Ukuran keterbacaan bukanlah karena senior atau tidak senior. Ada sisi unik dari bacaan itu yang membuat artikel ditempatkan di jajaran terhormat, sebagai artikel utama misalnya, atau artikel yang dipajang selama semingguan di halaman depan.
Kalau mau menuntut ngaca dulu apakah sesuai dengan kemampuanmu, atau hanya iri saja dengan nasib baik penulis -- penulis yang langganan Headline. Ah dari kemarin kau memasalahkan itu! bosan.Â
Menjadi penulis jangan melow lah sedikit- sedikit ngeluh, sedikit -- sedikit ngambeg, mbrebes mili sedih karena artikelnya hanya dibaca oleh puluhan pembaca, padahal media ini khan skalanya nasional. Yang benar saja.Â
Bagaimana dengan sistemnya, bagaimana dengan marketingnya. Apakah hanya dilirik oleh sebagian kecil pembaca yang masih disibukkan oleh peristiwa besar tahun ini.Â
Wabah Korona, apakah telah melenyapkan kemampuan berimajinasi, lebih suntuk  bicara tentang ancaman virus, ketakutan -- ketakutan untuk tertular dan membuat hidup selalu dibayangi ancaman.
Sudahlah menjadi penulis itu siap dengan segala konsekwensinya. Tidak perlu baperan, cukup bekerja maksimal, mencari, ide, membuat otak lebih kreatif. Kau sedang menasihati siapa sih para penulis kompasiana ini, atau siapa? Ya siapa saja yang merasa. Â
Kalau mau sukses jadilah penulis yang tangguh setangguh Pramoedya yang tidak takut harus dibawa ke pulau Buru, tempat pembuangan tahanan politik dan penganut komunis (katanya).
Ketangguhan penulis diperlukan untuk melawan kemalasan dan berbagai kendala. Untuk menjadi sukses itu harus tabah (katanya) tidak mutungan (kata tetangga) dan tangguh(kata motivator). Ya sudah tidak usah banyak cakap dan nasihat nanti pembacanya malah bosan.
"Ya, pembaca akan lebih penasaran dengan nasihat seperti ini Mas Bro."
"Bukan ini nasihat cocoknya untuk kamu?"
"Kenapa?"