatih pikiran kapan mulai bekerja dan kapan waktunya berhenti.
Sudah berulangkali saya menulis, tulislah apa saja untuk mendorong semangatmu menemukan ide dalam menulis, dalam perjalanan menulis pasti akan muncul ide-ide yang akhirnya dapat menjadi satu tulisan utuh.
 Analogi untuk motivasi menulis
Pernahkah membaca analogi tentang gelas yang diisi terus menerus hingga penuh?apa yang terjadi. Air akan tumpah dari gelas, tetapi air dalam gelas tidak akan berkurang.Â
Analogi ini ingin menggambarkan bahwa ketika kita mengumpulkan referensi, banyak membaca, banyak mengumpulkan informasi secra sadar maupun tidak sadar akan tersimpan dalam otak kita.
Lalu bagaimana membuat tulisan tanpa terhambat oleh yang namanya writer Block's. Ada beberapa cara yang sering digunakan penulis
Menulis dulu, revisi belakangan
Kebiasaan penulis yang menggeluti bidang-bidang penulisan ilmiah adalah sambil menulis, sambil melakukan perbaikan, mencari referensi dan menyelipkan beberapa referensi dalam tulisan. Bagaimana kalau menggunakan metode menulis dulu revisi belakangan.
Artinya gagasan yang ada dikeluarkan sampai selesai, masalah kesalahan penulisan, typo, kata sambung, kata tidak jelas tinggalkan dulu. Setelah selesai menulis baru masuk dalam tahap editing perbaikan.
Mari menulis buruk secepat- cepatnya
Bayangkan saja anda sedang melakukan kegiatan mengajar, anda menceritakan bagaimana proses belajar mengajar, coba menulis tanpa dipikirkan baik buruknya, menulis saja secepat-cepatnya, tidak  usah pikirkan apa hasilnya nanti yang penting menulis sampai selesai.
Setelah itu tulisan simpan dan beberapa waktu kemudian membaca ulang tulisan tadi. Mungkin itu adalah tulisan terjelek yang pernah anda tulis.
Tapi coba baca berulang ulang. Yang anda lakukan adalah mencoba mengoreksi tulisan itu. Buat tulisan itu menjadi lebih baik sehingga bisa dimengerti oleh pembaca.
Tidak ada yang salah jika tujuannya baik. Jadi semakin banyak guru bisa menulis maka dunia literasi akan berkembang karena bagaimanapun kurikulum masa depan lebih memprioritaskan pada kemampuan literasi baik siswa maupun gurunya.
Barangkali bukan karena tuntutan kurikulum atau tuntutan tugas anda terpaksa menulis, lebih nyaman jika menulis itu kesadaran, dilakukan karena kebutuhan dan perasaan suka. Salam literasi. Selamat bekerja pejuang pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H