Tidak ada dialog dengan sunyi, aku hanya dialog dengan remang -- remang
tidak ada waktu yang melambat, aku hanya terlambat mengingat
tidak ada hidup nestapa, aku hanya merasakan kesenyapan datang
kuingat bulir bulir keringatku membanjir
bersama butiran darah air mataku
mengingatmu rasanya hidup tiba- tiba mencekam
mengingatmu waktu bisa begitu lambat, padahal tidak ada waktu yang melambat,
yang ada aku hanya terpukau pada sepinya hari hariku.
Sudah lama aku tidak berdialog dengan sunyi.
hidup di kota yang pikuk hatiku terasa penuh adrenalin.
sepanjang hari mendengar lolongan kejahatan dan simbah darah kekejian
peluh membanjir ketika mendengar bunyi sirine dari ambulans dan mobil polisi.
Hampir setiap waktu, tanpa jeda dan istirahat
kota tidak pernah sepi, mungkin hati yang menjadi sunyi
kota selalu bergerak meskipun nurani semakin tuli
dan kesunyian itu puncak kerinduan
Sudah lama tidak berdialog dengan kesunyian
merasakan detak dan nadi
merasakan kesiur angin dan suara desis cemara
serta lolongan anjing hutan
Nestapa itu hadir mendengar kata kata penuh cercaan
apakah ini karma karena aku selalu menipu waktu
hingga terbuang sia- sia segala cita- citaku berawal
di hutan dan pusat kesunyian aku banyak menemu sahabat
aku bisa berdialog dengan jengkerik dan kunang- kunang,
merasakan keceriaan dan ketulusan dari makhluk- makhluk polos
yang tidak pernah terpikir menyakiti teman dengan kata- kata
Di kota aku seperti tercabik -- cabik
hingga meradang seluruh kuduk emosiku
banyak manusia merasa penuh kuasa, penuh kekuatan, penuh kepintaran
dan mereka menjadi bagian dari culasnya nurani
hanya memicingkan mata tanda sinis pada kemampuan orang.
Banyak manusia jalang yang jarang mendengar nuraninya
lebih asyik dengan dirinya dan obsesi megahnya
hingga lupa menghargai setiap pencapaian
karena hanya dirinya yang sempurna hingga akhirnya tega mencaci dan merendahkan.
sebegitukah sifat manusia yang cerdas
yang hanya sibuk memuji diri dan abai mencintai kekurangan orang lain.
Sudah lama aku tidak berdialog dengan sunyi, padahal dialah sebenarnya sahabat sejatiku
meski tanpa dialog aku bisa merasakan percakapan  dengannya
dalam kedamaian yang tak terkatakan.
sudah itu saja. Waktu tidak melambat hanya aku yang gagal mengikuti iramanya.
Jakarta, 27 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H