Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Anda Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi dalam Perjalanan Menjadi Penulis?

13 Mei 2020   10:51 Diperbarui: 13 Mei 2020   14:55 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam setiap jenjang kehidupan selalu ada perbandingan- perbandingan yang membuat seseorang merasa minder atau malah tertantang untuk membuktikan bahwa seseorang bisa meraih mimpi entah sebagai olah ragawan, sebagai politisi, sebagai seniman maupun sebagai penulis. Perbandingan- perbandingan itu akan memaksa anda berpacu atau malah terpuruk dalam rasa minder.

Sama halnya dalam sepak bola. Analogi siapa yang paling unggulCristiano Ronaldo (CR7)  ataukah Leonil Messi, atau sebelumnya Siapa yang paling berbakat Pele ataukah Maradonna. 

Mohammad Ali ataupun Mike Tuson ataukah Evander Holyfield, Di Basket juga bisa disejajarkan mana yang terbaik Michael Jordan ataukah Kobe Bryan. Tentu sudut pandang orang akan berbeda- beda. 

CR7 misalnya adalah tipe pesepakbola yang ulet, idealis, sangat disiplin, ambisius dan selalu bekerja keras untuk mencapai puncak tertinggi karier. Ia amat profesional. Messi adalah tipe pesepakbola dengan bakat luar biasa, lincah dan sulit dibendung ketika sedang melakukan dribel bola. 

Messi itu punya pesona, punya bakat di atas rata- rata dan manusia sangat langka. Yang hanya bisa dihitung jari dari banyaknya manusia berbakat yang ditemukan di dunia. 

Ia tidak perlu sengotot CR7 untuk mendapatkan posisinya. Karena talentanya yang besar ia hanya perlu menjaga stamina dan konsisten berlatih. Dunia mengakui bahwa jarang ada orang seperti Messi yang memiliki bakat sepak bola mendekati sempurna.

Sedangkan CR7 adalah tipe atlet pekerja keras dan ambisius supaya ia mendapat posisi tinggi dalam dunia sepak bola. Tentunya tidak fair juga membandingkan keduanya dari sisi psikologis atau dari sudut siapa yang paling unggul.

Boleh jadi keduanya memang unggul. Boleh jadi bakat CR7 tidaklah sebanding dengan bakat Messi tetapi ada nilai plus yang dimiliki CR 7 yang harus dicontoh. Kerja keras, disiplin, mengkonsumsi makanan sehat, mempunyai gaya hidup sehat dan fokus untuk mendapatkan apa yang ingin ia raih. 

Ketenaran, kesuksesan bisa datang belakangan. Nyatanya dalam  se dekade ini dunia sepak bola otomatis hanya dikuasai oleh dua orang ini. Manusia dengan bakat luar biasa versus manusia yang mempunyai semangat bekerja luar biasa untuk menutupi kekurangannya.

Dalam banyak bidang pekerjaan saya jadi ingat perkataan Thomas Alfa Edison 1 persen bakat 99 persen kerja keras. Saya meyakini CR7 adalah orang yang meyakini filosofi dari Thomas Alfa Edison tadi. CR7 punya bakat tetapi tidak sebanding dengan Leonil Messi. 

Cristiano mesti bekerja keras, menundukkan diri sendiri, mengalahkan ego untuk menikmati kemewahan dan makanan, serta pesta pora yang bisa merusak kebugarannya. CR7 pasti sangat bisa menikmati kemewahan dalam asupan makanan misalnya, mau beli berapun botol whiski maupun minuman keras. 

Tapi ia tidak melakukan. Ia bisa mentato penuh tubuhnya tetapi tidak dilakukan karena ia berprinsip hidup sehat untuk menjaga kebugaran tubuh. Sebagai pemain profesional, ia mesti disiplin berlatih karena dengan demikian ia bisa tetap konsisten menguasai jagat sepak bola bersama Messi yang mempunyai talenta besar yang jarang dimiliki pesepakbola di manapun berada di dunia ini. Bakat langka versus kerja keras.

