Saya membayangkan Jokowi  berada di tengah serangan ninja yang bergerak lincah dari atas wuwungan terus membobardir Jokowi dengan serangan -- serangan tidak terduka masalah kebijakannya menghadapi berbagai masalah bangsa, sementara di depan ia melihat para politisi oposannya sudah siap menyerangnya dengan berbagai isu seputar lingkar kekuasaan, tumpang tindih masalah yang membuat para menteri, para gubernur, bupati dan pemerintah seperti gelagapan dengan adanya Korona Covid -- 19.Â
Jokowi seperti pendekar silat yang harus menyiapkan semua inderanya, kesigapannya, emosinya, kematangan gerak tata langkahnya dan jurus mematikan yang akan mengunci serangan musuh sampai tidak berkutik. Musuh sudah menyiapkan diri menyerang kuda- kuda Jokowi, Sementara ia dibebani oleh para pembantunya yang rasanya belum cukup mumpuni untuk membentenginya dalam olah kanuragan.
Jokowi mungkin mempunyai ilmu tata langkah dan kuda- kuda kuat, tetapi serangan -- serangan itu bukan hanya di depan saja. Ninja -- ninja hitam menyiapkan diiri dengan serangan udara, serangan di media sosial, serangan yang mendiskreditkan pemerintah dengan menganggap pemerintah lemah, tidak tegas, tidak peka, tidak siap untuk melindungi masyarakat.Â
Para politisi yang tepat didepannya menyerang orang -- orang sekitar Jokowi yang terkesan gagap dan sering mengambil kebijakan salah yang membuat serangan politisi yang mencuri start saat pandemi sangat semangat. Ini kesempatan oposisi itu untuk memperlemah pemerintah sambil membangun posisi politiknya di mata masyarakat.
Mungkin bisa melihat gaya Jacky Chan atau Jet Lee saat dikeroyok oleh para musuhnya yang ilmunya juga tidaklah cengkereme. Trik -- trik musuhnya luar biasa licik, memanfaatkan detik detik kelemahan Jacky Chan, atau Jet Lee. Sesekali para pendekar itu terdesak dan hampir mengalami kecelakaan dan kekalahan fatal, hanya disaat terpepet maka ilmu yang disimpan dalam tubuhnya muncul, ada kekuatan besar yang membuat pertahanan pendekar itu akhirnya berbalik stabil bahkan berlipat.Â
Para pendekar itu mempunyai energi tenaga dalam yang disimpan, ia bisa keluar saat tekanan tertentu, darurat dan memang ada yang mengancam keselamatannya. Jokowi rasanya masih tenang menghadapi serangan masif tersebut. Musuhnya memang akan mencari celah sekecil apapun. Bahkan saat semua orang prihatin menghadapi wabah pegebluk yang tidak dinyana akan datang, dan kunci keberhasilan memutus pagebluk itu hanya dengan saling bekerja sama, saling berempati dan saling bahu membahu.
Politisi tidak berhitung untuk membantu saat darurat, mereka hanya melihat celah, dan kesempatan untuk menggulingkan kekuasaan. Kalau perlu saat lengah mereka akan menggemakan tuntutan kepada penguasanya untuk mundur karena tidak bisa bekerja menyejahterakan rakyat. Mereka memanfaatkan situasi kalut untuk melompat tinggi dan merangkul mereka yang kecewa, marah, kesal dengan pemerintah.Â
Bahkan dengan hitung- hitungan politik mereka bergerak dari bawah untuk mengesankan bahwa mereka lebih cepat dari pemerintah dalam hal penanganan wabah.
Belum lagi masalah Jokowi adalah mempunyai masyarakat yang tidak disiplin, terlalu mengabaikan himbauan pemerintah, menyepelekan, ngeyel, dan panik dengan adanya isolasi, dan PSBB yang membuat ruang pekerjaan menyempit, kelaparan karena tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari- hari akibat serangan virus yang dirasakan juga di seluruh dunia.
Bisa dilihat dengan PSBB saja pasar masih penuh, masyarakat masih mondar- mandir tidak mengenakan masker, social distancing diabaikan, apalagi Phisycal  Distancing. Sebagai kepala negara sangat berat masalahnya. Jika saja masyarakat mengerti, saling membantu, saling mendukung maka beban berat itu bisa menjadi ringan.
Masyarakat yang ngeyel itu boleh jadi adalah musuh lain Jokowi yang tidak kelihatan tetapi membuat repot pemerintah untuk bisa memutus rantai penyebaran Covid 19. Jika disiplin dan nurut, mungkin rantai penyebaran covid bisa cepat mengatasi Corona tetapi karena masyarakat sendiri tidak kooperatif. Semua lapisan masyarakat terkena dampaknya. Secara tidak sadar mereka ikut menyebarkan virus, tidak membantu untuk memutus persebarannya karena menganggap wabah itu takdir. Kalau sakit dan akhirnya meninggal itu urusan yang Di atas.