Sampai hari ini, sampai ketika Korona menjadi wabah yang menakutkan di abad ini, semakin hari rasa kepercayaan saya pada wakil rakyat semakin rendah. Apa yang dipanggungkan di media saat ini dan sepak terjang mereka semakin membuat saya tidak percaya. Ini mungkin ada hubungannya dengan pengetahuan saya dengan parlemen yang rendah atau karena yang Mulia para wakil rakyat terlalu tinggi untuk bisa dijangkau.
Para wakil rakyat bukan seperti gambaran saya tentang pribadi yang semanak, grapyak, tidak berjarak dan sering datang mendadak, tanpa digetak. Mereka sukses karena suara rakyat. Mereka butuh rakyat untuk bisa melenggang mulus ke senayan atau di gedung wakil rakyat daerah. Tentunya sebagai manusia pilihan rakyat sangat berharap banyak pada para wakil rakyat.
Tetapi apa yang dilakukan sebagian wakil rakyat rasanya bukanlah sebuah gambaran manis tentang tugas sebenarnya wakil rakyat. Mereka mengecewakan bahkan cenderung egois, hanya ingin lebih dihormati dibanding pemerintah.
Dalam pengelolaan negara wakil rakyat harusnya menjadi mitra pemerintah, bersama menanggulangi kesulitan. Apalagi saat negara sedang menghadapi ancaman Korona. Butuh kekompakan dari semua elemen, butuh dukungan dan kerjasama antara pemerintah dan wakil rakyat.
Pemerintah bekerja keras mengatasi persebaran pandemi wakil rakyat turun ke kantong- kantong masyarakat untuk meyakinkan masyarakat pentingnya mendengar keputusan pemerintah untuk menahan diri tidak keluar rumah, tidak kumpul kumpul, tetap memakai masker ketika keluar rumah, menahan diri untuk tidak mudik pas hari lebaran, menyisir dan memilah -- milah siapa yang perlu mendapat bantuan sosial mereka yang terkena dampak langsung wabah.
Pemilihan umum masih jauh, sedangkan tugas wakil rakyat sangat banyak, tetapi fokus saat ini adalah memutus persebaran covid - 19. Diam dan menggalang dana untuk yang membutuhkan sudah cukup membantu. Tetapi yang dilihat saat ini, tampaknya wakil rakyat malah mempunyai agenda sendiri. mencari kesalahan, membahas yang seharusnya ditunda dulu. Kepekaan akan kesulitan rakyat rendah sehingga yang terlihat wakil rakyat begitu gagap dengan persoalan mereka yang diwakilinya.
Maaf, kalau semakin hari saya tidak semakin  simpati dengan anda jangan salahkan saya. Anda harus introspeksi, harus lebih membumi.
Sebagai wakil rakyat. Saya tahu banyak orang cerdas dan luar biasa di senayan, ada yang murni dan benar- benar mewakili suara - suara masyarakat.
Cuma dari beberapa orang yang dari mereka yang lebih sibuk bicara di media sosial, di seminar - seminar, talkshow, forum diskusi suara wakil rakyat lebih sering membuat kecewa. Banyak yang bisa dijadikan alasan kenapa semakin hari semakin bingung dengan sepak terjang wakil rakyat.
Mungkin karena partai politik, keterikatan organisasi, misi partai politik yang cenderung selalu berhitung terhadap popularitas, perolehan suara, kebutuhan- kebutuhan partai, kaderisasi, penggajian mereka sebagai pengurus teras dan pemilik partai membuat prioritas anda terbagi. Anda tidak bisa sesukanya blusukan, harus sesuai garis partai.
Ada aturan permainan yang membuat anda harus ikut ketentuan partai. Hal ini membuat sebagai wakil rakyat anda tidak bisa langsung berhubungan dengan rakyat. Setiap saat anda (perempuan) harus memperhatikan penampilan, bukan sesuatu yang murah. Budgetnya cukup besar. Penampilan sederhana tentu bukan gambaran ideal wakil rakyat. Padahal masyarakat tidak memperhitungkan bagaimana anda tampil dan disorot media.
Yang disorot adalah kepedulian anda pada konstituennya, pada rakyat yang diwakili. Tentunya bukan dengan menyandang wakil rakyat anda menjadi lebih mudah masuk dalam perusahaan besar, ditempatkan sebagai komisaris atau orang penting yang bisa melindungi kepentingan pengusaha. Sewaktu kampanye dengan biaya yang tidak sedikit anda sangat merasa dekat dengan rakyat, setelah melenggang kedekatan itu pelan- pelan menjauh. Anda sudah mendapatkan segalanya dan hanya tersisa sedikit untuk konstituen anda yang menyumbangkan suara dengan cuma -- cuma untuk suksesnya anda di gedung wakil rakyat.
Saat ini bukan tentang Najwa Shihab, bukan tentang undang- undang cipta kerja, bukan tentang kritikan mereka pada stafsus milenial yang dipaksa mundur sebagai konsekwensi maladministrasi kewenangan mereka dalam birokrasi. Wakil rakyat di negara lain bersama pemerintah sedang fokus memerangi korona, sedangkan wakil rakyat di sini malah menggunakan APD untuk rapat, di lain sisi mereka yang ada digarda terdepan penanggulangan wabah yaitu perawat dan dokter serta staffnya jumpalitan kekurangan APD.
Najwa mewakili keresahan masyarakat, tetapi wakil rakyat merasa dilecehkan dan ditelanjangi oleh Najwa Shihab. Bukan membela wakil rakyat sebenarnya tetapi rasanya apa yang dikatakan Najwa banyak benarnya. Ini seharusnya menjadi introspeksi wakil rakyat. Masih ada 4 tahun masa kerja. Ini masukan positif bagi anda untuk memperbaiki kinerja.
Masih banyak pekerjaan, sekali lagi tetapi saat ini fokuslah untuk membantu masyarakat menghadapi persebaran corona. Masyarakat yang ngeyel, tidak mau diatur, cenderung mengabaikan itu harus didekati. Tugas wakil rakyat untuk meyakinkan mereka.
Demi kebaikan bersama masyarakat perlu jujur dan patuh mengikuti prosedur pengamanan untuk memutus rantai covid -- 19. Bukan mencak - mencak kebakaran jenggot atas kritikan dari presenter Mata Najwa tersebut. Bisa jadi ada kekurangan Najwa dalam mengkritik hingga anda tampak berang. Tetapi ya tidak perlu seemosional Arteria Dahlan yang kurang unggah ungguh. Kurang cocok sebagai gambaran wakil rakyat yang tidak berjarak dengan rakyatdan santun.
Kalau tingkah wakil rakyat belum sesuai gambaran. Tugas rakyat untuk memberi masukan. Masukan itu bisa pahit, bisa manis. Anda tidak perlu merasa tersinggung jika ada kritikan. Adanya kritik khan berarti anda masih diperhatikan. Lebih menyakitkan jika anda dianggap tidak ada atau dianggap angin lalu saja. Itu lebih menyakitkan.
Kritikan rakyat itu adalah wujud cinta rakyat pada wakil rakyat. Jadi jangan merasa jauh jika masyarakat rajin mengkritik.
Bukankah kritikan itu sebagai test bagi anda seberapa kuat mental anda untuk mengawal suara- suara rakyat. Sekali lagi maaf, sebelum anda memperbaiki tingkah laku anda dan dewasa dalam menghadapi kritik saat ini tingkat kepercayaan saya pada wakil rakyat berada pada level terendah. Bagaimana anda pembaca. Salam damai selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H