Sekarang coba anda teliti diri sendiri. Ketika memutuskan menjadi penulis anda tipe siapa Cristiano Ronaldo ataukah Lionel Messi. Jika anda Lionel Messi yang sejak awal mempunyai bakat dalam mengolah kata, dengan sedikit polesan dan referensi anda bisa langsung melenggang dan bisa menjadi penulis berbakat. 

Kalau boleh memilih tentu anda akan memilih mempunyai bakat atau talenta luar biasa sebagai penulis dan pengarang. Tetapi banyak yang hanya memiliki sedikit bakat menulis ternyata bisa menjadi penulis tersohor apa resepnya. 

Tidak ada penulis yang langsung jebret bisa menulis dengan deretan kata- kata indah dan inspirartif. Semua orang harus berproses untuk mendapatkan cita- citanya. Menulis itu butuh proses hingga bisa mengatakan seperti apa yang digagas Arswendo Atmowiloto Mengarang itu gampang.

Untuk bisa menjadi seperti Pramoedya Ananta Toer, ataupun Budi Dharma, Leila S Chudory, Seno Gumira Ajidarma mau tidak mau harus bekerja keras dengan membaca, berlatih menulis, menulis dan menulis. 

Tidak ada seorangpun pengarang yang lahir ceprol langsung bisa mengarang. Ia mesti melewati tahapan - tahapan yang harus dilalui, konsistensi luar biasa , dedikasi dan fokus.

Setiap pengarang, penulis pasti pernah mengalami penolakan seperti halnya yang dialami J K Rowling dan Pengarang  Paulo Cuelho. Banyak pengarang  terkenal bisa menciptakan karyanya dari pengalaman pahit hidupnya contohnya Ernest Hemingway, Pramoedya ananta Toer, Anton Chekhov, ataupun Salman Rusdhie.

sumber:wikipedia.org
sumber:wikipedia.org
Untuk bisa menjadi pengarang besar  dibutuhkan kerja keras bahkan sampai berdarah- darah. Cuplikan cuplikan hidup pengarang mungkin tidak semasyur namanya yang melegenda. 

Mereka harus melewati rasanya sakit, ancaman, kesepian, kesunyian, penolakan dan sinisme lingkungan bahkan keluarganya sendiri. Seorang penulis harus membuktikan diri ia bisa hidup dari menulis dengan awalan pesimis dari diri sendiri dan lingkungannya.

Penulis bisa hidup dari tulisan - tulisannya. Maka jika mengacu pada semangat CR 7 ia mesti bekerja lebih keras, lebih keras dan lebih keras, menulis, menulis dan terus menulis, membaca, membaca dan terus membaca agar ketrampilan menulis terasah.

Dari CR7 seseorang bisa mengambil nilai - nilai positifnya dari semangatnya melatih diri melebihi yang lainnya, bekerja keras, fokus, konsisten dan menga stamina untuk bisa terus bertahan dalam bidang yang digelutinya. 

Ketika sudah suksesnya CR7 tidak mengurangi intensitas latihannya, sehingga ia tetap bisa bertahan dalam menjaga staminanya saat melakukan tugas yang diembannya. Bagaimana dengan anda. Apakah anda merasa seperti Messi atau Ronaldo?

Walau begitu dalam dunia tulis menulis meniru apa yang dilakukan penulis besar itu perlu pada awalnya, tetapi dalam perjalanan waktu seorang penulis tetap harus menjadi diri sendiri.

Ia mungkin mengidolai Umberto Eco misalnya seperti penulis dan kolomnis Kompas Bre Redana tetapi ketika sudah menjadi penulis ia harus menjadi dirinya sendiri dengan kekhasannya sendiri. Maka ketika membaca tulisan -- tulisannya bukan mengingat umberto Eco tetapi si Bre Redana. 

Dan ketika membaca tentang Ernest Hemingway jadi ingat pesan penulis itu jangan pernah bersaing dengan penulis yang masih hidup!. maksudnya jadilah diri sendiri jangan jadi orang lain. jangan jadi Pramoedya, jangan jadi Gunawan Muhammad. Jadilah diri sendiri sambil tetap belajar pada penulis senior dan sukses bagaimana tips suksesnya. Salam literasi.

Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun